9. Evil Students

20 5 0
                                    

Warning: Trigger content [!]Terdapat unsur trauma dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca chapter ini. Dapat dilewati dengan melihat ringkasan di bag akhir chap ini.


Hari ini di sekolah, Daaz tak datang ke kelas. Hari ini juga tatapan teman-temannya dari yang tidak peduli berubah menjadi benci.

'Lingkungan yang benar-benar toxic huh?' Batin Sera.

Ia berusaha tak peduli, menatap keluar jendela dan berpikir kenapa Daaz tidak datang ke sekolah. Guru tak mengatakan apapun tentang ketidakhadiran Daaz.

Tapi ya biarlah..

Bukan tanggung jawab Sera untuk mengetahui kondisi Daaz setiap saat.

Lanny tak masuk sekolah hari ini.. dan gengnya terlihat lebih suram dari biasanya menatap Sera dan meludah memperlihatkan wajah menghinanya.

Sera tak peduli..

Hari ini wajah murid sekolah begitu terlihat membencinya.. tapi mereka tak melakukan apa apa padanya.

Hingga hari selanjutnya tiba, Daaz juga tidak masuk hari ini, mereka para murid mulai berbisik dengan keras ketika dia lewat.

"Liharlah nerd itu, besar kepala sekali dia dibela oleh murid baru padahal murid itu hampir membunuh Lanny,"

"Kalau aku jadi dia aku takkan pergi ke sekolah, tapi lihatlah kenyataannya si tak tahu diri itu berani datang ke sekolah."

Cacian itu datang darimana saja, setiap Sera berjalan ke perpus, ke kelas, ke kantin. Hingga dia benar-benar tidak bisa tidak peduli lagi.

Cklekk*

Pada istirahat jam kedua, Sera pergi berdiam diri di dalam kamar mandi. Setidaknya ia tak akan dicaci maki disini.. namun hal yang tak ia inginkan pun terjadi dibelakangnya.

"Kalau saja tak ada murid baru itu aku sih mengira dengan pasti kalau nerd itu bakal sakit jiwa."

"Iyalah! Aku sebenarnya kasian sedikit sih, lihatlah bahkan dia dirundung satu sekolah siapa yang tidak stress coba.. tapi karena memang dia itu angkuh dan suka seenaknya menurutku rundungan itu pantas untuknya!"

suara gadis gadis itu terdengar jelas menggema keseluruh ruang toilet. Sera yang mendengar itu mulai menangis pelan agar tidak terdengar siapa-siapa.

'Aku seenaknya? Kapan? Aku bahkan tak pernah membuat masalah.. Orang lain yang selalu saja bermasalah denganku.. Kenapa aku yang disalahkan?'

Sera memeluk dirinya sendiri sambil menangis. Semua ini memang terjadi ketika Daaz ada disini.. tapi semua terjadi bukan karena Daaz. Anak-anak sekolah inilah yang salah.. Diam ketika orang lain dibuli, dan ketika orang itu mendapat sedikit pembelaan mereka malah benci dan tidak suka.  Sera selalu berusaha menyapa, selalu berusaha membuat orang lain nyaman tapi yang ia dapatkan malah cacian. Hingga akhirnya Sera menjadi begitu pendiam.. Dia sampai tidak peduli jika dia diacuhkan atau dibully oleh Lanny. Tapi serasa belum cukup, satu sekolah sekarang malah terang terangan membencinya, menghardiknya, mengumpatnya dan herannya tak ada satu orang pun yang inisiatif menolongnya, membelanya atau menghiburnya.

Ia sudah mengeluh pada konseling sekolah, tapi tak ditanggapi, sekolah bahkan berkata bahwa dirinyalah yang kurang terbuka dan harus berubah. Bahkan ketika Sera mengadu bahwa Lanny memberikan obat sakit perut padanya, Sekolah berkata bahwa Sera harus hati-hati berbicara karena ia bisa dihukum karena mencoreng nama baik Lanny, anak si pemilik sekolah.

Sera muak, ia lelah.. tapi ia harus bertahan. Jika ditanya apakah ia ingin pindah sekolah? Jawabannya YA! Ia sangat ingin, tapi.. Ia datang ke sekolah ini dengan susah payah, bersaing dengan ribuan orang untuk mendapatkan kelas beasiswa.. Inilah apa yang ibunya inginkan ketika Sera masih smp dan ketika tujuan itu tercapai Sera dan ibunya menangis bahagia tanpa Sera tahu bahwa ia akan menjadi seperti sekarang. Ia takut keinginan pribadinya membuat ibunya sedih dan kecewa.

MAT(E)TAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang