Selamat Membaca
Kangen engga?
Aku bawa tokoh baru di cerita ini, coba kasih api dulu biar makin semangat updatenya hehehe 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
David masuk ke ruang rawat Jelita ketika malam tiba. Lelaki itu yang menginap untuk menemani Jelita, sedangkan Ibu pulang dan menemani Bunda di rumah. David tidak banyak bicara. Setelah mengobrol berdua bersama Gladis, hatinya menjadi bimbang. Langkah apa yang harus ia ambil setelah ini?
Jelita menoleh ke arah pintu masuk begitu David melangkah masuk. Keduanya sempat saling bertukar tatap, sebelum David mengalihkan pandangannya lebih dulu. Ia mendekat, merapikan selimut Jelita, sebelum menatap gadis itu.
“Kalau ada perlu apa-apa, bilang. Aku yang nemenin kamu malam ini,” katanya sembari mengusap lembut kepala gadis itu, sebelum melangkah menuju sofa, namun baru beberapa langkah, perkataan yang keluar dari mulut Jelita menghentikan langkahnya.
“Jadi, gimana?”
David menoleh, menatap Jelita dengan pandangan bertanya. “Apa?”
“Kita. Setelah ini apa, Kak?” tanya gadis itu sembari menatap David dengan mata berkaca-kaca.
“Kamu masih sakit, Ta. Kita bicarakan lagi setelah kamu sembuh.”
“Nggak ada bedanya!” sela Jelita dengan nada tinggi, gadis itu mengembuskan napas kasar. “Aku sakit atau sembuh, semua itu nggak akan mengubah keputusan kamu, kan?”
David mengembuskan napas pelan, ia menarik kursi, dan duduk di samping ranjang Jelita. Keduanya diam beberapa saat, berusaha menenangkan perasaan masing-masing, sebelum kembali berbicara.
“Kamu masih mencintai aku, Kak?” tanya Jelita yang membuat David menatapnya, tampak terkejut. “Hanya ada kita berdua sekarang, aku ingin dengar jawaban jujur dari kamu,” ujarnya.
David menunduk, menatap cincin pertunangannya dengan Jelita. Diam beberapa saat, lalu ... “Aku nggak harus berbohong lagi kan, Ta?” tanyanya yang membuat air mata Jelita jatuh membasahi pipinya. “Maafin aku,” ucap David sembari menatap Jelita dengan pandangan menyesal.
“Sehebat apa Mbak Heya, sampai dia bisa mengubah kamu kayak gini, Kak? Apa kelebihan dari dia, yang nggak aku punya?” tanya Jelita marah.
Gadis itu menghapus air mata di pipinya dengan kasar. “Lalu, setelah ini apa? Jalan mana yang akan kamu ambil untuk hubungan kita?”
“Kamu mau kita bertahan?” tanya David yang membuat Jelita mengerutkan kening mendengarnya. “Kalau kamu mau, aku akan mempertahankan hubungan ini. Menjalaninya meski cinta itu udah nggak ada di antara kita.”
“Kita? Kamu yakin nggak salah bicara?”
David mengembuskan napas pelan. “Ini terkesan menyalahkan kamu, tapi kamu juga harus mengakuinya, Ta. Cinta kamu ke hubungan kita nggak sebesar dulu,” katanya yang membuat Jelita bangkit duduk perlahan, menatap David marah.
“Beberapa kali, bahkan saat pertunangan kita akan dilakukan, kamu masih sempat jalan berdua dengan Adit, kan?” tanya David mengarah kepada sekretaris pribadinya yang dulu bekerja untuk sang bunda. “Malam itu, aku melihat kalian pelukan berdua di halaman belakang.”
“Itu semua juga karena kamu,” kata Jelita sembari menangis setelah beberapa saat diam. “Kamu nggak pernah meluangkan waktu untuk aku. Kamu nggak lagi memerhatikan aku seperti dulu. Di saat aku butuh kamu, Bunda selalu menyuruh Mas Adit untuk menggantikan sosok kamu. Aku nggak pernah meminta dia, tapi yang selalu ada untuk aku memang dia. Aku juga perlu ditemani, tapi waktu kamu habis dengan Mbak Heya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON
RomanceAnggoro Series 3 Selalu ada alasan di setiap keputusan. Apa yang Heya lakukan hari ini mungkin saja akan sangat disesalinya di masa yang akan datang. Namun, melewatkan lelaki seperti David dalam hidupnya, adalah hal bodoh yang tidak akan dia lakukan.