~AOZORA~
Seingatku dulu waktu kecil, aku suka sekali bermain di atap rumah tempat para asisten rumah tangga menjemur pakaian—kadang aku juga membantu mereka memeras pakaian. Entah kenapa, aku suka memandang langit kalau sedang cerah. Namun aku tidak berani ke atap sendirian, selain karena letaknya ada di rumah sisi belakang, aku takut bertemu Jeremy. Tentunya kalau ada asisten rumah tangga, aku bisa mengaku membantu mereka beberes rumah atau aku baru pergi ketika Jeremy pergi bermain bersama teman-temannya. Kalau ada Jeremy di rumah, aku lebih suka mengurung diri di kamar, membaca atau menggambar sampai lelah.
Para asisten rumah tangga di rumah Ariyo terkadang diam-diam menyuguhkanku kue-kue dan minuman manis. Tante Yana memang tak pernah peduli padaku, apalagi Jeremy jelas-jelas melarang para asisten rumah tangga memberiku cemilan. Jadi aku terbiasa makan tiga kali sehari, dua kali kalau siang Jeremy tak mengizinkanku makan. Memang terdengar seperti drama, tapi itu yang terjadi selama aku tinggal di rumah Ariyo.
Seingatku, aku yang lebih tua dua tahun dari Jeremy ini mendapatkan perlakuan kurang baik ketika Jeremy mulai paham kalau aku bukan kakak kandungnya. Maksudku, wajah kami dan kulit kami benar-benar berbeda. Kulitku putih pucat, sedangkan Jeremy kecokelatan. Matanya juga besar dan dia benar-benar tinggi seperti raksasa. Tubuh Jeremy tumbuh lebih cepat daripada aku, mungkin karena gizi yang dia dapat lebih bagus dariku. Ketika umurnya mencapai enam tahun, dia mulai memukuli dan menendangiku.
Awalnya aku marah, karena aku yang merasa lebih tua ingin dihormati sebagai kakak. Lama kelamaan aku kewalahan sendiri kalau melawan Jeremy yang pertumbuhan tubuhnya lebih cepat daripada aku yang kurus kering ini. Padahal aku selalu menyayanginya sejak dia masih bayi—meski Tante Yana tak mengizinkanku menyentuhnya. Namun ketika ada Ariyo, aku bisa menyentuh Jeremy, adikku yang menggemaskan itu.
Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah, mungkin karena melihat perlakuan Tante Yana padaku yang acuh tak acuh, atau mungkin sudah menurun dalam darahnya kalau dia membenciku. Entahlah, yang jelas semakin kami beranjak dewasa, Jeremy makin membenciku.
Aku tumbuh menjadi remaja yang kurus, tidak sigap, dan lemah. Tentu Ariyo memasukkanku dan Jeremy ke sekolah yang sama, tapi untungnya jarak dua tahun membuatku tak pernah pergi ke sekolah bersamaan dengan Jeremy. Jeremy memang punya bakat menjadi penguasa—mungkin menurun dari Ariyo yang ambisius, dia menjadi ketua geng terkuat di SMP kala itu. Aku yang baru masuk SMA dan mengalami bullying dari senior, tiba-tiba mendapat perlakuan yang dua kali lebih menyakitkan. Rupanya Jeremy mengenal senior yang menjahiliku dan mereka sama-sama benci melihatku yang lemah, tapi punya privilege sebagai anak politikus.
Untungnya saat SMA, aku berjumpa dengan Saskia. Sebagai salah satu siswi cantik di sekolah, tentunya pamor Saskia melindungiku dari serangan senior jahat itu. Kami terbiasa bersama, tanpa kusadari hubungan kami berubah menjadi seorang kekasih.
Aku terlalu tergantung pada Saskia, sampai membuntutinya berkuliah ke kampus yang sama. Selain memang sengaja menghindari Jeremy kalau dia kuliah di universitas pilihan Ariyo, aku memilih universitas itu karena termasuk universitas favorit dan jurusan Saskia memang jenjang karirnya cukup baik. Niatku saat itu adalah secepat mungkin pergi dari rumah Ariyo Bustami dan hidup mandiri.
Ternyata kehidupan kuliah tidak lebih baik. Jeremy makin menjadi sampai-sampai aku pernah dilarikan ke UGD karena hampir mati ditabrak mobil olehnya. Pernah juga aku dirawat seminggu di rumah bolos kuliah karena patah tulang dihajar Jeremy sampai jatuh dari tangga. Dia benar-benar berniat membunuhku atau memang hobinya melihat orang lain menderita. Maksudku, aku bahkan tidak tahu apa salahku sampai menerima perlakuan buruknya.
Dunia yang buruk itu makin menjadi-jadi ketika Saskia memutuskan pergi meninggalkanku. Memang sih, dia tidak salah. Kan dia punya cita-cita yang harus dia capai, tapi aku marah padanya karena dia memberikan harapan palsu untuk selalu ada di sisiku. Aku tidak punya siapa-siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rooftop Secret [TAMAT]
Romance-Virgo- Aku hanya ingin resign dan mencari pekerjaan dengan jam kerja lebih manusiawi. Kenapa malah ketemu laki-laki yang mau melompat dari rooftop, sih! -Ao- Aku hanya ingin mati dengan cara yang heboh. Biar orang-orang yang mengenalku akan kaget d...