Selamat Membaca
“Jangan kembali.”
Heya yang baru saja selesai mencuci piring, menoleh, saling balas menatap dengan Jelita, sebelum bangkit berdiri sembari mengusap tangannya dengan kain yang ada di sana.
Ya, mau dihindari bagaimana pun, Heya dan Jelita memang harus bicara.“Apa maksud kamu dengan jangan kembali?” tanya Heya.
“Jangan Kak David, jangan kembali sama dia. Bahkan meski Kak David memohon, sampai berlutut dengan kamu, Mbak. Jangan mau untuk kembali,” ujar Jelita terlihat begitu serius.
“Ta, aku rasa kamu salah—”
“Harusnya kamu masih menyimpan rasa malu untuk aku, kan?” sela Jelita yang membuat Heya diam. “Kami menikah, berceria setelah Uca lahir. Kamu nggak berharap jadi Ibu sambung untuk anak dari perempuan yang pernah kamu hancurkan ceritanya, kan?”
Kali ini Heya diam.
Jelita mengembuskan napas kasar. “Perempuan lain boleh, tapi bukan kamu, Mbak,” katanya. “Dulu, seandainya kamu menahan diri untuk nggak melakukan hal bodoh itu, pernikahanku dengan Kak David nggak akan berakhir seperti sekarang. Uca mungkin masih akan mempunyai keluarga yang sempurna.”
“Jangan mau kembali. Tujuan Kak David ke sini memang untuk mencari kamu, dan memperbaiki semuanya. Meski harga diri kamu udah nggak ada, seenggaknya kamu harus punya rasa malu, untuk menolak kembali dengan lelaki selingkuhan kamu, kan?”
Jelita masih menatap ke arah Heya yang hanya diam, sebelum berbalik badan, hendak berjalan meninggalkan Heya, sebelum perkataan yang keluar dari mulut Heya menghentikan langkahnya.
“Apa kepergianku belum cukup menebus semuanya, Ta?” Heya menatap punggung Jelita, “Aku udah pergi sejauh ini, apa semuanya belum cukup untuk kamu?”
Jelita menoleh, menatap Heya dengan marah. “Kalau kamu pikir, pergi jauh setelah menghancurkan segalanya adalah bentuk penebusan atas rasa bersalah kamu, maka dengan tegas aku bilang itu hal yang sangat bodoh,” ujarnya menggebu-gebu.
“Kamu merebut semuanya, menghancurkan mimpi yang sudah sejak lama aku tata dengan baik. Bahkan setelah kepergian sialan kamu ini, hidupku semakin berantakan, lalu sampai di mana kata cukup yang kamu katakan, Mbak?”
“Aku udah minta maaf, Ta,” kata Heya pelan.
“Dan, itu nggak mengubah apapun, Mbak!”
“Lalu, aku harus gimana?!” Heya balas berteriak dengan keras, kedua matanya memerah, menahan tangis dan segala emosi yang ia rasakan saat ini. “Aku udah pergi sejauh ini, Ta. Aku meninggalkan semuanya selama tiga tahun ini.”
Heya mengembuskan napas pelan, “Nggak mungkin selamanya aku terus hidup dalam bayang-bayang kamu, kan? Aku juga mau memilih jalan hidupku sendiri. Aku mau bahagia, Ta.”
Jelita mendengus sinis. “Setelah menghancurkan kebahagiaan perempuan lain, kamu bilang juga mau bahagia? Lalu, kehidupan perempuan yang kamu hancurkan itu gimana? Aku gimana, Mbak?!” teriak Jelita marah di akhir kalimatnya.
Jelita mendekat, mendorong bahu Heya kasar hingga membuat gadis itu terdorong ke belakang beberapa langkah. Jelita dengan mata memerah dan berkaca-kaca, menatap Heya marah.
“Dapatkan kebahagiaan kamu, di tempat paling jauh dari aku dan orang-orang di sekitarku, Mbak. Aku nggak mau anakku memiliki Ibu sambung seperti kamu.”
Setelah Jelita melangkah keluar, Heya jongkok, memegangi rambutnya kasar, sebelum menangis, terisak keras sendirian. Bagaimana ia bisa kembali, jika semuanya sudah serumit ini ketika mereka bertemu?
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON
RomanceAnggoro Series 3 Selalu ada alasan di setiap keputusan. Apa yang Heya lakukan hari ini mungkin saja akan sangat disesalinya di masa yang akan datang. Namun, melewatkan lelaki seperti David dalam hidupnya, adalah hal bodoh yang tidak akan dia lakukan.