PP III - Pejantan Remaja SMA (1)

11.4K 74 7
                                    

Pejantan Remaja SMA (1)
-Menggoda Pacar Adik Sendiri-

Gue berjalan dengan sempoyongan di kantor sambil membawa laptop dan gelas kopi di tangan. Sudah tiga hari berturut-turut gue lembur mengerjakan laporan data pekerjaan yang menumpuk berkat lay off yang dilayangkan kantor pada anak buah gue yang membuat tim gue sangat kekurangan orang sekarang. Belum lagi hujan yang turun terus menerus setiap malam membuat badan gue kini akhirnya menyerah juga.

"Mas Albar!! Mas gapapa?" Pekik Andini, anak buah gue yang sedang berjalan bersama gue kala itu. Dengan sengaja Andini merangkul tangan gue, dadanya montok itu ia tekankan di lengan gue dengan dalih untuk menjaga keseimbangan badan gue.

"Thanks Din, gue gapapa kok. Udah lepasin aja, ga enak kalo diliat anak kantor lainnya." Senyum gue lesu sambil menarik tangan gue. Nampak raut wajah Andini yang mulai cemberut, meski begitu ia tetap terlihat khawatir oleh keadaan gue.

Sekilas gue melihat wajah Andini yang masih merengut walau tetap ia berjalan mepet dengan diri gue. Badannya yang tinggi langsing, kulit putih cerah, badan menawan, ia adalah seorang wanita yang menjadi banyak incaran pria-pria di kantor. Tak terhitung ratusan pujian yang terlempar oleh gue dari rekan kerja tentang betapa beruntungnya Andini bisa bersikap care ke gue. Jelas karena kemungkinan besar ia menaruh hati pada gue.

Sayangnya, gue sendiri tak bisa membalas rasa kasih Andini ini. Bukan karena umur, bukan karena fisiknya, melainkan karena memang orientasi sex gue yang berbeda dari khalayak luas orang-orang di luaran sana. Meski tak bisa gue pungkiri Andini adalah wanita tercantik yang pernah gue lihat dengan mata kepala gue sendiri, tetapi gue sendiri tak bisa menyukainya secara lebih. Hal ini memang karena gue sendiri adalah seorang gay atau penyuka sesama jenis.

Di usia gue yang sudah menginjak 28 tahun, ramai pertanyaan yang datang tentang kenapa gue belum menikah atau bahkan kenapa gue belum memiliki pacar. Alasannya adalah karena memang gue tidak akan pernah bisa untuk menikah atau memiliki pacar wanita. Walau sudah puluhan kali mungkin gue dijodohkan atau dikenalkan dengan wanita-wanita, tetap saja gue tak bisa menaruh hati sepenuhnya. Bisa dikatakan, gue bisa mencintai wanita ini sepenuh hati, namun gue tak akan bisa memberikan kepuasan sexual pada mereka.

————

Setelah hari di kantor usai, dengan langkah gontai gue masuk ke dalam rumah dan segera melucuti kemeja dan celana hingga menyisakan boxer tipis saja. Gue butuh mandi sekarang, meminum obat, dan langsung beristirahat. Saat hendak masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba pintu pun terbuka dan adik perempuan gue berteriak kencang yang membuat Bapak dan seorang pria berlari ke arah kami.

"Aaaahhhh..!! Maas!! Ngagetin orang ajaa." Pekiknya kencang.

"Apaan sih Lu? Gitu aja kaget kamu. Udah biasa juga liat mas ga pake baju juga." Sergah gue menarik tangannya agar gue bisa masuk ke dalam kamar mandi.

"Itu ada Angga mas. Ga malu apa mas kaya gini?" Mata Lulu mendelik, gue segera melihat ke lorong penghubung antara ruang tamu dan ruang makan dimana Bapak dan Angga, pacar adikku ini yang tertawa kecil menatap gue.

"Angga doang ini." Jawab gue cuek dan Lulu segera mendorong gue masuk ke dalam kamar mandi dan segera menutupnya.

Selepas gue bebersih diri, gue yang baru sadar jika gue tak membawa handuk saat masuk tadi. Dengan cueknya gue membuka pintu karena memang handuk terletak di samping pintu kamar mandi. Pada saat itu, gue melihat Angga yang sedang mencuci tangannya di wastafel melihat badan telanjang gue sepenuhnya. Dengan senyum kikuk Angga menganggukan kepala dan menyapa gue.
"Eh, mas."

"Ngga, tolong ambilin itu anduk biru." Minta gue dan segera Angga berikan handuk itu. Tanpa menutup pintu, gue segera mengelap badan gue dengan handuk. Rasanya mata Angga tetap melihat aksi gue yang sedang mengelap badan ini hingga akhirnya gue lilitkan handuk di pinggang gue.

Para Pejantan IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang