2. Who Are You?

3K 316 39
                                    

Seorang pemuda tampan, berumur hampir mendekati tiga puluh, memperhatikan sekeliling ruangan besar sebuah bioskop ternama di dalam bangunan mall miliknya. Rencananya, pihak cinema ingin memperlebar dan menambah beberapa ruang teater film mereka. Proposal telah diajukan di atas mejanya kemarin siang. Hari ini, dia berencana untuk sekedar melihat-lihat di sela jadwal padatnya.

Wang Yibo, selain dianugerahi paras tampan dan proporsi tubuh tegap yang mampu membuat orang-orang di sekelilingnya terpana kagum, ia juga merupakan ahli waris utama Wang Group, sebuah grup raksasa milik keluarga Wang turun temurun.

Saat ini, ia menjabat sebagai direktur pelaksana di bawah kepemimpinan sang nenek. Orang tuanya telah meninggal dalam kecelakaan pesawat ketika umurnya masih lima tahun. Kini, ia hanya tinggal bersama sang nenek, bibi, dan kakak sepupunya di mansion megah milik keluarga Wang.

"Bagaimana menurutmu, Ge?" tanya Wang Yibo pada Liu Haikuan, sang kakak sepupu. Ia sudah menyimpulkan sebuah jawaban, tetapi tetap ingin mendengar pendapat Haikuan.

"Eum ..." Haikuan nampak berpikir sebentar. "Seluruh teater terlihat ramai, aku setuju-setuju saja jika pihak mereka ingin menambah beberapa ruangan."

Yibo menggeleng mendengarnya. "Aku tidak setuju, seluruh ruangan teater terlihat ramai karena ini hari libur. Di hari biasa, riwayat penonton mereka tidak begitu banyak. Bukankah akan merugi jika mengeluarkan biaya besar untuk menambah ruang teater yang belum tentu menarik minat pengunjung? Tetapi, jika mereka tetap bersikeras, aku tidak akan mencegah. Toh, pihak kitalah yang akan diuntungkan." Ia mengangkat bahunya tak acuh.

"Tuan Wang memang benar." Paman Chen, selaku sekretaris keluarga Wang yang sejak tadi mendampingi, turut menyetujui ucapan Wang Yibo. "Dibanding memperluas, leih baik mereka menggelontorkan dana untuk fokus pada pemasaran."

Haikuan hanya manggut-manggut saja, mengambil pelajaran dari pembicaraan mereka. Wang Yibo memang pandai, tak heran jika nenek tidak ragu menaruh harapan di pundak lelaki tampan itu.

"Ada apa di sana? Mengapa ramai sekali?" tanya Paman Chen pada manajer bioskop yang sejak tadi mendampingi mereka.

Manajer berubah gugup, mengetahui ada insiden di luar perkiraannya. Ia mengutuk dalam hati karena tak sempat mensterilkan area ini akibat kunjungan keluarga Wang yang terlalu mendadak tadi.

"Maaf atas ketidaknyamanannya, Tuan. Saya akan panggilkan pihak keamanan."

"Tidak perlu," cegah Yibo. Ia justru melangkahkan kakinya dengan tenang mendekati arah kerumunan. Menimbulkan kekagetan dari para bawahannya.

"Biarkan saja, kita tunggu di sini," ujar Haikuan, sudah terlalu paham akan sikap sepupunya yang sering kali di luar prediksi.

Oh, ternyata hanya drama anak muda.

Yibo menyaksikan seluruh keseruan adegan perselisihan itu. Sebenarnya, ia sedikit iba pada lelaki manis yang dikhianati oleh kekasihnya. Dia terlihat mati-matian menahan tangis, wajahnya memerah, entah memendam marah atau malu.

Setelah diputuskan dan ditinggalkan sendirian, pemuda itu berbalik pergi mencari tempat sepi. Mungkin ke kamar mandi?

Wang Yibo yang sedikit penasaran, berjalan mengikutinya.

.

.

Splasshh!

Xiao Zhan membasuh wajahnya menggunakan air kran di wastafel. Sebuah cermin besar menampilkan wajah sembab berantakan sehabis menangis. Matanya kembali memanas, siap mengalirkan buliran bening kembali.

Sweet Chaos [Yizhan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang