2. Legenda Raja Deshret dan Dewi Bunga

100 9 0
                                    

Author note:

Al Haitham kalau jadi male lead manhwa bakal jadi tipikal Duke yang dingin-dingin kayak kulkas tapi blak-blakan banget ngungkapin perasaan.

Mau di kabedon Al-Haitham juga :')

---

Nilou merasa risih berada di dalam akademia.

Pembaca mungkin bingung mengapa Nilou bisa menjejakan kaki ke tempat itu. Hal ini berawal setelah pertunjukan Teater Zubayr berakhir di Desa Aaru. Setaria meminta maaf kepadanya hingga berlutut di lantai. Wanita itu merasa bersalah hampir membuat Nilou menjadi sandera.

"AKU PANTAS MATI!"

"Ja-jangan bicara seperti itu. Aku selamat dan tidak terluka sama sekali."

"Tetapi karena kau datang ke Desa Aaru, Teater Zubayr hampir kehilangan bintang mereka. Aku tidak akan bisa hidup tenang jika sesuatu terjadi padamu!" Setaria berdiri dan memandangnya dengan serius. "Apa ada sesuatu yang bisa aku lakukan untuk membayar kesalahan ini?"

Nilou harus menggunakan kesempatan itu untuk mengurangi rasa bersalah Setaria. Dia berpikir untuk sesaat. "Bolehkah aku memasuki perpustakaan akademia?"

Setaria terkejut mendengar permintaannya, tetapi membantunya dengan senang hati. Meskipun penjaga membiarkannya masuk, dia terlihat menonjol di antara murid-murid akademia. Baju penarinya yang terbuka sangat kontras dengan seragam para siswa. Semua orang melirik ke arahnya dengan tatapan bingung, penasaran dan bahkan kesal. Setaria menyadari hal ini dan memberikan solusi ke masalah peliknya. "Bagaimana kalau kau juga menggunakan seragam akademia?"

"Memang boleh? Aku bukan murid di sini."

Setaria tertawa mendengarnya. "Mereka punya banyak stok seragam, kok. Tidak akan ada yang protes karena kehilangan satu baju. Lagipula ada yang menjual seragam akademia di luar sana."

Nilou hanya ingin membaca dengan tenang, jadi dia menyetujui rencana Setaria. Dia segera mengganti kostum penarinya dengan seragam akademia. Pakaian memang memiliki kemampuan untuk mengubah penampilan seseorang. Nilou sekarang terlihat seperti pelajar yang baru masuk akademia dibandingkan penari teater. Setaria gemas melihat penampilan barunya.

"Wah, kau imut sekali. Seragamnya cocok, ya! Ambil saja, itu kado untukmu."

Nilou agak tercengang mendengar ucapan Setaria. Dia rupanya sudah membayar biaya pembelian seragam. Gadis itu menerima pemberian Setaria dengan senang hati. Setaria kemudian pamit dari hadapannya karena masih ada perkerjaan yang harus dia lakukan di Desa Aaru. Nilou melanjutkan misinya untuk mencari buku.

Seragam itu bekerja bagaikan sihir. Orang-orang yang tadinya memelototinya kini melewatinya tanpa tatapan aneh. Nilou menghela nafas lega dan bergegas menuju perpustakaan. Dia segera mencari informasi tentang Raja Deshret dan Dewi Bunga. Gadis berambut merah itu mungkin tidak memahami teori atau pengetahuan yang sulit, tetapi Nilou memahami sejarah atau legenda yang ada di Sumeru.

Buku tentang Raja Deshret dan Dewi Bunga sayangnya berada di bagian paling atas. Nilou berusaha meraih rak atas dengan melompat, namun tubuhnya terlalu pendek untuk menggapai buku-buku tersebut. Sebelum gadis itu menyerah, seseorang menawarkan pertolongan untuknya. "Apa kau butuh bantuan?"

Nilou segera memalingkan kepalanya dengan wajah penuh rasa syukur. "Iya! Terima kasih ba-"

Nilou membeku melihat Al Haitham berdiri dengan lengan tersilang di depan dadanya. Dia segera menyapa Haitham dengan nada ketakutan. "Se-selamat siang, Sage Agung Al Haitham..."

"Tidak usah menggunakan gelar. Kita berdua sebelumnya bekerja sama membantu Lesser Lord Kusanali. Santai saja."

Nilou menelan ludahnya. Seluruh badannya seketika menjadi tegang. Pria di depannya memiliki gelar tertinggi di akademia. Berbeda dengan Cyno yang masih bisa bercanda, Al Haitham terkenal dengan sifatnya yang tegas dan sedikit berbicara. Nilou tidak bisa santai di depan Al Haitham.

Aku Hanya Penari, Tetapi Pria Akademia Selalu MengikutikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang