˚ ₊ dua puluh tiga˚ ₊

539 90 39
                                    

Chapter 23: "Keinginan Mama"━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 23: "Keinginan Mama"
━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Aroma karbol khas rumah sakit tercium jelas di hidung Yeona. Sejak memasuki gedung rumah sakit, papanya tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Tiap langkah Yeona terasa berat. Ia mulai khawatir atas apa yang terjadi pada mamanya. Apalagi setelah Papa menceritakan alasan di balik sikap keras Mama, firasat gadis itu semakin tak enak.

Tenggorokan Yeona tercekat. "Mama sakit... Pa?"

"Nanti kamu tahu sendiri."

Tibalah mereka di depan ruang perawatan Mama. Papa menggeser pintu ruangan, memperlihatkan dokter dan perawat yang telah mengecek kesehatan Mama.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?"

Dokter Choi dan perawat menoleh. "Kita bicarakan di luar saja,"

Papa mengangguk. Papa selalu terlihat tenang. Namun baru kali ini Yeona bisa merasakan kegugupan dan rasa cemas yang dipancarkan papanya.

Dokter Choi keluar dari ruangan, diikuti perawat, Papa, dan Yeona.

Dokter Choi tampak sudah tua. Rambut-rambutnya banyak yang memutih, tapi sorot matanya masih tajam dan berkharisma. Suaranya juga terdengar jernih.

"Pasien mengidap tumor otak. Hasil tes menunjukkan adanya massa abnormal yang terbentuk di otak pasien. Apakah kalian tahu belakangan ini yang membuatnya stress atau kelelahan?"

Papa menjawab. "Akhir-akhir ini dia sering mengeluh pusing dan kusuruh dia beristirahat."

Jantung Yeona mencelus. Ia teringat bahwa Mama akhir-akhir ini jarang keluar kamar, bahkan jarang memasak.

Kalau ucapan Papa benar, maka Mama sedang mengalami pusing yang hebat dan mengistirahatkan dirinya. Bukan karena Mama marah padanya, melainkan karena sakit.

"Mengenai kondisi otaknya, belum bisa dipastikan jenis, ukuran, letak, dan tingkat keparahannya. Saya akan melakukan biopsi untuk mengetahui jenis tumor yang diderita pasien."

"Istri saya masih bisa disembuhkan 'kan, Dok?"

"Akan saya usahakan yang terbaik," ucap Dokter Choi. "Saat ini pasien memerlukan banyak istirahat. Tes analisis lanjutan akan saya lakukan secepatnya."

Dokter Choi membungkuk hormat, lalu meninggalkan Papa dan Yeona di koridor.

Dada Yeona terasa sesak. Rasanya ia baru saja dihantam palu. Padahal Yeona lebih sering berada di rumah, tetapi mengapa ia tidak sadar kalau Mama sedang sakit?

Perfect 505 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang