CHAPTER 10 : JANJI YANG SULIT DIPENUHI

45 10 0
                                    


~AOZORA~

Dengkuran halus Virgo membuatku menoleh padanya. Cewek mungil itu pulas ketika ceritanya selesai kurang dari satu jam. Aku menoleh pada jam dinding yang kuletakkan sembarangan di atas nakas—menyandar tanpa repot-repot kupaku ke dinding. Masih pukul tiga dini hari. Virgo mungkin cewek paling ceroboh dan naif yang pernah kutemui. Bagaimana bisa dia tertidur begitu saja di kamar kos seorang laki-laki tanpa khawatir terjadi sesuatu.

"Saya percaya sama kamu. Jadi biarkan saya istirahat barang sebentar, ya?" ujarnya sesaat sebelum terlelap. Padahal aku sudah menolak dan hampir menyeretnya keluar dari kamarku, tapi dia malah bergelung di sofa dan memunggungiku. Dasar! Memang benar sih, aku tak berniat melakukan apa pun, tapi seharusnya dia lebih waspada.

Karena satu-satunya tempatku melepas penat adalah sofa yang ditiduri Virgo sekarang, aku hanya punya satu bantal untuk bersandar di bawah jendela yang kubiarkan terbuka. Beberapa nyamuk memang mengganggu tidur Virgo sampai cewek itu bergerak-gerak sesekali, tapi tak sampai membuatnya bangun. Sedangkan bagiku, gigitan nyamuk tak lagi mengganggu karena jendela yang tertutup membuatku lebih tersiksa. Bukan karena rasa gerah, tapi rasa menyesakkan yang membuatku kadang bermimpi buruk.

Aku mengambil sekaleng bir lagi dari mini bar. Berusaha membuat diriku terlelap tidaklah mudah. Anehnya aku sama sekali tidak mengantuk pagi harinya. Mungkin jam biologis tubuhku sudah kacau, sekacau pikiranku sekarang. Aku kembali menatap Virgo yang baru saja membalikkan tubuhnya menghadap ke sandaran sofa dan teringat janji bodoh yang barusan kubuat saat melihatnya goyah tadi.

"Ao, padahal saya sudah berusaha untuk tetap tenang dan nggak marah-marah sama Indra, tapi kenapa malah kelepasan sih! Saya bodoh, ya?"

"Kan dalam suatu hubungan memang boleh sesekali marah, Vir," jawabku sekenanya. Aku saja tidak pernah berhasil dalam sebuah hubungan, bagaimana bisa aku memberi nasihat pada orang yang menjalin hubungan lebih lama dariku.

Virgo memberengut, "Ih, kamu sama saja kayak Alesha!"

"Lalu kamu berharap aku bilang apa? Putus saja dengan Indra?"

Virgo kali ini melotot. "Kok doanya jelek, sih!"

Aku menggaruk kepalaku, bingung. "Aku nggak mendoakan. Lagipula kenapa kalian bertengkar sih? Kamu sedang jadi bridezilla mungkin, banyak pikiran."

"Saya yang selalu meminta maaf selama ini, Ao. Padahal bukan selalu saya yang salah."

"Kenapa kamu melakukan itu?"

"Nggak tahu, saya hanya terlalu sayang pada Indra," ujarnya, tersenyum ke arahku. "Saya bodoh sekali, ya?"

Hatiku mendadak perih. "Virgo, kenapa kamu bisa menyayangi seseorang sampai mengorbankan perasaanmu? Kenapa kamu nggak memikirkan kebahagiaanmu sendiri?"

Diluar dugaanku, Virgo malah tertawa dengan beberapa bulir air mata menetes ke pipinya. Sebelum aku mengulurkan tisu, cewek itu keburu menghapus air matanya dengan punggung tangan.

"Mungkin karena rasa cinta saya kepada Indra, lebih besar daripada rasa cinta pada diri saya sendiri. Dia lebih penting dari apa pun, bahkan lebih dari perasaan saya sendiri ...."

Aku terkekeh mengingat kalimat Virgo itu. Konyol karena aku pernah merasakan hal yang sama dengannya ketika bersama Saskia dulu. Saat mendengar ucapan Virgo, seketika itu juga aku membenci Indra. Aku melakukan semuanya demi Saskia, termasuk mengorbankan mimpiku menjadi pilot. Aku suka langit, aku suka berada di atas awan, tapi saat itu aku lebih suka berada di samping Saskia. Namun, apa yang Saskia lakukan tak lain adalah meninggalkanku untuk mengejar mimpinya sendiri.

Rooftop Secret [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang