~AOZORA~
Aku suka bertanya-tanya kepada diriku sendiri kenapa aku selalu jatuh cinta pada orang yang salah. Pertama Saskia, yang berujung meninggalkanku. Kedua, Virgo, yang memang sejak awal sudah menjadi milik orang lain. Kayaknya cewek di dunia ini nggak cuma mereka berdua deh, tapi kenapa aku malah terjebak dengan perasaan konyol ini? Ketika sedang menimbang-nimbang bagaimana caranya melupakan Virgo dengan cepat, karena dia baru saja memberiku undangan pernikahannya, muncul masalah lainnya.
"Ao, lo nggak ada niatan cari pacar gitu?"
Itu Rissa yang bertanya. Benar-benar random sekali, ketika dia menjengukku suatu sore.
"Lagi ngumpulin nyawa gini mikir pacar. Kenapa emang? Lo mau jodohin gue?"
Rissa mengedikkan bahu. "Gue jomlo sih."
"Terus?"
Rissa berkacak pinggang sambil menaikkan satu alis. "Mau nyoba ama gue?"
Aku terdiam, atau otakku sempat melambat tadi. Aku tidak dalam kondisi setengah sadar atau melamun tadi. Jelas-jelas cewek di depanku ini yang adalah mantan pacar Jeremy, ngajak gue pacaran?
"Perasaan ini belum April Mop."
Rissa berdecak dan memukul lenganku. "Otak lo kececer ya habis jatoh kemarin? Nggak usah pura-pura bego deh!"
"Serius nanya lo, Ris? Kenapa?" tanyaku lagi, seperti orang bodoh.
"Ya nggak apa-apa. Habis lo gemesin."
Oke, aku merinding sekarang. Biasanya aku selalu ada di posisi menggoda cewek, bukan digoda atau ditantang begini. Maksudnya, aku harus jawab apa sekarang? Mungkin Rissa yang otaknya sempat tercecer setelah bergulat dengan Jeremy.
"Yah diem aja. Lo syok banget gue ajak jadian."
"Ya iyalah! Orang baru sadar dari koma, baru kenal sama lo nggak ada sebulan, terus tahu-tahu lo ngajak jadian! Terus lo itu mantan Jeremy! Terus—"
"Emang kenapa kalau mantan Jeremy?"
Aku terhenyak melihat ekspresi Rissa yang menatapku dingin. Mungkin kenangan bersama Jeremy tidak ada yang bagus di kepalanya. Sepertinya aku barusan jadi cowok brengsek yang mengungkit masa lalu orang seperti tukang gosip.
Rissa menghela napas panjang. "Salah banget dulu kenapa gue mau deh ya sama Jeremy. Sekarang jomlonya nggak ada obat, deh." Kemudian dia berjalan ke arah jendela dan menatap kosong ke pemandangan di luar—yang kuingat hanya jalanan macet dan gedung tinggi.
"Sori Ris, gue nggak ada maksud. Tapi sejujurnya gue udah lama nggak dalam posisi punya pasangan gini, gue terlalu lama main-main, jadi gue ... kayak nggak yakin ... dan otak gue kayaknya belum beres-beres banget buat menjalin hubungan yang normal ...."
Rissa menoleh lagi padaku. "Gue tahu. Gue juga nggak kepikiran bakal bilang kayak gini, tapi pas lo kemarin koma tuh gue kayak ngerasa gue mau ngelindungin lo."
"Ya udah lo jadi bodyguard gue aja," ujarku bermaksud bercanda, tapi ekspresi Rissa membuatku merasa tidak nyaman. "Canda, Ris. Jangan serius amat lah!"
"Kalau masalah bodyguard, bokap lo emang nyuruh gue sama Rendra buat jagain lo. Jangan khawatir perkara itu," ujarnya, berjalan kembali ke sisi ranjangku. "Iya sih aneh banget tiba-tiba ngomong gini. Lo emang baru kenal gue belum ada sebulan, tapi bukan berarti gue nggak bisa punya rasa yang aneh ini secara tiba-tiba."
"Ris, gue—"
"Take your time. Gue nggak akan mencabut kata-kata gue tadi. That's what I feel about us. Jadi kalau lo berubah pikiran, atau mencari partner buat move on dari Virgo, lo bisa bilang ke gue. Kalau lo ragu, jalanin dulu. Kalau lo ngerasa nggak cocok, lo boleh pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rooftop Secret [TAMAT]
Romance-Virgo- Aku hanya ingin resign dan mencari pekerjaan dengan jam kerja lebih manusiawi. Kenapa malah ketemu laki-laki yang mau melompat dari rooftop, sih! -Ao- Aku hanya ingin mati dengan cara yang heboh. Biar orang-orang yang mengenalku akan kaget d...