Menjadi pusat perhatian.
Pukul 05.40
Pagi ini Alesha sangat bersemangat untuk pergi kesekolah. Bahkan sekarang ia sudah mengenakan seragam barunya. Dengan baju dan celana tentunya, bukan rok pendek se lutut. Ia kemudian menyambar tas dan jaketnya yang ada di kasur. Kemudian turun kebawah.
Para pelayan terkejut melihat anak majikan nya yang sudah bagun dijam segini. Biasanya Alesha emang sering bangun kesiangan, jadi mereka tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Bi Arma, selaku kepala asisten rumah tangga. Berjalan kearah Alesha dan membungkukkan badan nya, "T-tuan muda, ada yang bisa saya lakukan?" Tanyanya.
Alesha tersenyum, "eh bibik. Bunda sudah bangun bi?" Bi Arma mengangguk. "Nyonya ada di dapur tuan."
"Ouh, oke makasi bi!" Dia berlari kearah dapur, sedangkan bi Arma hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Alesha.
"Bunda!"
Farah menoleh, matanya melebar seketika ketika melihat Alesha yang sudah bersiap, bahkan sudah memakai pakaian sekolahnya. "Alesha?! Sejak kapan kau bangun? Atau bunda yang sedang bermimpi?"
Alesha memutar bola matanya malas, "bunda mah gitu. Alesha bangun pagi salah, Alesha bangun siang salah. Serba salah aku tuh," imbuhnya. Farah hanya tersenyum saja.
"Sudah-sudah, kau ingin berangkat sepagi ini huh?" Tanya Farah. Alesha menyengir sambil menganggaruk tekuknya yang tak gatal. "Terlalu semangat bun," katanya.
" Huft .... Baiklah, mari sarapan setelah bunda selesai masak."
"Siap ibu negara!"
***
Alesha sudah di garasi, ia memandangi sebuah motor yang sudah lama tidak ia kendarai. Kemudian tersenyum tipis. "Udah lama gue gak kebut kebutan."Ya, Alesha dulu sering sekali balapan, tanpa sepengetahuan keluarganya. Sekarang ia menaiki motornya, dan melajukan keluar pintu gerbang menuju sekolahnya.
Brumm brumm brumm
Ccitt
Suara motor menghentikan seluruh aktivitas siswa siswi yang ada disana. Atensi mereka mengarah ke seseorang yang sedang berada di sebuah motor. Dia Alesha, menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada disana. Tatapan orang orang bertanya tanya, siapa dia?
Alesha membuka helmnya, mengibaskan rambutnya. Seketika hening, Alesha mengerutkan dahi. Ada apa dengan orang-orang ini? Kemudian turun dari motornya. Dan seketika semuanya sangat riuh.
'itu murid baru ya? Ganteng banget!'
'aaaa jodoh gue akhirnya sampai'
'gila saingan gue bertambah'
' insecure gue njir!'
'cogan sekolah kita nambah cuyy'
Teriakan demi teriakan Alesha dengar, sekarang Alesha menjadi pusat perhatian. Tatapan tatapan mereka mengarah kepadanya, terutama gadis gadis disana, seakan akan melahap Alesha hidup-hidup. Ia meringis memikirkan hal itu. Alesha hanya tersenyum kepada beberapa siswi-siswi yang berada disana. Dan itu membuat teriakan itu semakin kencang saja. Alesha hanya terkekeh.
Alesha trus berjalan di koridor sekolah sembari tersenyum menyapa orang orang disana. Tujuannya sekarang adalah ruang kepala sekolah.
Sesampai disana, Alesha mengetuk pintu itu, kemudian masuk kedalamnya. Dapat ia lihat, disana ada pria paru baya yang sedang duduk di kursi, Dia adalah paman nya, Adek dari bundanya. Ya, sekolah ini milik keluarga nya.
"Ku dengar ada bising bising di luar sana, ternyata itu kau, Alesha." Alesha hanya acuh tak acuh, kemudian duduk di sofa depan pamannya.
"Ya, aku tampan untuk ukuran seorang gadis. Mungkin karena itu."
Pria paru baya itu mendesis, "sangat narsis," ujarnya.
"Baiklah paman, langsung saja. Dimana kelasku berada?" Tanyanya.
"Kelas 11 MIPA 2."
Setelah mendengar itu, Alesha segera keluar dari sana. Pria itu memandang Alesha yang baru saja keluar dari sana. Kemudian ia tersenyum, "dasar, tak berubah."
***
Alesha berdiri di depan kelas nya, guru disana yang menyadari kehadiran nya pun menoleh. "Kau murid baru itu?" Alesha mengangguk, "baiklah silahkan masuk, dan perkenalkan diri mu."Alesha pun masuk, banyak yang memandang dirinya, terutama para gadis gadis yang disana. "Halo, nama gue Alexander Zen Dominic, salam kenal semua," ucapnya tersenyum. Seketika suasana yang tadinya sunyi mendadak ramai.
Guru itu memukul papan tulis, "diam!" Semua diam, "baiklah Alex silahkan duduk di samping Zahra. Zahra angkat tangan mu." seorang gadis mengangkat tangan nya. Alesha pun berjalan ke arah gadis yang berkepang satu itu, dan duduk disana.
"Hai, nama gue Zahra Dashara Leanorya," sapa gadis itu, Alesha mengangguk, "Alex" katanya.
Mereka kemudian belajar, Alesha memperhatikan guru didepan sana. Namanya bu Aura, selaku wali kelas mereka. Dan guru matematika. Jadi seperti ini sekolah normal, banyak teman dan pastinya banyak guru. Tidak seperti dirumahnya, membosankan.
Bel istirahat berbunyi, anak anak bersorak heboh, dan keluar kelas mereka masing-masing menuju ke kantin. Alesha ingin bangkit, tapi saat sudah hampir nyampai ke pintu kelas, tiba tiba siswi-siswi disana mengerumuninya. Alesha hanya tersenyum ramah membalas mereka.
Tiba-tiba seorang pemuda menarik kerah baju nya, dan otomatis ia bergerak mundur. Dan orang yang menarik nya tadi langsung merangkul bahu nya.
"Minggir kalian! Gue mau ngajak Alex ke kantin," ujarnya, dan otomatis mereka semua menyingkir dengan wajah manyun. Alesha memandangi orang yang sedang merangkulnya itu, kemudian memandangi gadis gadis didepannya, "gue kekantin dulu ya, nanti lagi deh," ucapnya kemudian pergi dengan pemuda tadi.
Di koridor sekolah, Alesha berjalan disana dengan pemuda tadi, ia memandangi pemuda itu rumit. Pemuda itu berbalik, dan berjalan mundur didepan Alesha, sambil meletakkan tangannya di kepala.
"Lo pasti nanya, siapa nama gue kan?" Alesha mengangguk, "nama gue Gabriel Luis! Salam kenal!"
"Alex"
Gabriel berjalan seiringan dengan Alesha, "lo cukup feminim ya untuk ukuran laki-laki," celetuk nya. Alesha menyerengit heran, "itu lohh, ukuran tubuh lo gak meyakinkan," jelasnya.
Alesha diam, kemudian terkejut disaat tangannya ditarik oleh Gabriel, "ayo, gue kenalin lo sama temen-temen gue!"
Alesha pasrah saja lah.
Tbc
Holla!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESHA
Подростковая литератураbagaimana jika seorang gadis menyamar menjadi seorang pria? ya, itulah yang sedang dialami oleh Alesha Arelia Dominic. gadis tomboy dengan rambut pendek sebahu itu menyamar menjadi seorang pria dikarnakan suatu peristiwa. Alexander Zen Dominic, kemb...