Athena•1

88 50 16
                                    

Diriku berbasa-basi pada bulan yang begitu terang tapi tak ada seduhan hujan yang datang, padahal langit saja paham bahwa mendung tersembunyi dibalik awan.

Lalu aku bertanya pada cakrawala malam,
"Hai malam sejak kapan kau tersedu-sedu tapi tak setetes air hujan kau tampakkan"

Lalu sebuah intuisi menjawabnya,
"Aku sedang berusaha baik-baik saja wahai nona, tapi jauh dikala bisikan angin tersampaikan diriku kalah"
Sungguh aku terpesona oleh dentuman narasi langit warna yang tersenyum namun hambar asanya.

Ibuku pernah berkata,
"Bertahan itu tidak semudah yang dijalankan nak" ucap Ibuku terhadap diriku.

"kenapa bisa begitu Bu?" tanyaku pada Ibu.

"Terkadang menyembunyikan air mata lebih sulit dari pada berpura-pura senyum untuk sekedar menutupi sebuah luka" tutur Ibuku.

"Semenyakitkan itukah lukanya bu?" tanyaku lagi.

"Suatu hari kau akan mengerti itu" tutur Ibuku kembali.

Dengan gembiranya akupun menjawab,
"Baiklah suatu hari nanti aku akan menunggu waktu itu tiba" jawabku dengan menunjukkan kedua jempol ku.

Akan tetapi ibuku ada raut sedih pada wajah cantiknya.
"Kenapa ibu tidak senang?" tanyaku pada Ibuku.

"Tidak nak, ibu hanya sedikit berpikir" bicaranya padaku sambil menatap mata kecil berwarna coklat milikku.

"Ibu hanya berharap rasa sakit yang pernah dirasakan ibumu ini tidak datang padamu" jawab Ibuku dengan lembut serta nada sendu.

"Ibu ayoklah, aku hanya ingin mengetahui sesuatu tidak untuk merasakannya" ujar diriku pada Ibu.

"Putriku sangat lucu dan manis, kalau begitu suatu hari nanti setelah waktunya tiba cerdaslah dalam melihat sesuatu" Ucap Ibuku dengan seulas senyum manis dibibirnya.

"Tentu saja ibu" jawabku lalu menciumi pipi Ibuku dengan penuh senyum.

"Ibuku selalu terbaik dihatiku" ucapku dalam hati dan sekilas melihat wajah manis dan cantik itu.

Lalu setelah tibanya keheningan malam, tanpa sadar aku membuka sebuah jendela kaca kamar milikku tak lama setelahnya angin datang seolah-olah memberiku ucapan tersirat, bahwasanya tidurlah hei cantik tidak baik berlama-lama dengan malam.

"Hem apakah aku boleh melihat dunia" ucap ku sambil berpikir.

"Aku rasa terlalu melebur pada titik antariksa dibalik sinarnya rembulan" Ucapku sambil memejamkan mata menikmati malam hari dengan tenang.

"Akan ku usahakan yang terbaik suatu hari nanti" Ucapku dalam hati dengan masih mata terpejam lalu wajah cantikku tersenyum dengan kedua tangan disaku celanaku, Aku berdiri seolah melihat bahwa ada wangi aroma kerinduan tentang sebuah keluarga.

"Aku ingin berlari lalu melihat adiwarna tanpa menyalakan angkasa yang telah menurunkan hujan ditengah angin badai menerpa tujuanku" monolog hatiku dengan pikiranku.

Dan setelahnya aku mangkir dari jendela yang telah membawa angin padaku, Akupun kembali pada kasur yang tengah menunggu tidur nyenyak ku, tak butuh lama bagiku untuk sekedar memejamkan mata.

"Selamat malam langit antariksa" ucapku sebelum menuju alam mimpiku.

Tidur panjang yang penuh dengan keindahan serta sunyinya malam sedang menyambut pagi hari dengan suara kicauan.

Dialog AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang