"Papa Jemmy dan Mikaaa...!" suara itu kembali terdengar. Lebih nyaring dari sebelumnya, tapi bukan jenis suara yang mengandung amarah atau kekesalan. Melegakan.
Meskipun begitu Jeffry tak bisa berbuat banyak karena dia sudah di dalam kamar mandi. Tak mungkin dia mengenakan bajunya lagi lalu tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Miranti. Dia mematikan kucuran shower, siapa tahu Miranti memanggilnya lagi. Namun, tak ada yang terdengar. Dia pun bisa membersihkan diri dengan tenang.
"Ada apa, Mir? Tadi manggil aku?"
Jeffry sudah berganti pakaian dengan kaus oblong dan celana rumah sebatas lutut. Dia mengibas-ngibas rambutnya yang sudah setengah kering. Terlihat segar.
"Ganteng amat papanya Jemmy," sahut Miranti, tak menjawab pertanyaan Jeffry.
"Suami siapa dulu...," katanya membalas dengan pujian terselubung yang menyasar dua sasaran sekaligus. "Ada yang bisa kubantu?"
"Nggak jadi, udah beres," sahut Miranti. Dia menepuk-nepuk Mika yang sudah tertidur dalam gendongannya. Suaranya kini sudah benar-benar kembali normal. "Tadi aku mau minta tolong gantiin popok Mika. Jemmy minta diantar ke toilet soalnya."
"Ooh... sudah beres sekarang?" tanyanya setenang mungkin meski sebenarnya dia ingin memekik yes!
Alhamdulillah. Tanpa disadari dia sudah terbebas dari tugas yang, menurutnya, berat. Dari semua tugas sebagai ayah, Jeffry paling menghindari mengganti popok dan segala urusan yang berhubungan dengan toilet. Sebagai gantinya, dia akan secara sukarela mengerjakan tugas-tugas lain. Menyapu, mengepel, mencuci piring, menjemur baju, menyeterika... apa pun, asal jangan mengurusi air seni dan pup bocah. Aku serahkan pada ahlinya saja.
Jadi, sebenarnya tadi dia diselamatkan oleh kegiatan mandinya. Apa jadinya kalau dia telat masuk ke kamar mandi barang sebentar? Iyyuhh... Kenapa juga bocah-bocah kesayangan itu buang hajat di saat bersamaan?
Jeffry bergidik. Meski sedikit merasa bersalah kepada Miranti, diam-diam dia mengucap syukur dengan khusyuk. Ya ampun, Jeff!
"Jemmy udah makan, Mir?"
"Udah, tadi. Bisa kasih dia potongan buah nggak?"
"Buah apa?"
"Apa ajalah."
"Oke."
"Eh, tapi kamu makan dulu deh. Aku bikinin capcai seafood tadi, takut keburu dingin." Miranti menggoyang-goyang badannya ketika Mika dalam gendongannya terusik sebentar.
"Aku tadi mau makan malam pake buah."
"Ah iya, aku lupa. Ya udah, sekalian potongin buat Jemmy aja kalau begitu."
Jeffry ke dapur setelah menengok Jemmy yang asyik bermain di ruang tengah. Dia bertekad tak akan menyinggung sedikitpun soal slow juicer pemantik polemik itu.
*
Jemmy mengantuk setelah menghabiskan sepiring kecil potongan buah-buahan. Jeffry mendampingi menggosok gigi dan menemaninya di tempat tidur beberapa menit. Saat kembali ke meja makan, Miranti masih ada di sana menyiapkan potongan buah.
"Jemmy udah tidur?"
Jeffry mengangguk, lalu menggeser kursi dan mendudukinya. Dia menancapkan garpu ke dua potong mangga sekaligus, lalu mengunyahnya cepat. Beberapa detik kemudian laju kunyahannya melambat, mulutnya bergerak pelan-pelan dan lebih tenang. Betul begini kan ya caranya?
Jari Jeffry bergerak cepat mencari postingan di medsos tentang berapa jumlah kunyahan yang ideal untuk membantu mencerna makanan. Ya, ini dia!
Dia tak menyadari sejak tadi Miranti memerhatikan tingkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMPUT TETANGGA
RomanceAda yang mengirimi permintaan pertemanan di akun fesbuk Jeffry. Seorang perempuan yang di foto profilnya kelihatan sangat cantik. Bening. Glowing. Shining. Shimmering. Splendid... ... ♪♫... Masih seperti yang dulu. Perempuan yang sudah lama tak terd...