Selamat Membaca
Haii
Ayo kasih api dulu biar makin panasss 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Heya mengusap matanya yang terkena telur mentah itu, sebelum pandangannya menemukan mobil David yang berjalan keluar dari basement, kaca mobil bagian belakang terbuka, menampilkan Jelita yang tengah menatapnya, sedangkan di samping gadis itu, David duduk diam menatap lurus ke depan. Mobil mereka berjalan pelan, melewati Heya begitu saja.
Gadis itu masih menatap mobil David yang perlahan menjauh, sebelum sebuah jas hitam disampirkan di bahunya, Heya menoleh, menatap Haikal yang tampak menatapnya khawatir. “Lo nggak apa-apa, kan?” tanya lelaki itu yang membuat kedua mata Heya berkaca-kaca setelah mendengarnya.
“Lo berempat udah merasa jadi jagoan?!”
Heya menoleh, menatap Minji yang meraih telur mentah di tangan salah satu gadis itu, lalu menepuknya keras di kepala salah satunya. “Apa? Nggak terima? Itu nggak sebanding dengan berapa jumlah telur yang lo lempar ke teman gue!” teriaknya marah yang membuat Yuna dan Mario berlari ke arahnya, dan menariknya mundur.
“Teman lo selingkuh, Sialan!” balas salah satu dari gadis itu yang membuat Minji berjalan maju dan mendorong bahunya kasar.
“Terus urusannya sama lo apa, Sialan? Yang berhak marah itu bukan lo, yang berhak menghakimi juga bukan lo. Jadi, pergi dari sini sekarang, atau kita selesaikan semuanya di kantor polisi.”
Heya menoleh begitu Haikal merengkuh bahunya, “Lo harus ganti baju,” katanya sembari menuntun Heya untuk berjalan menjauh dari depan lobi kantor mereka.
*
Heya menatap Yuna dan Minji yang tengah duduk di salah satu kursi di taman umum ini, sedangkan Mario dan Haikal tampak berdiri sembari tangan disilangkan di depan dada. Gadis itu berjalan mendekat setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian ganti yang dibawa oleh Minji di toilet umum.
“Duduk sini, Ya,” ucap Yuna yang pertama kali menyadari keberadaan Heya, gadis itu berdiri, membiarkan Heya duduk di tempatnya tadi, di samping Minji.
Gadis itu menurut, duduk di kursi, menatap satu persatu temannya sebelum tersenyum getir dan berucap pelan, “Makasih.” Setelah apa yang terjadi, Heya merasa jika teman-temannya tidak akan peduli lagi padanya, namun ia keliru. Mereka masih membelanya.
“Sejak kapan?” tanya Minji yang membuat Heya menatapnya. “Dengan David, sejak kapan semua ini kalian mulai?”
“Sekitar tujuh bulan yang lalu, liburan pertama kita sama David di Bandung,” jawabnya jujur yang membuat Minji mengembuskan napas kasar.
“Kenapa sih, Ya? Kenapa harus kayak gini? Lo sekarang tahu kan gimana akibatnya? Cuman lo yang disalahkan, cuman lo yang direndahkan kayak tadi.” Minji menatap Heya yang matanya memerah dan berusaha menahan tangis, gadis itu mengembuskan napas kasar, lagi, entah sudah untuk ke berapa kalinya. “David bahkan nggak bisa melindungi lo di saat kayak gini,” katanya pelan.
Benar, yang Minji katakan benar, lelaki itu tidak ada, bukan tidak ada tapi tidak bisa. David tidak bisa melindungi Heya, lalu kenapa harapan itu selalu muncul di dalam hati Heya ketika mereka tengah bersama? Bayangan penuh kebahagiaan itu ... bagaimana bisa Heya memimpikannya sedangkan akhir kisah mereka sudah sangat jelas?
***
David menoleh ke arah Jelita yang duduk diam di sampingnya, mobil yang dikendarai oleh Adit – sekretaris pribadinya – melaju entah ke mana, lelaki itu tidak tahu, atau lebih tepatnya ia tidak peduli. Karena yang ada di pikirannya saat ini hanya ... Heya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON
RomanceAnggoro Series 3 Selalu ada alasan di setiap keputusan. Apa yang Heya lakukan hari ini mungkin saja akan sangat disesalinya di masa yang akan datang. Namun, melewatkan lelaki seperti David dalam hidupnya, adalah hal bodoh yang tidak akan dia lakukan.