Menjadi ASN bukanlah cita-cita Jeffry sejak dulu. Dia sudah terlalu hafal dengan cerita-cerita miring pegawai pemerintah serta kabar gaji dan penghasilan yang jauh dari pegawai swasta. Kadang Jeffry iri dengan teman-temannya yang diberi uang jajan besar oleh orang tua mereka yang bekerja di perusahaan swasta. Dia sendiri ketika sekolah harus banyak menahan diri dan mengendalikan selera jajannya demi menyesuaikan dengan uang yang ada di dalam saku. Itu semua karena ayahnya yang ASN tak bisa memberinya uang jajan berlebih. Alih-alih uang jajan, untuk belanja harian saja ibunya beberapa kali harus berhutang di warung tetangga.
Sebenarnya, teman-teman sekolah Jeffry banyak yang hidupnya lebih sulit. Tapi, dia tidak bisa menghibur diri dengan keadaan keluarganya saat itu. Karena, pada kenyataannya banyak keinginan yang tidak bisa terpenuhi.
Jeffry tak menyalahkan ayahnya atau juga ibunya. Kehidupan sederhana mereka membersitkan keinginan untuk mendapatkan kehidupan lebih baik saat dewasa. Dan, dia merasa menjadi pegawai pemeritah bukanlah pilihan untuk mencapainya.
Bekerja di perusahaan minyak atau teknologi informasi menjadi incarannya. Jeffry tak main-main. Dia mengorbankan waktu bermainnya untuk belajar demi mewujudkan cita-citanya. Namun, pada akhirnya dia menuruti permintaan Ibu untuk menjadi ASN. Alasan sederhana mendapat uang pensiun rutin yang selalu diulang-ulang akhirnya meluluhkan pendirian Jeffry.
"Terserah kamu nanti mau mendaftar di mana. Ibu pengin kamu jadi pegawai negeri, Jef," ujar Ibu ketika Jeffry duduk di bangku SMA kelas XII dan mulai berpikir mengatur strategi agar diterima di PTN yang diinginkan.
Permintaan Ibu yang setengah memaksa itu membuat Jeffry berputar haluan pada akhirnya. Dia mulai menjajaki kemungkinan mendaftar ke sekolah tinggi yang dikelola pemerintah. Tentu saja dengan mempertimbangkan intansi mana yang akan memberi penghasilan paling tinggi nantinya. Kompromi itu menjadi pilihan yang terbaik di antara dia dan orang tuanya yang sebelumnya memaksa Jeffry mengikuti jejak Ayah.
Oh tidak! Apa yang bisa diharapkan dengan mengikuti jejak ayahnya menjadi ASN di instansi yang paling kering kerontang dibandingkan yang lain? Yang pasti, tenaga dan pikiran yang dia kerahkan tak akan mendapat imbalan yang setara.
Uang bukan segalanya, tapi segalanya tak jalan tanpa uang.
Materialistis? Masa bodoh!
Dia punya cita-cita memberikan kehidupan yang lebih baik untuk kedua orang tuanya. Dia juga ingin memiliki keluarga_istri dan anak_ yang segala keinginannya terpenuhi. Setidaknya, memenuhi sebagian besar keinginan. Jeffry punya gambaran sendiri keluarga ideal yang diinginkannyya. Cita-citanya itu akan sulit tercapai jika dia menjadi ASN di instansi yang sama dengan Ayah. Seserius itu Jeffry remaja memikirkan masa depan dan cita-cita tentang diri dan keluarganya.
Jeffry ingin menikmati hidup dan menggapai cita-citanya. Untuk itu dia siap bekerja keras. Dan, itu yang sudah dilakukannya sampai saat ini. Dia tak pernah menolak atau keberatan jika bosnya meminta menyelesaikan pekerjaan melewati jam kantor. Kadang-kadang, dia harus mengerjakan pekerjaan di luar job desknya hanya karena diminta bantuan oleh atasan.
Cari muka? Terserah. Dia hanya berusaha menggenggam loyalitas dan tetap profesional. Sepanjang tidak menyakiti orang lain atau mengganggu posisi mereka di kantor, Jeffry selalu menurut diperintah apa pun oleh atasannya.
"Aaah...rasanya aku mau pingsan!" Suara Miranti dan tatapan kesalnya menyadarkan Jeffry pada situasi yang akan dia hadapi saat ini.
"Buahnya tolong disimpan dulu ya, Say," pinta Jeffry dengan suara lembut. Berharap akan meredakan kekesalan istrinya.
"Say?!" sahut Miranti sedikit mengentak sebelum menerima kantung belanja berisi aneka buah itu.
"Ya udah... kupanggil Cinta aja, gimana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMPUT TETANGGA
RomanceAda yang mengirimi permintaan pertemanan di akun fesbuk Jeffry. Seorang perempuan yang di foto profilnya kelihatan sangat cantik. Bening. Glowing. Shining. Shimmering. Splendid... ... ♪♫... Masih seperti yang dulu. Perempuan yang sudah lama tak terd...