˚ ₊ dua puluh enam˚ ₊

574 89 47
                                    

Chapter 26: "Hukuman Terakhir"━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 26: "Hukuman Terakhir"
━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Awan-awan putih berbentuk kapas melayang di langit, menghiasi cerahnya pagi itu. Hari pertama semester baru telah tiba.

Murid-murid berkumpul di lapangan. Sebagian murid mengeluh panasnya cuaca sambil mengipasi wajah. Sementara yang lain tampak bersemangat karena masuk sekolah setelah sekian lama libur.

Yeona masuk ke dalam kategori yang bersemangat sebab liburnya kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Libur semesternya ia habiskan dengan merawat Mama di rumah sakit, kencan dengan Jungwon, dan lain-lainnya.

Liburan jadi lebih menyenangkan dan terasa cepat karena kehadiran Jungwon di dekatnya. Einstein mungkin benar tentang teori relativitas waktu. Waktu terasa lebih cepat apabila dihabiskan bersama orang yang dicintai.

Kepala sekolah mengetes mikrofon. "Tes, tes."

Semua atensi murid tertuju padanya. Kepsek itu memulai pidatonya. Ia menyemangati murid-murid agar lebih berprestasi saat memasuki semester baru. Pidato membosankan yang selalu diulang-ulang tiap semester baru dimulai.

"Selain itu, saya ingin mengumumkan tentang mundurnya Pak Dohwan sebagai guru. Beliau telah melakukan hal yang tercela dan merusak reputasi sekolah. Kemudian murid-murid yang melanggar aturan sekolah sudah dikenakan sanksi berat."

Terdengar suara riuh sorakan murid-murid, terutama di barisan belakang.

"Berkenaan dengan petisi yang dikumpulkan para siswa, kami menyetujui agar Siyeon bisa kembali mengajar seperti biasa."

Yeona bertepuk tangan, kemudian disusul oleh Jungwon. Suara tepuk tangan itu mengundang semua murid ikut bertepuk tangan. Guru-guru juga ikut bertepuk tangan.

Setelah kepala sekolah mengakhiri pidatonya, Siyeon maju di depan mikrofon dengan penuh semangat. Sorakan riuh menyambut kedatangannya.

"Pagi, anak-anak! Ibu gak akan bicara lama-lama. Intinya sudah disampaikan Pak Kepala Sekolah. Semester baru artinya semangat baru, jangan semakin males-malesan. Terima kasih!"

Murid-murid bersorak gembira. Usainya pidato singkat yang diucapkan Siyeon, artinya upacara juga selesai.

———

Di dalam kelas 1-1.

"Tempat duduknya mau disamain atau tuker-tukeran?" tanya Hiyyih.

"Tukeran nggak sih? Masa iya udah dua semester nggak ganti partner," ujar Jeongwoo.

"Halahhh bilang aja lo mau duduk di pojokan biar bisa main game 'kan?" sahut Hikaru. Jeongwoo cengengesan mendengarnya.

"Kalo gitu sekelas tuker tempat duduk supaya kita bisa saling berbaur," ucap Taehyun.

Sekelas tampak menuruti ucapan si ketua kelas. Semuanya mencari tempat duduk baru. Hanya Jungwon dan Yeona yang seperti mempertahankan tempat duduknya.

Lagi pula mana ada yang mau duduk di barisan depan. Kebanyakan mengincar barisan tengah dan belakang.

"Yeonaaa! Jungwonnnn! Kalian dipanggil Bu Siyeon ke ruangannyaaa," pekik Sunoo.

Jungwon tersenyum, lalu menggenggam tangan Yeona dan menarik gadisnya pergi. Meninggalkan seisi kelas yang menyoraki "cieeeeee" dan raut-raut kebingungan.

.
.
.

"Bentar, Ibu selesaikan satu level dulu."

Jungwon dan Yeona duduk di hadapan Siyeon. Terdiam menunggu Siyeon selesai bermain Candy Crush. Yeona mengamati ruang BK.

Perabotan dan isinya kembali seperti semula. Ia melihat stoples permen ginseng di atas meja. Sebuah pot tanaman kecil di dekat jendela.

Rasanya lebih menenangkan dibandingkan saat Pak Dohwan yang berada di sini.

"Kalian tau kenapa kalian berdua dipanggil ke sini?" tanya Siyeon, ia meletakkan ponselnya di atas meja.

Jungwon dan Yeona kompak menggeleng.

"Masa kalian lupa? Kalian masih punya utang poin sama Ibu!"

"Hah?"

"Kalian pikir hukuman kalian selesai gitu aja?"

Siyeon membuka buku hukuman di hadapan Jungwon dan Yeona. Memperlihatkan sisa poin yang harus dikumpulkan.

"Kalian masih utang 125 poin! Kalau sampai minggu depan belum dilunasin, ingat 'kan konsekuensinya apa?"

"Nggak naik kelas?" jawab Jungwon ragu.

"Betul! Sekarang Ibu mau kalian melakukan hukuman untuk melunasi utang poinnya."

Jungwon dan Yeona membaca buku tersebut. Yeona masih ingat saat pertama kali ia membaca buku hukuman itu rasanya ia ingin muntah.

Mustahil duduk sebangku dengan Jungwon. Mustahil melukis wajah masing-masing. Mustahil membersihkan gedung olahraga berdua. Mustahil pergi ke museum dan menulis laporannya.

Semuanya mustahil.

Tetapi, sekarang ia merasa senang karena semua hukuman itu terlihat menyenangkan. Terutama dilakukan bersama Jungwon, pacarnya.

Senyum Yeona mengembang. Di saat yang bersamaan, jari telunjuk mereka bertemu—menunjuk satu hukuman.

"Ternyata kita sama-sama mikirin hukuman ini." Jungwon terkekeh. Yeona mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengerjakan itu bersama Jungwon pasti seru.

"Bu, kami berdua mau mengunjungi kebun stroberi dan memetik 50 stroberi sebagai hukuman terakhir." Suara Yeona terdengar antusias.

Siyeon menganga. Tumben nggak berantem dulu? Kemudian guru itu tersadar akan sesuatu.

Sang guru tersenyum. "Sip. Ibu tunggu stroberinya!"

"Siap, Bu." Tangan Jungwon memberi gestur hormat ala militer. Keduanya bangkit, kemudian melangkah kembali menuju kelas.

Di dalam ruangan itu Siyeon terkekeh.

"Aku harusnya jadi makcomblang saja, bukan guru BK."

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued

n/a:
Satu chapter lagi cerita ini tamat. Harap bersabar ya mantemannnn😖🥰💗💗💗

Perfect 505 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang