Bab 6

1.2K 236 91
                                    

Selamat Membaca













Seperti biasa, ayo kasih api yg banyak duluu 🔥🔥🔥🔥🔥🔥













Bandung

“Mbak hujan bakal ambil hape kita setelah ini.”

David yang tengah duduk di kursi kayu di halaman samping villa menoleh begitu Dewa berucap dan duduk bersamanya. Lelaki itu menyesap cola dinginnya, sebelum menatap David. Mbak hujan adalah nama panggilan untuk kakak ipar mereka.

“Lo nggak mau kasih kabar ke gadis itu kalau beberapa hari ke depan lo nggak akan bisa dihubungi?” tanya Dewa lagi yang kali ini membuat David menatapnya terkejut. Dewa terkekeh pelan, “Gimana bisa gue tahu,” ucapnya seolah mengerti pertanyaan di kepala David saat ini.

“Mata gue memang cuman dua, Vid. Tapi, teman-teman gue hampir ada di seluruh penjuru Jakarta.” Dewa menghela napas berat. “Gue nggak bilang ke siapapun, lebih tepatnya belum.”

“Lepaskan gadis itu, akhiri apapun yang ada di antara kalian, kembali ke Jelita. Lo udah sangat terlambat untuk memilih gadis lain, ketika Jelita udah masuk sejauh ini ke keluarga kita.”

“Kalau gue nggak bisa?” tanya David beberapa menit setelah mereka hanya diam, yang membuat Dewa menatapnya dengan kening mengerut. “Kalau gue nggak bisa melepas gadis itu, lo akan melakukan apa?”

Dewa mendengus sinis, namun sesaat kemudian tatapnya berubah menjadi serius. “Gladis udah telanjur sayang sama Jelita, gue nggak mau dia sedih kalau Jelita pergi tiba-tiba dari keluarga kita karena hubungan kalian berakhir. Jadi, apa gue yang harus turun tangan langsung untuk membuat gadis itu lepas dari lo?”

Tatapan Dewa saat ini terlihat seperti seorang kakak yang sedang mengintimidasi adiknya. Ia terlihat sangat tidak suka dengan apa yang baru saja David katakan. “Mengganggu gadis itu dan membuat dia mengakhiri hubungan kalian, lo tahu sebrengsek apa gue dulu. Jadi, tentu itu adalah hal mudah untuk gue.”

*

David menghela napas pelan begitu percakapannya dengan Dewa di Bandung waktu itu kembali terlintas di pikirannya. Sepupunya itu tahu mengenai Heya, kapan pun Dewa bisa mengatakannya kepada Jelita atau sang bunda. David hanya tengah mengkhawatirkan Heya. Bagaimana dengan gadis itu jika hubungan mereka terungkap.

“Tumben pagi-pagi udah datang.”

Lelaki itu menoleh begitu mendengar suara dari Minji, gadis itu tidak sendiri, Heya juga berjalan mendekat bersamanya. Ketiganya berdiri menunggu di depan lift. Tatapnya sempat bertemu, sebelum Heya mengalihkan pandangan lebih dulu. Gadis itu pasti marah setelah kejadian bersama Jelita kemarin.

“Hmm.” David hanya menyahut singkat, sebelum kembali mengalihkan pandangan ke depan. Lagi-lagi perkataan Dewa terlintas di kepalanya.

“Sebulan. Hanya sebulan. Setelah itu, kalau lo belum mengakhiri hubungan kalian, gue dengan senang hati akan turun tangan untuk beresin gadis itu.”

David tahu bagaimana jejak Dewa di masa lalu. Lelaki itu sangat berani dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan kemauannya. Entah apa yang akan Dewa lakukan kepada Heya, jika David tidak menuruti permintaannya.

Ketiganya masuk ke dalam lift, Minji berdiri di antara David dan Heya. Gadis itu berdeham pelan, melirik kanan dan kiri, sebelum berjalan keluar yang membuat David dan Heya menatapnya dengan kening mengerut.

“Gue harus beli kopi dulu,” ujarnya sebelum berlari menjauh sembari tersenyum lebar, seolah sengaja membiarkan David dan Heya berdua di dalam lift. Teman-teman mereka tahu keduanya tengah saling mendiamkan setelah kejadian kemarin.

REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang