Konon, pertengkaran suami-istri adalah hal yang biasa. Jadi bumbu-bumbu penyedap dalam berumah tangga. Ujian untuk lebih mengeratkan pertalian di antara pasangan. Jalan untuk mendapatkan kehidupan rumah tangga yang lebih bahagia. Cobaan yang bisa menuntun ke jalan yang lebih menjanjikan di masa selanjutnya.
Pertengkaran di tahun-tahun awal perkawinan menjadi lumrah karena pasangan masih dalam tahap pengenalan karakter masing-masing, juga orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Di masa-masa ini hal-hal sepele dan remeh bisa menjadi pemicu. Masalah keuangan... keluarga pasangan... kebersamaan... jatah liburan... soal anak... batasan-batasan antara suami-istri... dan privasi pasangan, katanya bisa meletupkan pertengkaran.
Soal mantan?
Ya ampun!
Jeffry mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Meski layar tivi sudah mati, bayangan Andhika masih terlihat jelas di matanya. Dan, dia tak mau disalahkan atas keadaan itu.
Terus, itu salah Andhika? Salah dia selalu terlihat semakin baik dan memesona? Salah dia selalu berseliweran di layar tivi setiap hari?
Dzigghh!
Jeffry mengenyahkan dirinya yang lain yang dengan berani menyalah-nyalahkannya. Pandangannya mengarah ke pintu kamar. Miranti pasti sudah tidur setelah menganggap semuanya bukan masalah. Setelah menganggap semuanya tak lebih penting dari rasa kantuk. Alangkah enaknya jadi dia.
Ya ampun, apa sih yang dilakukannya seharian ini?
Bunyi alarm ponsel menunjukkan malam sudah larut. Jeffry ingat pernah mendapat nasihat baik. Masalah suami-istri sebaiknya diselesaikan sebelum tidur, jadi ketika bangun semuanya sudah kembali seperti semula.
Benarkah? Mungkin benar, tapi bisa juga salah. Sulit diterapkan buat Jeffry saat ini. Bagaimana bisa menyelesaikan masalah mereka jika Miranti sudah terlelap sementara dia sendiri pun belum bisa membuat hatinya tenang?
Nasihat itu hanya bisa diikuti kalau masalah datang jauh sebelum waktu tidur tiba, Jeffry menyimpulkan sendiri. Dia menguap, lalu meneguk air putih. Berharap itu bisa mendinginkan hati. Tak lama kemudian dia berderap menuju kamar.
*
Jeffry terbangun di pagi hari, mendapati Miranti sedang mengurusi Mika dan Jemmy sekaligus. Miranti sedang menyusui Mika, sebelah tangannya menepuk-nepuk Jemmy yang merengek dengan rengekan yang semakin lama semakin pelan.
"Kak Jemmy sama Papa yuk," bujuk Jeffry setengah berbisik, khawatir mengusik Mika yang didekap Miranti. Waktunya masih cukup sebelum bersiap-siap ke kantor. Dia melirik Miranti, berharap mendengarnya berkomentar. Tapi, tak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya.
Dia masih marah.
Jeffry hendak meraih Jemmy dan menggendongnya, tapi tangan Miranti menahan pinggang Jemmy dengan erat.
"Ummmhh...," hanya itu yang terdengar dari mulut Miranti.
Jeffry mengalah, meninggalkan kamar dengan rasa heran yang ingin dia mengerti.
Kenapa Miranti masih marah dan mendiamkannya? Padahal Jeffry sudah mengalah dan mendekatinya lebih dulu. Sebegitu terlukanyakah Miranti oleh sikap Jeffry semalam?
Jeffry menghela napas. Rasanya kesalahan yang dibuatnya tak fatal. Dia tidak menuduh Miranti dengan tuduhan yang tidak-tidak. Mereka hanya mempermasalahkan para mantan dan itu pun bukan masalah besar, menurutnya.
Bagaimana bukan masalah besar, Jef? Miranti marah karena kamu menganggap seolah-olah dirinya nggak bisa dipercaya. Buat dia mungkin itu masalah yang besar. Saling percaya adalah salah satu kunci untuk hubungan yang lestari.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMPUT TETANGGA
RomanceAda yang mengirimi permintaan pertemanan di akun fesbuk Jeffry. Seorang perempuan yang di foto profilnya kelihatan sangat cantik. Bening. Glowing. Shining. Shimmering. Splendid... ... ♪♫... Masih seperti yang dulu. Perempuan yang sudah lama tak terd...