Chapter 4 - Tinta Pulpen (I)

7 2 52
                                    

Previous Chapter :

Nenek sudah janji pergi ke Festival bersama..

Kenapa sekarang meninggalkanku..?

Bukankah Nenek sudah janji...??

Kenapa..

Kenapa dunia yang kejam ini merenggut nyawa nenekku terlebih dahulu..

Kenapa..

KENAPA?!!

.
.
.

William : R-Ray..?

Ray : ....

.
.
.

Papa langsung menutup telponnya, aku sudah memikirkan jika ini salah papa karena memberitahuku.

Aku lebih memilih jujur dan menerima rasa sakitnya di awal daripada berbohong dan menerima rasa sakit di akhir.

Karena kebahagiaan bukan di awal.

Tapi ada di akhir.

Tinta Pulpenku jatuh bersamaan dengan Handphone-ku.

Tercecer , Lantai bersimbah dengan Tinta hitam.

.
.
.

William : Ray , jangan menangis , Nenekmu tidak bisa senyum dan bahagia disana jika kamu menangis //ambil tisu

Ray : Bukankah kita.. sudah janji..?

William : ???

Ray : 3 Bulan yang lalu...

.
.
.

3 Bulan yang lalu...

Ray : Nenek!! Sebentar lagi akan ada Culture Fest saat aku kelas 9!!

Nenekny Ray : Wah.. Nenek tidak sabar melihat cucu nenek tampil nantinya

Ray : Nenek janji..??

Nenekny Ray : Iya, Nenek janji , do'akan agar Penyakit nenek cepat sembuh

Ray : Aamiin!! Semoga Nenek cepat sembuh, ya!!

Neneknya Ray : //tersenyum

.
.

Nenek sudah janji ingin melihatku di Culture Fest..

Aku sudah belajar , mendaftar lebih awal , dan mendapat kloter pertama untuk tampil cepat..

Namun kenapa yang lebih cepat adalah kepergian Nenek..

Flashback Off..

.
.
.

Ray : Janji kita.. (hiks) kemana.. nek?? //nangis

Self-Injury and Bitter LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang