"Kenapa kau ada disini? Bukannya seharusnya kau mengerjakan tugas sekolahku?" Tanya Mina dingin sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
"Huh? Ehmm aku hanya ingin menonton pertandingan mu sekaligus menyemangatimu" Jawab Dahyun ragu.
Dapat Dahyun lihat tatapan sinis Mina bahkan desisan itu terdengar dari mulutnya. Memang apa salahnya jika Dahyun meluangkan waktu untuk menyemangati kekasihnya yang akan mengikuti lomba basket antar sekolah? Bukankah hal yang dilakukan Dahyun adalah hal baik dan wajar untuk sepasang kekasih yang saling mencintai?
"Kedatanganmu hanya menghambat kemenanganku, jadi lebih baik kau pergi dan kerjakan semua tugasku. Aku tidak mau tahu, besok semuanya sudah ada diatas mejaku!" Sinis Mina sembari melangkahkan kakinya menjauhi Dahyun.
Dahyun yang saat itu sudah berpenampilan sempurna hanya bisa tersenyum paksa menahan butiran air mata yang sudah memaksa keluar. Dengan terpaksa ia melangkah pergi meninggalkan area sekolah.
"Seharusnya kau tidak jatuh pada pesonanya, kamu terlihat seperti seorang budak"
Dahyun mendongakan kepalanya, matanya bersapaan dengan sepasang mata indah milik gadis putih dihadapannya. Gadis itu memakai topi sehingga menutupi sedikit wajahnya, namun dari jarak sedekat ini Dahyun mengenalnya. Lagi pula, mana mungkin Dahyun melupakan salah satu sahabatnya itu.
"Kau benar, tapi sekarang aku sudah terjebak dalam pesonanya" Jawab Dahyun pelan.
Gadis itu menatap Dahyun, sedikit merasa prihatin akan nasib sahabatnya itu. Kedua tangannya bergerak menangkup wajah Dahyun. Usapan pelan Dahyun rasakan disekitar pipinya, gadis itu mengusap air matanya yang entah kapan sudah mengalir.
"Ada aku, lihatlah aku" Ujar gadis itu.
Dahyun yang saat itu terisak hanya bisa menenggelamkan diri dalam pelukan gadis itu. Menumpahkan segala kesedihannya di pundak sang sahabat. Dalam pelukan itu, ia menemukan kehangatan yang mustahil ia temukan dalam diri kekasihnya, Mina.
"I always see you, but she's the only one you see"
Kringg...
Deringan alarm membangunkan Dahyun dari mimpi singkatnya. Tangannya sontak bergerak mematikan alarm di meja samping tempat tidurnya. Nafasnya tidak teratur dengan wajah dipenuhi keringat dingin.
Setelah berhasil mengatur nafasnya, ia mengusap keringatnya sembari mengambil posisi duduk bersandar pada kepala ranjang. Dengungan dapat ia rasakan, menambah rasa pening di kepalanya.
"Barusan itu apa? Kenapa Mina bersikap dingin padaku?" Gumam Dahyun yang masih mencerna arti mimpinya.
Dahinya mengkerut ketika ia kembali melupakan wajah gadis bertopi itu. Padahal dimimpinya ia bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu, tapi kenapa saat sudah terbangun Dahyun malah melupakan wajahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma °𝕊𝕖𝕟𝕤𝕖 𝕤𝕖𝕣𝕚𝕖𝕤° [√]
Fiksi Penggemar"𝕂𝕖𝕤𝕖𝕞𝕡𝕒𝕥𝕒𝕟 𝕜𝕖𝕕𝕦𝕒 𝕤𝕦𝕕𝕒𝕙 𝕥𝕖𝕣𝕔𝕚𝕡𝕥𝕒, 𝕟𝕒𝕞𝕦𝕟 𝕓𝕚𝕤𝕒𝕜𝕒𝕙 𝕜𝕒𝕦 𝕞𝕖𝕞𝕡𝕖𝕣𝕓𝕒𝕚𝕜𝕚𝕟𝕪𝕒?" 𝐃𝐢𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐤𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐦𝐚𝐤�...