PP III - 13. Aksi Liar Supir Pribadi

937 8 0
                                    

Para Pejantan III - 13. Aksi Liar Supir Pribadi
- One Shot -

Semua berawal dari niat gue untuk menguruskan badan demi meraih tingkat kepercayaan diri gue saat menikah nanti. Tinggi yang tak seberapa, 167 cm dengan berat 70 kg. Bisa dibilang tak sebanding untuk ukuran tubuh gue sekarang ini. Gue pun merasakan nafas yang pendek, stamina yang lemah, dan juga berat sekali badan gue untuk digerakan. Niatan gue untuk mengecilkan berat badan, untuk mengembalikan lagi diri gue kepada berat badan ideal pasca pandemi selama masa kerja dari rumah yang gue jalani.

Pada akhirnya gue memutuskan untuk menjalani hidup yang lebih sehat. Dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori, berolahraga di rumah secara sendiri, sampai pada akhirnya gue memberanikan diri untuk pergi ke tempat fitness demi melatih otot-otot gue menjadi lebih sempurna lagi. Kurang lebih empat bulan sudah berlalu sejak gue bertekad menjalani kehidupan sehat ini. Fisik gue sudah jauh berubah, tak ada lagi lemak-lemak jahat yang hinggap di badan gue. Semuanya telah berganti dengan dimana bentuk tubuh gue pun sudah terlihat atletis dan nampak guratan otot-otot pada tangan, dada, perut, dan kaki gue.

"Ihh mas makin cakep aja setelah rajin ngegym. Seneng aku ngeliatnya" Kata calon istri gue memuji perubahan gue yang begitu signifikan.

"Makasih ya sayang. Ini semua demi kamu, biar kuat gendong kamu ke kasur nanti, kuat semalaman muasin kamu." Goda gue yang membuatnya makin tersipu.

Gue sendiri bangga dengan apa yang berhasil gue lakukan. Seiring dengan perubahan fisik gue, hal ini turut membawa banyak pengaruh pada diri gue. Sampai pada acara pernikahan gue ini terjadi, semua berjalan dengan sangat baik. Banyak dari sanak saudara yang terpukau dengan perubahan gue, begitu pula dengan teman-teman gue maupun istri yang takjub melihat kami.

Kehidupan pernikahan gue berjalan dengan sangat menyenangkan. Tak lama setelah pernikahan gue digelar, istri gue pun mengabarkan jika ia sedang mengandung anak pertama kami. Seluruh keluarga kami pun menyambut dengan perasaan suka cita, pasalnya ini adalah cucu pertama dari kedua keluarga. Sungguh kebahagiaan tak henti-henti menyelimuti keluarga kecil gue.

Dalam perjalanan kehamilan anak pertama kami, gue dan istri mengalami sebuah kecelakaan kecil dimana mobil yang sedang gue kendarai bersama istri ditabrak oleh pengemudi mobil ugal-ugal yang masih di bawah umur. Mobil gue pun ringsek, untungnya tak ada luka yang berarti pada gue dan istri, begitu juga anak dalam kandungan istri yang tidak apa-apa. Namun karena kejadian itu, kedua orang tua istri gue bersikeras untuk menyuruh kami mempekerjakan seorang supir. Hal ini mereka lakukan karena mereka melihat sikap gue yang sedikit berubah ketika mengendarai mobil. Gue cenderung takut dan gemetar akibat trauma yang sempat terjadi kala itu.

Meski gue bersikukuh untuk tak harus mempekerjakan supir, pada akhirnya mertua gue yang langsung memberikan seorang supir kenalan mereka untuk bekerja dan tinggal di rumah kami. Seorang pria muda, usianya mungkin hanya satu tahun di bawah gue yang berumur 28 tahun, Yudha namanya.

————

Sosok Yudha yang pekerja keras dan serba bisa. Itu yang bisa gue gambarkan tentang supir yang bekerja dengan gue sekarang. Sehari-hari ia akan bertugas untuk mengantarkan gue ke kantor, menunggu gue sampai pulang. Terkadang pada siang hari Yudha pun diminta istri gue untuk mengantarkannya entah ke rumah orang tua nya atau berbelanja. Tak hanya bekerja sebagai supir saja, Yudha yang memiliki ketertarikan pada tanaman dengan inisiatifnya sendiri mulai mengerjakan taman di rumah gue.

Gue akui Yudha merupakan sosok pria yang sangat menawan. Bentuk fisiknya yang begitu bagus, badannya terpahat indah layaknya patung-patung Yunani. Kulitnya yang tanned dan bersih menjadikan Yudha terlihat eksotis. Ditambah lagi wajahnya yang rupawan. Tak jarang pula beberapa anak buah wanita gue di kantor menanyakan tentang Yudha kepada gue. Begitu pula dengan Yudha yang sering juga bercerita bahwa dirinya didekati oleh beberapa karyawan kantor.

"Hahaha! Pake lah Yud kalo emang dia ngasih ke lo." Goda gue pada Yudha saat kami berada di dalam mobil. Yudha baru saja bercerita tentang seorang resepsionis wanita yang dengan blak-blak an nya menawarkan dirinya pada Yudha.

"Ngga lah pak. Ga berani, ntar kalo bunting gimana? Udah sering kejadian kaya gitu soalnya pak." Katanya yang membuat mata gue terbelalak.

"Beneran? Lo udah buntingin berapa cewek?"

"Hahaha, bercanda pak. Ya ada cuma ya gitu lah pak." Dari pantulan kaca tengah mobil, bisa gue lihat tatapan penuh makna dari wajah Yudha yang melihat ke arah gue.
"Mending main aman aja." Gue pun bingung dengan jawaban Yudha namun gue berusaha cuek dan melanjutkan perbincangan kembali.

————

Ketika berada di rumah ini, malam hari gue terbangun dari tidur karena haus. Gue pun keluar kamar hendak mengambil minum, saat melintas ruang keluarga, terlihat pintu rumah sedang terbuka setengah. Dengan rasa panik sekaligus penasaran, gue berjalan mendekat ke arah pintu gue ini. Ternyata disana gue menemukan Yudha yang sedang merokok sambil duduk di kursi yang tersedia disana.

"Wah sialan! Gue kira ada maling, rupanya kamu Yud." Kata gue yang melihat Yudha terduduk, ia bertelanjang dada hanya mengenakan sarung.

"Maaf pak, lagi ga bisa tidur soalnya pak." Jawab Yudha santai.

Akhirnya gue pun duduk di samping Yudha. Entah kenapa rasa kantuk gue hilang seketika karena pacuan adrenalin yang gue sangka jika rumah gue sedang kemalingan ini. Kali ini gue tak banyak bicara, begitu pun dengan Yudha. Ia sibuk dengan menyesap rokoknya dan menghembuskan asap. Sesekali gue lirik badan Yudha ini, melihat badan telanjangnya bukanlah hal aneh. Beberapa kali saat kami berolahraga bersama gue melihat ia menanggalkan kaos dan dengan badan penuh peluh itu ia pamerkan badan berototnya yang jauh lebih terbentuk dibandingkan dengan milik gue.

"Kenapa pak ngeliatin saya begitu?" Tanya Yudha yang sadar.

"Hmm, saya cuma kepikiran aja sama ucapanmu kapan hari. Pantes ya cewek-cewek pada naksir kamu. Badan kamu bagus gitu." Kata gue yang dengan cepat gue sesali.

"Hahaha. Ga cuma cewek kok pak." Kekeh Yudha. Kali ini gue mulai terkejut kembali.
"Inget cerita saya tentang main aman itu pak? Nah itu saya main sama cowok pak." Jabarnya kembali yang membuat gue tak habis pikir.

Tiba-tiba saja Yudha langsung menarik tangan gue masuk ke dalam rumah. Dibawanya gue ke kamar gue sendiri, kemudian ia mulai melepaskan sarungnya. Nampak kontolnya kini yang ½ tegang itu menggantung, kian lama kian mengeras. Gue yang kala itu hanya memakai kaos dan celana boxer, dengan cepat Yudha berlutut di bawah gue dan ia tarik boxer gue ke bawah. Mulutnya langsung saja menyambar kontol gue.

"Yud..! Ohh Yudd udaah jangaan Yudd.." Ujar gue sambil berusaha menarik kepalanya.

"Ini yang lebih enak pak! Dijamin bapak bakalan ketagihan!" Katanya sambil mulai bangkit. 

****

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini! Melalui pesan pendek disini, Author ingin menyampaikan rasa bahagia Author atas antusiasme dari para pembaca setia semua. Oleh karena itu, Author akan terus berkarya demi memberikan kepuasan bagi kalian semua melalui cerita-cerita yang Author lahirkan.

Semoga dari cerita-cerita Author seluruhnya bisa membuat kalian terbawa oleh suasana dan tentunya kalian bisa selalu Coli dengan puas hingga tenaga terkuras!

Kisah lengkap "Para Pejantan III" kini dapat kalian akses melalui https://karyakarsa.com/deansius

Begitu pula dengan kisah lain milik Author seperti "Keluarga Berbeda" ; "Para Pejantan" ; "Ero-Mantica" ; "Para Pejantan II" ; "Terapi 'Kejantanan'" ; "Laki-Laki Perkasa" ; "Pemijat Sensasional" ; "Top Series #1 - InterSext" ; "Bot Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Vers Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan" ; "Perjalanan Birahi" ; "Menduduki Raga Pria" ; "Keluarga Berbeda II" ; "Gairah Kosan Lelaki" ; "B Chi Hyper" ; "Scandal Dua Sahabat Chinese" dapat kalian akses di situs karyakarsa milik Author.

Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati di sana.

Terimakasih dan selamat membaca!

Regards,

RG Deansius

Para Pejantan IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang