1. INILAH DUNIAKU

41 0 0
                                    

Suara berdenging terdengar dari ketel air di atas kompor. Miranti menunggu beberapa saat sebelum memutar tombol untuk mematikannya. Ketika dia menuangkan air panas ke dalam cangkir berisi teh celup, suara kursi bergeser membuatnya menoleh.

Jeffry mengempaskan dirinya ke kursi yang baru digesernya. Tatapannya sedikitpun tak bergeser dari layar ponsel. Miranti memandanginya sebentar, lalu mengedik dan mencelupkan utas teh itu beberapa kali kemudian membubuhkan gula pasir.

"Teh manisnya, Jef."

"Tengkiyu," sahut Jeffry. Matanya masih terfokus ke ponsel dalam genggaman. "Aw, panas...," gumamnya ketika tak sengaja menyentuh bagian luar cangkir.

Miranti tertawa pelan. Menggeleng-geleng.

Ting!

Suara pemanggang roti mengalihkan perhatiannya.

"Mau selai apa, Jef?"

"Apa aja boleh." Mata Jeffry belum juga teralihkan. Jarinya terlihat mengambang di atas layar, lalu bergerak cepat menggeser halaman. "Aku minta dua tangkup ya," katanya. "Punya kentang, Mir? Gorengin ya."

"Oke. Itu lagi digoreng, sebentar lagi kelar," sahut Miranti. Dia mengoleskan selai kacang di atas selembar roti tawar dan selai cokelat di atas lembar lainnya, lalu mengangkat kentang dari penggorengan.

Miranti menyodorkan piring dengan dua tangkup roti dan satu piring lain berisi kentang goreng ke hadapan Jeffry, lalu menggeser kursi di hadapannya. Hampir tak ada yang istimewa tentang rutinitas pagi di rumah ini. Selera Jeffry untuk sarapan sama sekali tidak rumit. Dia bisa melahap apa saja yang disodorkan Miranti. Jeffry tak pernah pilih-pilih. Semua makanan dia suka. Roti, kentang, nasi goreng, apa saja.

Miranti menyesap air putih hangat yang baru dituang ke dalam gelas. Ekspresi Jeffry dan kerutan-kerutan di dahinya menarik perhatian. Dia tersenyum geli menyaksikan suami tersayangnya begitu serius dengan gawai, bahkan saat di meja makan. Kadang-kadang mengesalkan, memang. Tapi, Miranti berusaha memaklumi.

Jeffry termasuk pemain baru di jagat media sosial. Baru satu tahun terakhir dia cukup aktif di sana. Etapi, sulit juga kalau dibilang aktif karena dia sangat jarang mengunggah status, lebih banyak baca-baca status teman-teman di dunia mayanya. Jeffry pasti masih tergagap-gagap (atau euforia?) mengarungi dunia barunya.

Sebagai veteran di media sosial dan pernah mengalami situasi yang sama bertahun-tahun yang lalu, Miranti bisa merasakan sensasi itu, malah lebih. Dia aktif di hampir semua media sosial. Tak terhitung berapa status yang dia unggah, berapa komentar dan like yang disumbangkannya. Bisa dibilang, orang akan dengan mudah menebak siapa dan bagaimana dirinya dari media sosial Miranti.

Media sosial memang candu bagi kebanyakan orang, termasuk Miranti. Setiap langkahnya tak pernah lepas dari gawai dan media sosialnya. Ada yang kurang jika dalam sehari tak mengunggah status, foto, maupun berkomentar di sana.

"Kamu kayaknya gatel-gatel ya kalau nggak bikin status, Mir?" sindir Tika, sahabatnya sejak SMP hingga saat ini, suatu ketika.

Miranti hanya akan menanggapi dengan terkekeh. Tentu saja dia berkomentar sambil sibuk menyelam di dunia maya. Bertahun-tahun dia seperti itu hingga pensiun beberapa tahun lalu, saat hamil anak pertama. Pengalaman sulit menjalani trimester pertama kehamilan anak pertamanya membuat Miranti hampir tak sempat menyapa dunia dan mengabarkan segalanya lewat media sosial. Dia terlalu lelah menghadapi mual dan badan yang terasa lemah sepanjang hari selama beberapa bulan. Sejak saat itu dia hanya aktif di satu grup obrolan dan sesekali menengok akun fesbuknya. Aplikasi lain sudah dihapus. Performa ponselnya jadi kembali baik.

Gerakan mengentak Jeffry yang tiba-tiba mengagetkan Miranti.

"Kenapa, Jef?" tanyanya sedikit khawatir.

RUMPUT TETANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang