13. Ingin Bersama Cia Juga

1.2K 73 14
                                    

🙏🙏🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🙏🙏🙏

***

Dua hari berlalu sejak kejadian trauma Cia muncul. Gadis itu kini terbaring lemah di ranjangnya dengan infus yang menempel. Suhu tubuhnya sangat tinggi sejak pagi kemarin, dan malam ini tetap tidak ada perubahan. Awalnya Algar membawa Cia ke rumah sakit, namun belum sampai 3 jam di rawat, gadis itu merengek meminta pulang. Sempat mencabut infus dua kali, akhirnya dengan terpaksa Algar membawanya pulang.

Cia lebih banyak terdiam dua hari belakangan ini. Membuat Papa dan keempat Abangnya khawatir. Mereka berpikir bahwa Cia kembali mengingat masa lalu terburuknya, padahal setelah kejadian menyakitkan itu, Cia di diagnosa mengalami amnesia karena traumanya. Harusnya trauma itu tidak kembali muncul.

Tidak tau saja kalau kini otak kecil Cia tengah memikirkan cara agar terbebas dari kungkungan keluarga posesifnya ini. Kalian tidak lupa, kan, bahwa jiwa yang ada di tubuh Cia itu seorang Via?

Ia jengah terus-terusan di awasi. Mengumpat saja harus diberi hukuman. Ingin keluar saja jarang diizinkan kecuali bersama Papa atau Abangnya. Sungguh, menurut Via, mereka itu terlalu berlebihan, sangat lebay.

"Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Sky itu membuat Cia tersentak. Lelaki itu baru saja pulang dari luar negeri karena Algar yang meminta untuk mengurus perusahaan disana yang memiliki masalah. Mendengar sang Adik kesayangan sakit, Sky tanpa memikirkan apapun lagi langsung saja menyuruh asistennya menyiapkan pesawat pribadi. Dan pulang untuk langsung menemui Cia.

Cia tersenyum tipis, kemudian menggeleng. Melihat itu, Sky menghela nafas. Ia sudah mengetahui apa yang terjadi pada Cia. Dan itu membuatnya sangat marah.

Di kamar ini, hanya ada Sky dan Cia. Setelah tadi keluarganya yang sedang menjaga Cia, harus mendengarkan ceramah panjang dari Sky, kemudian lelaki itu mengusir mereka dengan sangat sopan.

"Keluar! Adikku butuh manusia dengan aura positif sepertiku. Kalian sangat bodoh dan tidak becus tidak pantas berada disini."

Jika bukan karena Cia yang memohon, pasti Sky kini sudah berada di peti mati. Tentu yang paling berang disini adalah Air. Musuh bebuyutan Sky yang selalu saja menyebalkan.

Sky menarik selimut sampai membalut seluruh tubuh Cia, kecuali kepalanya. Gadis itu masih menggigil kedinginan dan wajahnya juga sangat pucat. Kemudian memeluk si bungsu dengan penuh kasih sayang. Sky bisa merasakan panas dari tubuh Cia, meskipun adiknya itu sudah dilapisi pakaian tebal.

"Abang lebih baik melihatmu dengan kenakalan saja daripada harus seperti ini," gumamnya sedih.

Cih, giliran nanti gue balik nakal lo pada malah pasung gue, lagi.

"Gak boleh nakal, takut di lempar," lirih Cia tanpa sadar karena matanya sudah sangat berat.

Pelukannya semakin mengerat, Sky menunduk, melihat wajah pucat adiknya yang masih berusaha tetap menjaga kesadaran.

"Maaf," ucap Sky merasa bersalah.

Cia mendongak, "kenapa minta maaf?"

"Seharusnya kami tidak melakukan hal bodoh waktu itu. Kau pasti ketakutan dan tersiksa oleh orang itu."

Cia ingin bertanya, namun elusan tangan Sky di punggungnya membuat ia merasa nyaman. Hingga kantuk itu menyerangnya membuat ia tertidur di pelukan Sky malam itu.

***

Paginya, keadaan Cia sudah lebih baik. Meski rengekan pusing masih saja terdengar di telinga keluarganya. Tubuh mungilnya tenggelam di balik tubuh Edna. Gadis itu merengek minta di gendong oleh Abang kutubnya itu. Dengan senang hati Edna langsung mengangkat tubuh mungil itu.

"Abang?" Panggilnya pelan kepada Edna.

Edna hanya berdehem menjawab pertanyaan Cia, "mereka kenapa ada disini?" Tanyanya lagi dengan berbisik. Matanya memandang satu-satu wajah keluarganya yang juga sedang menatapnya.

"Hem?" Edna menunduk, mencari tau yang dimaksud 'mereka' itu siapa. Namun seketika ia paham saat melihat tatapan sang Adik.

"Ada apa, Queen?" Melihat putrinya yang berbisik bersama Edna, Algar tak tahan untuk tidak bertanya.

"Coba kau tanyakan saja pada mereka," ucap Edna membuat yang lain kebingungan. Apa yang sedang dua orang itu bicarakan, pikir mereka.

Cia menggeleng, "nggak ah, takut. Muka mereka semua nyeremin." Kayak setan.

"Siapa yang kau maksud menyeramkan, hm?" Sky menyahut. Lelaki itu mendekat, lalu merentangkan tangannya pada Cia. "Mau berpindah gendongan?"

Edna menatap tajam Sky, namun pria itu tidak peduli. Justru ia tersenyum lebar saat Cia mengangguk kemudian ikut merentangkan tangannya juga, "mau sama Abang Sky!"

"Bersama Abang saja. Sky itu belum mandi, tubuhnya bau busuk. Apa kau tidak menciumnya?" Sergah Edna mencoba agar Cia tidak lepas dari dekapannya. Mendengar itu, sontak saja Sky melotot tidak terima. Sedangkan Cia menatap Edna bingung, lalu kemudian beralih menatap Sky, "Abang Sky belum mandi?"

"Kau percaya pada kulkas berkarat itu?" Sky balik bertanya membuat Cia kembali menolehkan kepalanya pada Edna.

Cia menggeleng pelan, "mau digendong Abang Sky," cicitnya.

Dengan amat sangat terpaksa, Edna memberikan Cia kepada Sky yang diterima dengan senang hati oleh pria itu. Bibirnya tersenyum lebar lalu memberi ciuman bertubi-tubi di pipi Cia.

"Ini tidak adil!" Air menjerit membuat semua orang di kamar itu menoleh padanya. "Dia bahkan sudah semalaman bersama Cia! Dan sekarang kau kembali merebutnya. Hari ini bagian Cia bersamaku!' Protesnya tidak terima.

Sky mendelik. Apa-apaan anak itu, mengganggu saja, batinnya kesal.

Cia jengah. Hal seperti ini sudah sangat sering terjadi. Si Air yang selalu tidak mau kalah, sedangkan Si Sky yang julidnya minta ampun membuat kepala Cia pusing tujuh keliling.

"Diam kau bocah! Masih bocah jangan sok' keras, Dek!" Nyinyirnya pada Air.

"Kemarin-kemarin saat kau tidak ada disini, hidup kami semua aman dan damai. Tapi setelah kau kembali, semua selalu merasa dalam suasana hati yang buruk!"

"APA?!"

Cia terkejut saat Sky berteriak di dekat telinganya. Wajah Sky berubah merah seperti sedang marah. Tapi kenapa di mata Cia, Sky malah bertambah tampan?

"Jangan berteriak di dekat Cia, Sky!" sentak Jhadra ikut-ikutan.

"Kau lihat? Kak Jhadra saja kesal padamu," balas Air merasa menang.

"Kau—"

Algar terlampau kesal pada kedua Putranya itu. Hingga ia mendekati Sky lalu memotong ucapan lelaki itu.

"Berikan Cia pada Papa. Lalu kau berdua," Algar mengambil alih paksa Cia dari Sky, kemudian matanya menatap nyalang pada Sky dan Air, "pergi ke ruang biasa bersama Jhadra untuk berlatih. Ajak Sera juga sebagai wasitnya."

Sera adalah harimau peliharaan Algar. Sky dan Air meneguk ludahnya kasar. Jika begini, satu dari mereka harus mengalahkan dua lawannya.

***

mmm jdi gini gess...

TRANSMIGRASI; Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang