bagian 2

11.1K 617 35
                                    

𝐚𝐞𝐬𝐩𝐚 - 𝐒𝐚𝐥𝐭𝐲 & 𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭
.
..
...

Gorden sudah terbuka. Lampu sudah padam. Dan mentari sebentar lagi akan membumbung tinggi. Kicauan burung pun sudah tak terdengar bukan karena sudah siang hari. Tapi mungkin sudah beralih tempat tinggal mengingat padatnya kota Jakarta. Kini yang terdengar pagi-pagi hanya bisingnya kendaraan. Orang-orang yang rajin segera memulai aktivitas.

Tapi bagi Zafran pagi ini adalah puncak dirinya bisa tidur dengan tenang. Setelah semalam suntuk terjaga karena melihat sebagian tubuh sang istri. Untung dirinya masih waras tak langsung menerkam. Tapi sebenarnya sah-sah saja mengingat status mereka kini sudah halal. Apalagi predikat malam pertama seolah mengompori untuk segera mencicipi tubuh di sampingnya semalam. Makin-makin saja gelora hasrat itu naik. Tapi, ya ada tapinya. Memaksa bukan kamus Zafran. Tapi memberi dengan sukarela apalagi melemparkan diri padanya itu yang paling disukainya.

Zafran masih tidur dengan posisi menelungkup. Tanpa atasan hanya memakai celana pendek. Selimut pun sudah tersingkap menampilkan punggung polos itu. Berlian yang melihatnya pun tak berani menyelimuti kembali. Biar saja lelaki itu tidur seperti itu.

Berlian sedari bangun sibuk membereskan barangnya. Lemari besar itu masih ada celah kosong untuk menempatkan semua bajunya di sana. Tinggal skincare dan alat make up-nya saja yang belum. Mengingat tak ada rak kosmetik disini. Dirinya juga sudah melihat apartemen tempat lelaki itu tinggal. Dari ruang tamu sampai dapur kecuali ruang kerja milik lelaki itu. Apartemen yang klasik juga perabotan yang terlalu banyak. Mungkin karena dihuni lelaki jadi keinginan untuk mendekor ruangan tidak dilakukan. Menurut Berlian karena dirinya sudah tinggal disini jadi dirinya bisa berekspresi dengan mengubah tatanan di setiap sudut apartemen ini. Tapi dengan kesetujuan lelaki itu pastinya.

Berlian lanjut memasak. Karena di kulkas ada daging ayam juga sayur seperti wortel dan kol jadi dirinya membuat sop ayam. Sambal ulek. Juga menggoreng tempe. Berlian tak mungkin makan sendiri dan membiarkan suaminya kelaparan. Dirinya tak sekejam itu.

Jadi Berlian kembali ke kamar untuk membangunkan Zafran agar segera sarapan. Suara pintu terbuka lalu dengan hati-hati Berlian melangkah ke ranjang tempat lelaki itu tidur. Menggoyangkan lengannya secara perlahan lalu beralih keras mengingat lelaki itu tak kunjung bangun.

"Zaf. Bangun! Udah siang. Sarapan dulu yuk," Zafran membalik posisi. Mengerjap matanya mungkin membiasakan diri dengan cahaya ruangan. Setelah terbuka sempurna matanya mulai mengedar. Mencari si pemilik suara yang membangunkannya. Bukannya segar bangun dari tidur dirinya malah pusing kembali.

"Tsk! Ganti baju dulu lo! Apa-apaan pamer aurat depan gue. Gak nafsu tau gak. Malah risih gue," gengsi. Bilang aja nafsu lo makin naik. Setan jahat seakan tertawa melihat Zafran makin tersiksa.

"Pamer apaan si. Orang ni baju-" Berlian baru sadar sekarang. Dirinya masih memakai gaun tidur semalam yang berkain tipis juga warna putih pula. Apalagi gaun ini memamerkan lengan putihnya mengingat model bajunya yang bertali pundak. Berlian ingat dirinya memang tak sempat mandi. Apalagi membersihkan rumah dengan baju ini rasanya sangat nyaman bebas bergerak juga gak bikin gerah. Makin saja dirinya lupa untuk memakai baju yang tertutup. Mengingat dirinya kini tak tinggal sendiri di dalam sebuah kamar.

"Aku pakai sweater dulu. Kamu cuci muka sama sikat gigi. Bajunya aku siapin nanti aku taruh di ranjang," setelahnya Berlian melesat dengan gesit. Cepat-cepat mengambil sweater miliknya lalu memakainya secara tergesa. Beralih ke pakaian Zafran dirinya menarik acak kaus milik lelaki itu. Lalu kembali lagi ke ranjang melihat lelaki itu yang memejamkan mata kembali. Entah apa yang dipikirkan nya. Semoga bukan hal kotor tentang dirinya.

"Cepetan cuci muka Zaf. Nih bajunya. Aku tunggu di meja makan buat sarapan," tak menunggu balasan Berlian segera pergi. Meninggalkan Zafran yang masih hening seolah tidur kembali. Padahal ketika suara pintu tertutup terdengar Zafran segera bangkit ke kamar mandi. Senyum tipis terulas mengingat kelakuan gadis itu. Dirinya sebenernya tak benar-benar memejamkan mata dengan rapat. Menyisakan celah untuk dirinya bisa mengintip apa yang dilakukan gadis itu. Menyenangkan bagaimana wajah panik itu sedari tadi menggerutu. Mungkin sadar kelakuannya yang bisa membangunkan macan tidur.

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang