WH

645 53 7
                                        


(Aslinya mau gw tayangin(?) Adegan mereka berdua dulu😭, cuma takut yg baca lagi puasa🤭 siapa tau ken ye~ jadi gw ilangin eps 18+ nya dan langsung inti ceritanya)

Keesokan harinya Orochimaru bangun dengan pinggang yang sedikit (?) kaku, ia melihat sebelahnya, namun orang yang semalam berbaring dengannya tidak ada. Terdengar suara shower dari kamar mandi, tak lama sosok pria berambut putih keluar dengan hanya menggunakan handuk di bagian bawah. Orochimaru tercengang sejenak, tubuh Jiraiya yang selalu dibalut jubah merah tebal tak dapat disangkal begitu mempesona, apalagi luka tusuk di dada kanannya entah bagaimana menambah kesan maconya.

Jiraiya keluar dari kamar mandi sembari mengelap rambutnya yang masih agak basah, lalu ia melihat Orochimaru yang masih tercengang menatapnya. Ia lalu menyungging senyum dan bertanya,

"Apa aku sangat mempesona?"

Orochimaru yang terpesona sedikit, langsung mengalihkan pandangannya. Jiraiya tertawa kecil,

"Kau tidak mau mandi dulu? Seprainya harus diganti, mandilah dulu lalu mengobrol denganku tentang masalah jutsu itu"

Orochimaru bangkit dan mengangguk pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk yang tersedia di meja kecil dekat ranjang.

Jiraiya menuju lemari dan hendak berpakaian. Sembari ke kamar mandi, Orochimaru melihat punggung Jiraiya yang penuh cakaran lalu wajahnya memerah padam, dengan cepat menuju kamar mandi.

"Pantas saja pinggangku sangat sakit"

.

Jiraiya duduk di sofa merah ruang tamunya, di atas meja tersedia peralatan teh dan teh hijau yang telah diseduh, di seberangnya Orochimaru yang duduk dengan kaki di atas kaki lainnya, meminum teh perlahan.

"Jadi? Apa yang Dewi Penentu inginkan?"

Orochimaru menelan teh di mulutnya lalu bicara,

"Di satu sisi, ia murka karena kau menghalangi jalan takdirnya, di sisi lain jutsu yang kau gunakan tidak bisa dihancurkan dengan sekali pukul. Karena itulah, satu persatu jiwa yang ada dalam jutsu akan mendapatkan kembali ingatan mereka karena retaknya bola chakra"

Jiraiya mengetuk pipinya dua kali dengan jemarinya, berfikir.

"Tapi bukankah jika membenci jutsu itu, dia tidak akan membiarkanku menggunakannya pada pandangan pertama?"

"Pfft.., ya, kau pintar tapi bodoh dalam beberapa hal"

Jiraiya sedikit tak terima disebut bodoh, tapi ia memang tak mengerti jalan fikiran Dewi aneh itu.

"Bukankah sejak kelahiran kembali sudah ada yang mendapatkan ingatannya sejak awal? Kau,"

"Ah!"

Kurasa otak guru itu tersambung entah bagaimana, Jiraiya juga heran pada awalnya, karena dijelaskan bahwa jutsu itu menyegel semua ingatan jiwa yang diperangkap, namun ingatannya sendiri sudah ada sejak awal.

"Itu berarti.."

"Jutsumu sudah retak sejak awal,"

Orochimaru melanjutkan meminum teh dengan santai.

"Sejak awal Dewi Penentu memang berencana mengubah benang merah takdir mereka, tapi bagaimana ia mengubahnya, kau tidak seharusnya ikut campur Jiraiya"

Jiraiya menghela nafas,

"Perang shinobi saat itu benar-benar membunuh mereka, kau ingin aku tidak ikut campur bagaimana?"

Orochimaru sedikit kesal dengan orang yang begitu mementingkan orang lain ini,

"Tenanglah, karena dia mengatakan begitu, maka begitulah yang terjadi dan akan terjadi. Kita hanya diperbolehkan ingatan itu bocor sedikit demi sedikit"

Jiraiya mengangguk, bagaimanapun jika apa yang diperbuatnya justru membuat benang takdir kusut, maka bukankah usahanya untuk membuat murid kesayangannya bahagia akan gagal?

"Baiklah, kita biarkan saja"

.

Waktu berlalu seperti jam pasir yang terus terkuras, Mahasiswa kampus xx terkenal akan kesibukannya, apalagi di semester akhir. Setelah menyelesaikan penilaian akhir semester mereka, para mahasiswa akan menghadapi bimbingan kebut dengan banyak materi sekaligus di paruh semester lainnya sebagai persiapan ujian akhir periodik. Apalagi Naruto dan angkatannya yang akan segera lulus, memori otak 2 Giga tidak akan mampu menghadapi bimbingan kebut tersebut.

Karena mahasiswa sedang pada masa sibuk-sibuknya,bagaimanapun karena di kehidupan kali ini jarak usia mereka agak jauh jadi di saat Sasuke berada di tahun-tahun awal, Naruto akan segera lulus. Sasuke juga tak ingin mengganggu kegiatan belajar Naruto, jadi mereka jarang bertemu kecuali hari libur mereka bersamaan.

Lagipula Sasuke mulai mempelajari tidak hanya pose tetap tapi juga pose jalan fashion show, nadi ia juga sedang sibuk-sibuknya. Namun Naruto akan menyempatkan diri bertemu Sasuke kadang-kadang ketika ingin pergi ke suatu tempat yang direkomendasikan Kiba. Ada suatu waktu dimana mereka pergi ke wisata horor bersama, namun saat itu Sasuke melihat hal yang tak berubah dari Naruto, ia masih penakut.

"Akh! Ya ampun, terkejut aku! Kenapa ada boneka mumi di sini?"

"Ya ampun! Apa itu?! Aaakkhhh lari Sasuke lari!"

"Ei~ ini boneka kan? Mereka pikir aku akan tertipu la..AKKKH BERGERAK! Sasuke!"

"Haaahhhh, sangat lelaaaah, aku tidak mau datang ke tempat ini lagii~ Kiba sialan merekomendasikan tempat aneh iniii~"

Sepanjang Naruto berteriak, Sasuke hanya memperhatikannya dan tertawa.

"Senior begitu takut hantu, apa kau lelah senior? Minumlah jus ini"

Naruto tak ayal malu, namun ia meminum jus itu untuk menenangkan dirinya. Sial, kesan pemberani Naruto hilang di mata juniornya sendiri! Dia sangat kesal! Tapi tak apa, masih bisa bermain bersama cukup menyenangkan~

Lily note: By babe~ aku tak minta bintang di langit~ berilah bintang oren di bawah ini~
👇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meet You Again (NARUSASU FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang