Bab 12

1.2K 249 132
                                    

Selamat Membaca














Ayoo kasih api dulu yg banyakkkk 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥













Jelita berhenti melangkah begitu melihat keberadaan Heya yang duduk di kursi taman dengan koper besar di sampingnya. Gadis itu mengembuskan napas pelan, sebelum kembali melanjutkan langkah. Heya menyadari keberadaannya begitu jarak mereka sudah dekat.

Heya bangkit berdiri, menatap Jelita sebelum ...

Plak.

Satu tamparan keras Jelita berikan di pipi kiri Heya yang membuat wajah gadis itu tertoleh ke samping. “Jangan marah, rasa sakit itu nggak sebanding dengan apa yang aku rasakan,” kata Jelita yang membuat Heya diam sesaat, sebelum gadis itu kembali menatap Jelita, mengembuskan napas pelan, dan ...

“Kamu nggak mau duduk? Aku rasa pembicaraan kita masih sangat panjang,” ujar Heya yang membuat Jelita menatapnya sinis, sebelum duduk di kursi itu, yang membuat Heya juga duduk di sampingnya.

“Artikel dan pelemparan telur itu, aku yang melakukannya.” Jelita berucap setelah Heya duduk di sampingnya, gadis itu menoleh menatap Heya yang juga tengah menatapnya. “Aku nggak menyesal melakukannya, malah aku sempat berpikir, harusnya kamu mendapatkan balasan lebih dari itu.”

Heya mengangguk pelan. “Aku memang pantas mendapatkan itu,” katanya. “Aku meminta bertemu untuk minta maaf, Ta. Aku nggak punya pembelaan apapun, itu salahku. Melakukan semuanya di belakang kamu, membuat hubungan kamu dan David jadi kayak gini. Maafin aku.”

“Apa yang sudah terjadi, aku nggak bisa mengembalikan semuanya ke tempat awal, Ta. Tapi, setelah ini, aku akan memastikan kalau aku nggak akan mengganggu kamu dan David lagi. Aku akan pergi jauh dari kalian berdua,” katanya yang membuat Jelita mendengus kasar.

“Enak banget jadi kamu, setelah menghancurkan semuanya, kamu cuci tangan dengan pergi gitu aja, memulai semuanya di tempat baru. Sedangkan aku? Aku harus tetap tinggal untuk membereskan kekacauan yang kamu buat?”

“Lalu, mau kamu apa, Ta? Aku nggak bisa mengulang dan memperbaiki apa yang sudah terjadi.”

“Kalau tahu gitu, harusnya kamu berhenti sejak dulu!” teriak Jelita marah yang membuat Heya diam. “Lima tahun aku berjuang untuk hubungan kami. Aku yang menyembuhkan Kak David. Aku yang menemani dia. Tapi, hanya dalam waktu sebulan, kamu berhasil menghancurkan semuanya!”

“Setelah ini kamu pergi, ke tempat baru yang orang nggak tahu gimana busuknya kamu. Sedangkan aku? Rumah sekarang terasa sesak. Ibuku cuman bisa nangis setelah Kak David mengakui kesalahannya. Bunda marah besar, Bunda bahkan sempat bilang kalau dia akan menghilangkan nama Kak David dari pewaris kekayaan keluarganya kalau Kak David terus membela kamu. Lalu, kami ... hubungan kami bisa berakhir kapanpun, atau yang lebih menyedihkan, hubungan kami akan terus berlanjut, bahkan sampai ke pernikahan, tapi sialnya aku sudah kehilangan cinta dari Kak David dan semua karena kamu!”

“Maafin aku, Ta. Maafin aku.” Heya hanya bisa menunduk, dan terus menggumamkan kata maaf. Gadis itu juga tidak tahu harus melakukan apa untuk memperbaiki semuanya.

“Kamu yang memutuskan untuk pergi,” ujar Jelita yang membuat Heya menoleh ke arahnya. Gadis itu menghapus air mata di wajahnya dengan gerakan kasar. Ia bangkit berdiri, menatap Heya dengan pandangan sinis. “Karena itu jangan pernah kembali dengan alasan apapun. Aku akan mempertahankan hubungan kami. Jika suatu saat nanti, aku melihat kamu kembali mendekati Kak David, aku mungkin akan membunuh kamu saat itu,” ujarnya sebelum berjalan menjauh, namun baru beberapa langkah, Jelita berhenti, gadis itu memegang dadanya, gadis itu mulai kesulitan bernapas, sebelum ia jatuh terduduk yang membuat Heya segera berlari mendekatinya.

*

Heya menunggu di depan UGD dengan perasaan cemas, asma Jelita kambuh, dan ia segera membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat. Heya terpaksa memberi kabar kepada David, dan meminta lelaki itu datang.

Heya bangkit berdiri begitu melihat David mendekat, mereka saling bertukar tatap sebelum Heya mengalihkan pandangan begitu di belakangnya terdapat seorang gadis yang sedang mendorong kursi roda milik Bunda, ada Dewa, dan seorang wanita tua yang Heya tebak sebagai Ibu dari Jelita.

“Jelita di dalam,” ujarnya kepada David yang membuat lelaki itu mengangguk pelan.

“Makasih, Ya.” David berlari masuk diikuti oleh Ibu dari Jelita, sedangkan kini Dewa tengah berdiri di depan Heya, menatap gadis itu penuh permusuhan.

“Gla, bawa Bunda masuk,” ujarnya sembari menoleh ke arah belakang. Ia kembali menoleh ke arah depan begitu gadis tadi sudah berjalan masuk ke dalam UGD sembari mendorong kursi roda Bunda.

“Lo tuli apa beneran goblok?” tanya Dewa kasar sembari mendorong bahu keras. “Setelah semua yang udah terjadi, setelah kedatangan Bunda ke kosan lo. Kenapa lo masih mendekati keluarga gue, sih?” tanyanya tidak mengerti.

“Gue datang cuman mau minta maaf sama Jelita, gue nggak bermaksud membuat asmanya kambuh kayak gini.”

“Lalu, setelah minta maaf apa?” sela Dewa emosi. “Lihat kan gimana akibat dari ulah lo? Semuanya berantakan, Sialan!” serunya keras yang membuat beberapa orang di depan UGD menatap ke arah mereka dengan pandangan terkejut.

“Kak Dewa.” Gadis yang tadi dipanggil ‘Gla’ berlari mendekat, meraih lengan Dewa dan menarik lelaki itu mundur. “Apasih kok, jadi kasar gini sama cewek,” ujarnya.

“Cewek? Cewek yang mau aja jadi selingkuhan, padahal dulu Ibunya melahirkan dia di luar nikah?”

“DEWA!” seru Gladis sembari menepuk dada lelaki itu, tampak marah begitu mendengar perkataan Dewa kepada Heya. Orang-orang terus memerhatikan mereka, yang membuat Gladis mengembuskan napas pelan.

“Kamu boleh pergi, makasih udah antar Jelita ke rumah sakit. Maafin perkataannya Kak Dewa tadi. Tolong ngerti ya, kita semua panik karena dalam sebulan, ini udah yang ketiga kalinya Jelita masuk rumah sakit,” ujarnya yang membuat Heya mengangguk pelan.

Gadis itu meraih kopernya, melangkah pergi, sebelum ia kembali berhenti, menoleh ke arah Dewa yang terlihat sedang dimarahi oleh gadis tadi, sebelum ...

“Wa,” panggilnya yang membuat Dewa menoleh ke arahnya. “Gue nggak pernah tidur sama David, kalau itu yang membuat lo sampai semarah ini. Gue juga tahu minta maaf nggak akan mengubah apapun, tapi seenggaknya gue tetap harus bilang itu ke Jelita.” Heya menggenggam kopernya erat, gadis itu berusaha keras menahan air matanya.

“Gue memang anak yang lahir di luar nikah, lo nggak perlu terus mengatakannya, karena gue juga udah sangat benci dengan diri gue sendiri karena hal itu, kok.”

Heya hendak kembali melanjutkan langkah, sebelum pandangannya menemukan David yang berdiri di depan pintu UGD. Entah sejak kapan lelaki itu di sana, namun ia pasti sudah mendengar apa yang baru saja Heya katakan. Air mata Heya jatuh, bersamaan dengan itu, gadis itu berbalik, melangkah pergi dengan bahu yang bergetar karena tangis.

Kedatangan David seolah menjadi rumah untuk Heya. Perhatian dan hal-hal manis yang diberikan lelaki itu membuat Heya merasakan bahagia setelah bertahun-tahun hidup dengan rasa sakit. Saat Heya akhirnya seolah bertemu dengan lelaki yang tepat, tentu saja gadis itu ingin menjadi egois dengan melupakan fakta jika lelaki itu telah dimiliki. Namun, sekarang dunia seolah kembali menyadarkannya.

Bahagia itu adalah semu. David tidak akan pernah bisa dia miliki. Heya memang harus pergi sejauh mungkin dari lelaki itu.
 













Sekali lagi aku bilang, kalau tokoh utama di cerita ini adalah Heya hehe, barang kali kalian lupa.

Semuanya tentang Heya gais, jadi buat yg suka emosian, ceritanya dilewati aja gapapa kokkk

Aku memang mengambil sudut pandang dari orang ketiganya, semoga mengerti yawww 🖤🖤

Thank you.

Follow ig, wattpad, karyakarsa, tiktok : Rizcaca21

REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang