5. Mimpi Indah yang Semu

72 4 8
                                    

"Kamu tidak perlu mengingat hal sulit. Aku akan mengatur semuanya."

Gadis itu tersenyum dan menutup mata Nilou. Nilou segera terjatuh ke dalam kegelapan. Dia terkejut dan segera bangun dari tidurnya. Nilou menyentuh keningnya yang berdenyut. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan keringat dingin. Mimpi buruk itu membuatnya tidak bisa tidur.

Nilou tidak mengerti firasat buruk yang dia rasakan. Dia memutuskan untuk bangun dan melakukan latihan pagi. Grand Bazaar sudah sibuk dengan para pedagang yang bersiap-siap untuk menjual dagangan mereka pagi itu. Saat dia melakukan peregangan, Nilou melihat Kumari dan Yusuf. Gadis itu menyapa mereka dengan ramah. "Selamat pagi."

Kedua anak itu menyapanya bersamaan. "Selamat pagi, Nilou."

Yusuf bertanya kepada Nilou dengan nada senang. "Apa kau akan latihan pagi? Bolehkah aku menontonnya?"

Nilou tertawa. "Tentu saja boleh. Kumari mau ikut?"

"Enggak. Aku harus siap-siap kerja sama Sulaykha."

Gadis berambut merah itu menjadi bingung. Dia kemudian meraih permen di kantongnya. "Aku dapat ini kemarin. Kalian boleh ambil."

"Asyik!" kedua anak itu berseru riang dan mengambil permen di tangan Nilou. Yusuf menggumam riang. "Permen enak, ya. Aku bisa makan ini setiap hari."

Kumari berpikir. "Hmm, aku lebih suka Lambad Fish Roll."

Nilou terdiam menatap Kumari dan Yusuf. Dia segera mengundurkan diri dari Grand Bazaar. "Ma-maaf.... Aku melupakan sesuatu. Aku pergi dulu!"

Nilou berlari meninggalkan kota Sumeru. Dia akhirnya beristirahat di tengah jalan dengan nafas terengah-engah. Ada sesuatu yang salah, namun Nilou tidak dapat menebaknya. Kepalanya terasa sakit saat berusaha mengingatnya. Saat itu dia memperhatikan Bunga Padisarah yang unik. Tidak seperti Padisarah pada umumnya, bunga itu memiliki warna ungu yang cerah. Nilou mendekatinya dengan rasa penasaran.

"Aneh, kenapa warna ungu Bunga Padisarah ini sangat berbeda?"

"Nilou! Apakah kamu bisa mendengarkan kami?"

Nilou terkejut mendengar bunga itu berbicara. "Suara ini.... Paimon, apakah itu suara Paimon?"

"Pengembara! Kita berhasil!"

"Apa yang telah terjadi? Kenapa kalian menjadi bunga?"

Pengembara mengambil alih percakapan. "Kami tidak berubah menjadi bunga. Sejujurnya kami berada di mimpi orang lain dan sedang berusaha untuk menghubungimu."

Nilou tercengang mendengarnya. Dadanya berdegup dengan kencang. "A-aku sedang bermimpi?"

"Aaah, padahal ceritanya sedang seru..."

Seorang gadis muda muncul di hadapan Nilou. Dia menggunakan seragam akademia dan sepatu hak rendah. Rambut coklatnya yang panjang dikepang samping dengan rapi. Nilou merasa mengenal gadis itu, tetapi kepalanya mulai berdenyut sakit saat berusaha membangkitkan ingatannya. Nilou segera terjatuh ke atas tanah. Kepalanya terasa seperti dibelah dua.

"Aku memblokir ingatanmu tentang diriku. Tidak usah dipaksakan. Toh ingatanmu akan hilang lagi."

Gadis itu berjalan kearah Nilou. Sebelum tangannya meraih Nilou, sebuah cahaya hijau muncul di hadapannya. Gadis itu terkejut dan segera menjauhi Nilou. Dendro Archon segera muncul di depan mereka. Nilou yang masih berada di atas tanah berusaha mempertahankan kesadarannya.

Aku Hanya Penari, Tetapi Pria Akademia Selalu MengikutikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang