2. Hah? Transmigrasi?

1.9K 96 1
                                    

Via memandangi satu-satu wajah lelaki yang ada di ruangannya. Sekitar 4 orang saat ini yang menunggui dirinya. Mereka mengaku-ngaku abangnya Via, padahal gadis itu ingat sekali bahwa ia sama sekali tidak memiliki seorang kakak apalagi sampai empat seperti ini. Ia hanya memiliki adik laki-laki, itupun adik tiri.

"Sekarang kau mengingat nama kami?"

Ahg, tadi dokter bilang, Via mengalami amnesia sementara. Itu sebabnya ia tidak mengingat apapun tentang para manusia yang mengaku sebagai abangnya kali ini. Tapi beneran, deh, Via tuh bener-bener ga punya abang.

Via menggeleng pelan sambil menunduk. Hal itu membuat keempat lelaki tampan disana menghela nafas.

"Tidak apa jika kau belum mengingat nama kami. Tapi kau tidak perlu takut, kami adalah abangmu, oke?" ujar seorang yang tadi memperkenalkan dirinya dan orang-orang yang berada disana. Kalau tidak salah, namanya Abang Jhadra.

Gadis satu-satunya yang ada di ruangan itu hanya mengangguk. Kepalanya di usap lembut oleh— Via lupa siapa namanya— tapi dia memiliki mata berwarna biru, membuat gadis itu mengerjapkan mata bulatnya lucu.

Mereka tersenyum gemas melihat itu. "Sekarang Cia tidur. Kami semua akan tetap menemanimu."

"Cia?" gumamnya sebelum benar-benar terlelap. Usapan di kepalanya membuat ia merasa nyaman. Membuat kantuk itu datang dengan cepat, padahal baru saja ia bangun dari tidur lamanya.

***

Via tidak tau dimana ia sekarang. Hanya ruangan putih tanpa celah membuat kepalanya pusing. Disini tidak ada apa-apa, pun juga tidak ada siapa-siapa. Via berjalan dengan kepala menoleh ke kanan ke kiri. Nihil, semuanya tetap putih. Bahkan ia tidak tau, apakah saat ia berjalan ini maju atau tidak.

"Kak Via!"

Menoleh ke segala penjuru arah saat ada yang memanggil namanya. Namun disini tetap tidak ada siapa-siapa.

"Kak Via!"

Jujur saja, Via benar-benar takut saat ini. Ia menyesal telah begadang malam itu, membuatnya terlambat bangun, terlambat pula ke sekolah. Ia menyesal tidak bertanya dahulu kepada Pak Handoko rumput mana saja yang di perbolehkan untuk di cabut. Ia juga menyesal kenapa mesti kabur padahal bisa saja Ia menjelaskan lalu meminta maaf kepada Pak Handoko. Ya, Via benar-benar menyesal.

"Hiks, Bunda, Via takut," lirihnya ketakutan.

"Kak Via! Kak Via kenapa nangis?"

Ntah sosok apa yang bertanya itu. Via tidak tau wujudnya. Tapi ia menggerutu dalam hati, udah tau gue nangis gara-gara lo. Malah nanya lagi.

"Loh! Kok gara-gara Cia, sih, Kak?!" Sosok itu protes tidak tau kenapa. Eh? Tunggu! Apa ia bisa mendengar kata hati Via? Berarti sosok itu setang, dong?!

Via menggeleng ribut, "ampun! Ampun, deh, setan. Gue gatau salah gue sama lo apa. Tapi tolong, jangan ganggu gue. Lepasin gue, hiks," mohon Via menangis sambil mengatupkan kedua tangannya.

Tiba-tiba saja angin berhembus di depan wajah Via. Lalu asap putih mengepul bersamanya wujud seorang gadis memakai gaun putih muncul. Wajahnya tidak seram, malah terlihat sangat lucu dengan pipi gembulnya.

"L-lo si-siapa?" Tanya Via tergagap melihat sosok di depannya itu. Sedikitnya ia merasa lega, bukan cuma dirinya ternyata yang ada di sini. Tapi tetap saja, dengan kemunculan gadis itu sedikit membuat tubuh Via gemetar. Sepertinya dugaan Via benar, bahwa dia adalah hantu.

Sosok itu tersenyum manis, "Kak Via jangan takut dong. Muka Kak Via kayak udah ngeliat setan aja. Ya, meskipun Cia setan, sih?" nada awalnya merajuk, namun di akhir hanya gumaman saja yang Via dengar.

TUH, KAN BENER! Wajar, dong, jika Via benar-benar takut. Dia sendiri aja ngaku setan. Tapi Via akui, setan yang ini tidak seseram yang biasa ia lihat di film-film. Justru setan yang ini terlihat sangat-sangat lucu, imut, dan menggemaskan. Membuat ia ragu akan persepsinya sendiri yang mengatakan bahwa dia adalah setan. Tapi tetap saja, dia sendiri yang mengaku dirinya setan.

"Lo kenapa bisa ada disini?" Nada ketakutan masih terdengar jelas meski Via berusaha menutupinya.

Sosok itu memberengut, "Cia disini karena Kak Via juga disini. Gimana, sih?!"

"Cia?" Seperti tidak asing nama itu. Pernah mendengar dimana, ya, Via?

"WELCOME DI DUNIA WEBTOON!"

"H-hah?!" Via mengernyit. Dunia Webtoon? Maksudnya apa, sih?

"Ish, masa Kak Via gak ngerti juga, sih?" sosok bernama Cia itu menggerakkan bibirnya julid. Tiba-tiba dinding putih itu retak, menampilkan kehidupan seorang Cia yang katanya ada di dunia Webtoon.

Beberapa lama ia terdiam. Melihat cuplikan tadi seperti tidak asing. Jhadra, Edna, Sky, dan Air. Juga Ceisya atau Cia.

Tunggu. Sepertinya Via ingat sesuatu. Ia menoleh pada sosok gadis itu. Cia? "Ceisya Queenara Abrams?"

Mata sosok itu berbinar, "Kak Via ingat?"

"Webtoon yang judulnya Possessive Brother's? WHATTT?! ITU BUKANNYA WEBTOON KARYA GUE?!"

"Yashhh!" Sosok itu mengangguk antusias.

"Jadi menurut lo, jiwa gue pindah ke tubuh lo buat meranin tokoh utama di Webtoon itu? Transmigrasi?"

"SERATUS BUAT KAK VIA!" ia bertepuk tangan seolah memberi apresiasi kepada Via karena menjawab pertanyaannya benar.

Apa lagi ini, ya Tuhan!!!

***

TRANSMIGRASI; Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang