7.1 The Only Option

2.7K 249 17
                                    

Manik yang biasanya teduh itu kini menyiratkan tatapan tajam mengancam. Pandangannya memindai sebuah gedung pencakar langit di depannya. Kantor pusat sebuah group raksasa yang menghidupi puluhan ribu karyawan di bawahnya.

Nyonya Xiao menghela napas dalam-dalam, mengepalkan jemari-jemarinya yang gemetar, menguatkan tekad dalam dirinya. Ia mengumpulkan keberanian untuk bisa datang kemari, sebelum nantinya akan membuat kejutan besar di dalam bangunan besar itu.

Flashback

"A-Zhan, katakan pada Mama, Nak. Siapa laki-laki yang bertanggung jawab atas kehamilanmu?" Nyonya Xiao mengguncang kedua pundak kurus Xiao Zhan, sedangkan sang putra masih saja bungkam sedari tadi. "Apakah itu Dylan?"

"..."

"Brengsek! Apa belum cukup dia kuhajar hingga salah satu kakinya patah?!" Emosi menguasai Xiao Fan dalam sekejap, mengingat tingkah pongah Dylan saat ia menghajarnya. "Kali ini aku benar-benar akan membuatnya terbaring koma di rumah sakit," ujarnya sembari bangkit berdiri hendak menuju pintu keluar.

Srakk

Xiao Fan menghentikan langkahnya, mendapati lengannya tengah ditahan oleh Xiao Zhan. Adiknya itu menggeleng, menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Baguslah, barusan Xiao Fan hanya memancingnya saja. Lelaki jangkung itu berpindah untuk duduk di samping sang ibu dan membelai surai halus adik kesayangannya. "Xiao Zhan, katakan, siapa laki-laki itu?" tanya Xiao Fan, kali ini nadanya jauh lebih lembut dibanding tadi.

"Ya, kami janji tidak akan marah, Nak ..." bujuk Nyonya Xiao, suaranya masih gemetar menahan tangis.

Bibir pucat Xiao Zhan yang sejak tadi tertutup rapat kini terbuka, mengucapkan satu nama yang sama sekali tak mereka duga. "Wang Yibo ..."

End of Flashback

Masih teringat jelas di ingatan wanita paruh baya itu ketika gelombang keterkejutan menyerangnya bagaikan sambaran petir tak kasat mata. Ia hampir kehilangan kesadaran karena terlalu terpukul, untunglah ada Xiao Fan yang menenangkannya, meski lelaki itu terlihat linglung setelah mencerna pengakuan adik kesayangannya.

Kali ini, sebagai seorang ibu, ia akan bertindak mencari keadilan untuk putranya.

.

.

"Nenek yakin, mega proyek pengembangan jalan tol kerjasama antara kita dengan negara akan berjalan lancar di bawah arahanmu, Nak." Nenek Wang menggenggam erat telapak tangan kokoh cucunya dan tersenyum haru. Baru kemarin sore mereka berhasil memenangkan sebuah tender besar yang diadakan oleh pemerintah berkat kepiawaian cucunya. Wang Yibo memang benar-benar sesuatu!

"Ya, tapi jangan selalu melimpahkan setiap proyek padaku," ucap Yibo tersenyum tipis, ia menggengam balik telapak tangan neneknya. "Masih ada Kuan Ge dan cucu-cucu Nenek lainnya."

Nenek Wang menggeleng cepat. "Tidak, mereka tak sepintar cucu Nenek yang satu ini. Nenek meragukan mereka."

Wang Yibo masih mempertahankan senyum di wajahnya, tetapi kedua alisnya mengernyit tak setuju. "Jika Nenek ingin mereka berkembang, Nenek juga harus memberi mereka kesempatan."

"Hmm, akan kupikirkan setelah kamu memberi Nenek seorang cicit."

"Nenek ..." Yibo mengurungkan protesnya.

Mobil yang membawa mereka sebentar lagi akan sampai di gedung kantor utama Wang Group. Sopir perlahan mengurangi kecepatan secara teratur dan akhirnya menghetikan laju kendaraan sepenuhnya tepat di depan pintu lobby.

Sweet Chaos [Yizhan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang