3. Sumber Inspirasi untuk Patung yang Menari

70 5 0
                                    

Author note:
Kaveh kalau jadi male lead manhwa bakal jadi bangsawan atau rakyat jelata yang ramah dan disukain semua orang, tetapi polos dan agak lemot sama romantika. Satu dua level kayak Nilou. XD

---

Nilou menatap Kaveh yang telah duduk termenung di Grand Bazaar selama satu jam.

Kaveh mendapatkan sebuah pekerjaan dengan bayaran besar. Komisi ini datang dari seorang miliuner asal Fontaine yang sedang berkunjung ke Sumeru. Dia sangat terkesan melihat Istana Alcazarzarya milik Dori. Miliuner itu ingin perancang istana membuat sebuah patung kecil untuk dia bawa pulang. Dori dengan senang hati memberikan komisi itu kepada Kaveh (dipotong hutangnya beberapa persen).

Kaveh adalah seorang arsitek. Membuat patung bukan tugasnya. Akan tetapi, bayaran komisi itu begitu besar. Sangat besar hingga Kaveh bisa menampar Haitham dengan uang dan menghinanya sesekali. Kaveh menerima perkerjaan itu tanpa pikir panjang. Kemampuan yang dia dapatkan saat membangun Istana Alcazarzarya akhirnya berguna demi kelangsungan hidupnya.

Sayangnya, tidak ada inspirasi yang muncul.

Tiga hari telah berlalu tanpa hasil. Deadline mulai menghantui pikiran Kaveh. Dia bergidik memikirkan nasibnya jika inspirasi tidak segera datang. Kaveh sudah menghabiskan beberapa mora untuk membeli bahan membuat patung. Dia bisa kehilangan muka jika tidak mampu menghasilkan karya baru.

Nilou yang memperhatikannya dari tadi memutuskan untuk menghampiri arsitek malang tersebut. "Apa kau baik-baik saja?"

Kaveh yang dari tadi menundukan kepalanya dengan murung mulai mengangkat kepalanya. Dia tercengang melihat Nilou. "Dewi..."

"Eh?"

Kaveh bangun dan menggenggam tangannya. "Dewi inspirasi telah muncul di hadapanku! Nilou, apa kau mau menjadi modelku?"

"A-apa?"

Kaveh mengeluarkan kepenatannya bak air sungai yang meluap. Nilou lumayan kewalahan mendengar seluruh ceritanya. Berbeda dengan pria akademia yang kebanyakan pendiam, Kaveh termasuk orang yang cukup terbuka. Dia akhirnya menghentikan ceritanya setelah tiga puluh menit berlalu. Nilou bisa mengerti kecemasannya karena dia juga berkecimpung di bidang seni. Hal ini mirip dengan dirinya yang kesulitan menari saat harus menghayati peran tertentu.

"Aku tidak keberatan membantu, tapi... rasanya agak malu menjadi model. Menari di atas panggung berbeda dengan berpose untuk patung atau lukisan."

"Tidak, kau adalah sosok yang sempurna untuk inspirasiku. Kecantikanmu bagaikan Mawar Sumeru, indahnya matamu bak teratai Kalpalata, senyum manismu mengingatkanku pada buah Zaytun, lalu..."

Nilou tahu pria itu memujinya dengan tulus, tetapi itu justru membuatnya semakin malu. Wajah Nilou memerah mendengar kata puitis yang meluncur dari mulutnya. Dia menutup mulut Kaveh sebelum rasa malu membuatnya pingsan. "Su-sudah cukup, aku akan membantumu!"

Wajah Kaveh menjadi cerah. "Yay, terima kasih, Nilou! Temui aku di studio, ya."

Dua hari kemudian Nilou datang ke sebuah studio kecil di dalam kota. Gadis itu mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban dari dalam studio. Pintu itu rupanya tidak terkunci. Nilou masuk ke dalam ruangan dan melangkah dengan pelan.

Studio tersebut cukup gelap. Nilou hampir menabrak sebuah meja karena tidak bisa melihat sekelilingnya. Dia segera membuka tirai untuk mendapat pencahayaan. Ketika ruangan gelap itu menjadi terang, Nilou melihat Kaveh terkapar di atas lantai.

"Ya, ampun! Apa kau baik-baik saja?"

Nilou segera merangkul Kaveh yang setengah hidup. Wajah pria itu pucat pasi.

Aku Hanya Penari, Tetapi Pria Akademia Selalu MengikutikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang