PP III - 18. Gara-Gara Polisi
- One Shot -
Menyadari adanya keanehan dalam diri gue yang selalu membuat gue stress sendirian karena tak ada satupun teman-teman gue yang bisa gue ajak bicara mengenai hal ini. Semua berawal ketika gue kecil, saat masih berusia 13 tahun. Gue ingat benar beberapa teman cowok di kelas beramai-ramai duduk bergerombol melihat sesuatu. Seorang di antara mereka yang berada di tengah sedang membuka sebuah majalah dewasa berisikan cewek-cewek dewasa dengan pakaian minim, bahkan ada yang tidak tertutup benang sehelaipun.
Gue bersama teman-teman yang begitu terpana dengan apa yang kami lihat. Sampai ketika salah seorang teman gue mengajak gue pergi ke warnet untuk melihat gambar-gambar wanita lain yang lebih menggoda.
"Gue dikasih tahu abang gue, ayo kita liat bareng-bareng." Ujarnya kala itu.
Pergilah kami bertiga ke salah satu warnet yang sepi karena sudah ketinggalan pamor sebab laju internet yang katanya lambat. Tanpa mengerti apa-apa, teman gue yang mengerti ini mulai membuka beberapa situs porno yang berisikan berbagai macam video porno dari seluruh belahan dunia.
Tak khayal kami bertiga menatap layar komputer lekat-lekat, melihat dengan seksama bagaimana hubungan sex antara pria dan wanita terjadi untuk pertama kali. Sayangnya, baru sekitar satu jam kami berselancar, pintu bilik warnet kami dibuka oleh seorang pria berseragam polisi yang langsung masuk dan melihat layar komputer.
Sukseslah kami menerima ganjarannya. Polisi muda ini menghukum dengan menyuruh kami push up beberapa kali sambil ia juga menceramahi tentang hal buruk yang kami lakukan karena masih di bawah umur. Setelah selesai, ia pun meminta kami untuk pulang meski billing internet yang kami bayar masih tersisa tiga jam lagi.
Sesampainya di rumah, gue yang sudah biasa ditinggal sendirian ini baru sadar jika kunci rumah tak ada di kantong. Mungkin saja kunci itu jatuh di warnet saat gue disuruh menunjukan kartu pelajar ketika kepergok oleh polisi tadi. Jadilah gue kembali ke warnet tersebut, naik ke lantai dua tempat kemungkinan kunci rumah gue terjatuh.
Benar saja gue temukan kunci gue tergeletak di lantai di ujung koridor. Saat hendak turun, terdengar suara kursi yang berdecit dan sumber suara berasal dari bilik tempat komputer gue tadi.
Mengetahui kondisi warnet yang sangat sepi nyaris tak ada orang di lantai dua, juga karena penasaran dengan sumber suara, gue beranikan diri untuk membuka bilik. Alangkah terkejutnya gue melihat polisi tadi sedang mengocok kontolnya sendiri. Seluruh kancing seragamnya terbuka, celananya sudah turun setengah ke bawah. Wajahnya begitu terkejut melihat gue.
Gue saat itu langsung melihat ke layar komputer, gue lihat sebuah video sex terputar disana. Bedanya, hubungan sex di layar itu menunjukan dua orang pria tanpa ada wanita satu pun.
"Dek, kuncinya ketemu gak?" Teriak sang penjaga warnet dari bawah. Bergegas polisi ini langsung menarik tangan gue dan menyuruh gue untuk menjawab.
"Uuu. Udaah bang!"
"Ohh, kok ga turun-turun lo?"
"Anuu bang. Masih mau main lagi di komputer yang tadi." Jawab gue persis seperti suruhan polisi ini.
"Hahaha! Ya udah sana main." Tak lama hilanglah suara penjaga warnet dan berganti dengan kesunyian.
Polisi ini langsung bernafas lega. Gue lihat dada bidangnya kembang kempis, namun kontolnya masih tetap tegang dengan keras. Gue sendiri tahu kegiatan yang dilakukan polisi ini, sudah pernah gue lakukan juga satu tahun yang lalu. Bedanya, yang gue bayangkan adalah sosok cewek teman di sekolah yang cantik, bukan dua orang pria yang saling melakukan hubungan badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Pejantan III
CasualePeringatan umur 21+ untuk yang hendak membaca cerita ini. LGBTQ+ genre Untuk kalian yang ingin membaca kisah lengkapnya, kalian dapat membacanya di https://karyakarsa.com/deansius - - - - Para Pejantan III - The Hottest Selection Berbagai macam cer...