14. Dunia Fiksi Atau Dunia Nyata?

696 37 5
                                    

ANYEONGGG YEOROBUNNNNNNN!!! ADA YANG NUNGGUIN CERITA INI GASIIIIEEEE???

***

"Kau sudah siap?"

Cia mengangguk. Lalu Jhadra menggandeng lengan Cia untuk membawanya ke ruang makan. Semenjak kejadian hari lalu yang membuat Cia murung, Jhadra kini lebih berusaha semakin dekat dengan Adiknya itu.

Semua mata kini tertuju pada dua orang yang saling bergandengan itu. Gadis dengan balutan seragam itu berjalan dengan langkah riang. Kondisinya sudah jauh lebih baik dari hari sebelumnya, sehingga Papa dengan semua Abangnya itu kembali mengizinkan Cia untuk pergi ke sekolah.

"Kemari princess," Algar menggerakkan tangannya agar Cia duduk didekatnya.

Air yang juga duduk disebelah Cia segera menyerahkan sarapan untuk adiknya setelah mengecup sayang kepala Cia. "Ayo makan."

Cia merasa beruntung berada ditengah-tengah keluarga ini. Batinnya berharap agar semua ini tidak akan pergi meninggalkannya.

Namun, sesuatu mengganjal dihatinya. Jika semua ini tidak boleh meninggalkannya, lantas bagaimana kehidupan asli seorang Via disana? Gadis malang yang berada diambang kematian. Gadis malang yang ntah bagaimana harus memiliki kehidupan yang begitu membingungkan.

Sejujurnya, Cia ingin kembali menjadi Via. Namun menjadi Cia adalah doanya yang sedari dulu selalu ia ucapkan. Via? Haruskah ia kembali pada kehidupan aslinya itu?

"Mengapa melamun? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Suara Edna memecah membuyarkan Cia yang tadinya hanya terdiam. Pandangan semua orang yang tadinya hanya terpaku pada sarapannya kini terangkat untuk melihat keadaan gadis kesayangan mereka itu.

Cia tidak tau mengapa dirinya menjadi sensitif begini. Tatapan khawatir yang ia lihat disekelilingnya membuat Cia malah menangis.

"Hey, ada apa sayang? Mengapa menangis?" Tanya Algar cemas. Lelaki paruh baya itu segera mengangkat Cia kedalam pangkuannya dan memeluknya. "Apa tubuhmu merasa sakit, hm?"

Cia menggeleng, "no, Papa. Cia gapapa," jawabnya dengan mengangkat kepalanya. Algar membersihkan wajah putrinya yang kini berantakan itu tanpa rasa jijik.

"Hari ini tidak perlu sekolah dulu kalau begitu."

"Papa jangan bikin Cia tambah kejer nangisnya ya?!" Sinisnya memandang Algar. Yang ditatap hanya mengangkat satu alisnya saja, "wajahmu berantakan seperti ini."

"Rapihin lagi, dong!" Ucap Cia kesal sembari mengambil tangan Papa-nya itu dan meletakkannya diatas wajahnya. Rapihin katanya.

Algar terkekeh, "jadi tetap sekolah apa tidak?"

"Sekolah atuh anj-ANGAN DITERUSIN UDAH!"

Umpatannya terpotong saat Algar menatapnya tajam. Lalu dengan durhakanya, tangan mungiel gadis itu membekap mulut sang Papa.

***

Cia tidak memiliki teman. Semua orang disini begitu aneh, masa Cia cuma mau ngobrol aja mereka langsung pada ngacir. Bukan hanya itu, baru saja melangkah ingin mendekat, murid-murid itu ntah mengapa menunjukkan raut ketakutan.

Helloooo, apakah memiliki wajah imut berlebihan membuatnya terlihat sangat menyeramkan?

Istirahat kali ini ia gunakan hanya berjalan mengelilingi sekolah. Cia tidak tau Air kemana. Biasanya pria itu selalu menunggunya didepan kelas sebelum bel istirahat berbunyi. Namun, ntah dimana dia sekarang.

"Nyebelin banget!"

Sekolah milik keluarganya ini memiliki bentuk tidak asing. Hampir sama seperti sekolah lamanya yang berada didunia nyata, namun AHS jauh lebih megah dan mewah. Seperti posisi gedung dan kelas yang letaknya tidak jauh berbeda dengan sekolahnya, jadi Cia tidak perlu takut tersesat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRANSMIGRASI; Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang