Cerita ini adalah imajinasi yang dibuat penulis berdasarkan tokoh dan cerita dalam sejarah. Bahasa yang digunakan juga telah disesuaikan agar lebih mudah untuk dibaca.
###
Berita mengenai akuwu Tumapel yang membawa seorang Brahmani untuk dipersunting dalam waktu dekat, menyebar dengan cepat. Berita itu menyebar sampai ke telinga Mpu Parwa. Ayahanda Dedes, berpikir bahwa Dedes dibawa dan diculik paksa oleh Tunggul Ametung.
"Akuwu Tumapel! Kau berani menculik putri semata wayangku! Aku bersumpah, Tunggul Ametung yang telah berani menculik Dedes, kelak akan terbunuh dengan keris sakti!"
Kemarahan Mpu Parwa mencapai puncaknya. Dia memutuskan untuk pergi menemui Yang Suci Dang Hyang Lohgawe di Padepokan dan meminta pendapatnya. Mpu Parwa datang ke Padepokan yang berfungsi sebagai tempat kadewaguruan¹ bersama para Brahmana lainnya. Rombongan Mpu Parwa tiba di Padepokan saat hari hampir gelap.
Dang Hyang Lohgawe menyambut kedatangan Mpu Parwa beserta rombongan. Ia menghidangkan teh hangat untuk Mpu Parwa sembari menunggu seseorang.
"Silahkan Yang Terhormat Mpu Parwa, nikmati teh hangat sembari menunggu murid kepercayaan saya."
Belum sempat Mpu Parwa meminum, seseorang datang dan memperkenalkan diri kepada Mpu Parwa beserta rombongan Brahmana.
"Saya Arok, murid dari Yang Suci." Arok menundukkan kepalanya, tanda memberi hormat. Arok adalah murid kepercayaan dari Dang Hyang Lohgawe. Arok menjadi murid kepercayaan Dang Hyang Lohgawe, karena, Arok adalah murid yang paling cerdas dan kritis, padahal itu hanya siasat Arok saja. Disana, Arok bersikap seolah-olah dirinya bagian dari Brahmana. Di tempat itulah, Arok belajar ilmu pengetahuan dan ilmu lainnya yang mengacu pada agama Hindu Syaiwa. Dan inilah Arok saat matahari hampir terbenam. Arok adalah tiga hal, pencuri baik hati, penjudi, dan murid kepercayaan Yang Suci Dang Hyang Lohgawe.
Mpu Parwa mengangguk mafhum. Pembicaraan serius dimulai. Mpu Parwa menceritakan bahwa tersebar berita bahwa putrinya telah dibawa oleh akuwu Tumapel untuk dipersunting. Cerita berakhir pada kebingungan Mpu Parwa menghadapi hal ini.
"Kalau, dilihat. Sepertinya akuwu sengaja menyebarkan berita tersebut untuk membuat Brahmana tunduk kepada Tumapel. Yang artinya, membuat Brahmana tunduk juga pada Kediri." Arok menyampaikan argumennya dengan tenang dan jelas.
Argumen Arok membuat Brahmana yang ada di Padepokan menjadi ribut. Menurut para Brahmana, akuwu Tumapel tidak pantas untuk mempersunting seorang Brahmani. Dan lagi, antara Brahmana dan Kediri sedang berkonflik saat ini. Raja Kediri, mengagungkan dirinya sebagai Tuhan dan meminta seluruh rakyat termasuk Brahmana menyembahnya. Apabila tidak, nyawa akan menghilang.
"Menurutku, akuwu Tumapel memanfaatkan konflik yang sedang terjadi agar kaum Brahmana berperang dengan Kerajaan Kediri. Dengan begitu, Tumapel dapat melepaskan diri dari Kediri dan mengambil alih kerajaan Kediri." Mpu Parwa menarik kesimpulan yang membuat semuanya terdiam.
"Lantas, menurut Yang Terhormat Mpu Parwa, apa yang harus dilakukan?" tanya Arok.
"Kita biarkan mereka berdua menikah. Dan kita jadikan putriku untuk menjadi mata-mata sekaligus senjata, untuk menggulingkan akuwu Tumapel yang telah berencana memperparah konflik antara Brahmana dan Kediri."
"Apa kau yakin Yang Terhormat Mpu Parwa?" kali ini Dang Hyang Lohgawe yang bertanya.
"Tentu, ini salah satu bentuk pengorbananku sebagai seorang Brahmana." Mpu Parwa mengatakan itu dengan santai sembari meneguk teh hangat perlahan.
Arok terkejut mendengarnya, dalam hati bertanya. Bagaimana bisa seorang ayah menjadikan anaknya sebagai senjata untuk perang politik seperti ini?
"Jika itu kemauan Yang Terhormat Mpu Parwa, kita bisa menyusupkan Arok kedalam Pakuwon Tumapel dan menjadi perantara kita dan putri semata wayang Yang Terhormat." Dang Hyang Lohgawe membuat keputusan. Ametung telah meremehkan kaum Brahmana, sehingga menggulingkan akuwu Tumapel menjadi tujuan mereka.
###
Pakatik mendekati akuwu Tumapel yang sibuk merencanakan pernikahannya. Ametung berniat membuat pernikahan yang berkesan untuk Dedes. Dia berharap Dedes akan bahagia dan terus bersamanya, dengan begitu tujuan utama Ametung untuk membebaskan diri dari Kediri akan berhasil.
"Yang Mulia Akuwu, berita mengenai Yang Mulia Akuwu dan Brahmani sudah tersebar. Dan kemungkinan, sudah sampai ditelinga kaum Brahmana," ujar Pakatik Tunggul Ametung.
"Begitukah? Baiklah, pernikahanku dengan Dedes akan dilaksanakan besok! Lebih cepat, lebih baik bukan? Kaum Brahmana tidak akan bisa berkutik nantinya."
Ametung memerintahkan Pakatik untuk memanggil para emban dan mempersiapkan upacara pernikahan dengan segera. Sementara para emban mempersiapkan upacara pernikahan, Ametung memanggil penasehatnya yang seorang Brahmana-Brahmana yang terpaksa tunduk pada Kediri dan Tumapel-untuk meminta restu dan memimpin upacara pernikahan. Karena tidak dapat membangkang terhadap akuwu, Brahmana yang menjadi penasehat akuwu itu setuju.
Disisi lain, Dedes merasa heran karena emban yang ada disekitar keputrian berkurang. Hanya tersisa emban pribadinya saja.
"Ama, kenapa emban di sekitar keputrian berkurang?" tanya Dedes kepada Ama-emban pribadinya.
"Saya dengar mereka dipanggil Yang Mulia akuwu untuk mempersiapkan upacara pernikahan Yang Mulia akuwu dengan Yang Mulia Calon Paramesywari," jawab Ama seadanya.
"Kenapa tampak terburu-buru? Bukankah, hanya butuh sedikit emban untuk mempersiapkannya?"
"Karena, pernikahannya akan diadakan besok, Yang Mulia calon Paramesywari."
Dalam benaknya Dedes terkejut. Upacara pernikahanku dengan Tunggul Ametung seharusnya beberapa hari lagi. Kenapa Tunggul Ametung memajukan hari pernikahan?
Dedes mengajak Ama untuk mengikutinya, Dedes harus bertemu dengan Ametung untuk menanyakannya langsung. "Yang Mulia! Eh, maksudku kakanda!" teriak Dedes didalam bilik utama.
Didalam bilik, Ametung sedang berbicara kepada perancang pakaian pernikahan. Kaki perancang itu melemas saat mendengar bahwa upacara pernikahan diadakan besok. Namun, apa daya, perancang tak bisa melawan titah akuwu Tumapel selama ia berada di wilayah kekuasaan Tumapel.
"Ada apa kesayanganku?" Ametung tersenyum, hal ini membuat perancang pakaian dan emban pribadi Dedes melongo. Ametung tidak pernah tersenyum pada siapapun, sampai akhirnya, seorang wanita berhasil menarik hati Ametung. Dedes.
"Kenapa hari pernikahan kita dimajukan menjadi besok?" Dedes duduk diatas pangkuan Ametung. Perancang pakaian dan emban pribadi Dedes tahu diri, sehingga mereka keluar dari bilik utama, meninggalkan dua majikan mereka didalam bilik utama.
"Apa kau tidak menyukainya?"
"Tentu saja aku suka, hanya saja, aku tak yakin aku siap." Dedes melancarkan serangan mautnya, yakni bermanja pada Ametung. Dalam hati Dedes tertawa. Sepertinya bakat pelakon mengalir dalam darahku, batin Dedes.
"Kau pasti siap."
"Baiklah kalau itu kemauan kakanda."
Esoknya, upacara pernikahan benar-benar diadakan. Upacara diadakan secara tertutup. Tidak ada orang yang tahu detail upacara pernikahan Tunggul Ametung dan Dedes. Namun, berita menikahnya Akuwu Tumapel dengan Brahmani menyebar secepat kilat. Dan sampai ke telinga Mpu Parwa.
Para Brahmana, Mpu Parwa dan Yang Suci Dang Hyang Lohgawe kembali mengadakan pertemuan. Arok juga datang sebagai murid kepercayaan Yang Suci. Beberapa perkataan Brahmana kembali terdengar. Namun rasa-rasanya, perkataan Arok adalah perkataan yang paling waras untuk didengarkan.
"Yang Suci Dang Hyang Lohgawe, Yang Terhormat Mpu Parwa, saya rasa ini adalah hari yang tepat untuk saya menyusup kedalam Pakuwon Tumapel."
BERSAMBUNG
Catatan Penulis
¹ Kadewaguruan : lembaga pendidikan/perguruan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Sang Stri Nareswari [TAMAT]
Historical FictionDedes tak pernah bahagia saat hidup bersama Arok. Arok hanya memanfaatkan nya sebagai tumpuan agar menggulingkan Tunggul Ametung. Dan lagi, Arok lebih sering menghabiskan waktu bersama selirnya yang bernama Umang. Terlampau kecewa, Dedes berpikir u...