15. a Choice

1.4K 176 12
                                    

Wang Yibo tidak mengerti.

Mengapa sejak ia pulang, Xiao Zhan terkesan menghindarinya? Padahal tadi pagi saat ia memberikan cup cake kesukaannya, pemuda itu langsung menerjangnya dengan pelukan hangat, wajah manisnya bahkan berseri-seri.

Namun, sore ini, hanya ekspresi murung cenderung datar yang diperlihatkan oleh istri mudanya itu.

"Xiao Zhan," panggilnya pada sosok yang tengah duduk di sofa baca memunggunginya.

Namun, tak digubris sama sekali oleh sang empu.

Wang Yibo memiringkan kepala heran. "Sayang, apa kamu sedang marah, hm?" tanyanya lembut.

Hanya gelengan yang ia dapatkan. Xiao Zhan berpura-pura sibuk membaca buku, padahal tak ada satu pun kalimat yang berhasil diserap oleh otaknya.

Sraakk

Xiao Zhan terkejut merasakan sebuah rengkuhan dari belakang, mata bulatnya berkedip lucu. Wang Yibo membenamkan wajahnya pada pundak sempit pemuda itu. "Baiklah, maafkan aku, jangan marah lagi," pintanya, tak tahan diabaikan lama-lama.

Xiao Zhan menghela napas dan berusaha menyingkirkan lengan Yibo dari sekeliling pundaknya. "Kamu bahkan tak tahu apa kesalahanmu," ujarnya lirih.

"Apakah ini karena Liying?" tanyanya lagi. "Aku sungguh-sungguh meminta maaf. Tolong percaya padaku dan tunggulah sebentar lagi, hm?" bujuknya memelas.

Xiao Zhan tentu tak memiliki pilihan lain selain mengangguk pelan. Karena ia dan bayinya membutuhkan Wang Yibo. Dan alasan lainnya adalah, Xiao Zhan sudah terlanjur memberikan hatinya pada pria itu.

Tetapi, pertanyaannya adalah, sampai kapan ia harus menunggu?

"Terima kasih." Wang Yibo menghadiahkan kecupan bertubi-tubi pada pipi selembut mochi kesukaannya. Beberapa saat kemudian, bibir mereka sudah saling bertautan, dengan tubuh Xiao Zhan terkungkung di bawah suaminya.

Wang Yibo rindu. Sangat rindu menyentuh Xiao Zhannya. Beberapa malam terakhir terasa hampa menemukan orang lainlah yang berbaring memeluknya di atas ranjang, bukan Xiao Zhan.

"Xiao Zhan, aku hanya ingin bersamamu malam ini."

"Yi-Yibo, tunggu, kita masih ... a-aahhh!"

Ruang baca yang biasa dihinggapi kesunyian itu kini berubah dipenuhi desahan-desahan panas dari kedua anak adam tersebut.

.

.

"Halo, A-Zhan?"

"Mama!" sapa Xiao Zhan riang pada telepon genggam keluaran terbaru pemberian Wang Yibo. Ia setengah berbaring bersandarkan tumpukan bantal empuk. Di atas nakas tersedia kue-kue manis kesukaannya, terbukti dari sudut bibirnya yang belepotan oleh remahan.

"Bagaimana kabarmu dan calon cucuku, Nak?"

Xiao Zhan tersenyum dan mengelus perutnya yang masih membuncit kecil. "Ma, baby sudah memiliki mata dan hidung, Mama pasti akan terkejut jika aku menunjukkan fotonya," ceritanya antusias.

"Wah, benarkah?!" seru Nyonya Xiao diiringi kekehan. Suaranya terdengar tenggelam di antara riuhnya latar belakang.

"Apa di kedai sedang sibuk?" tanya Xiao Zhan. "Mama selesaikan pekerjaan dulu saja, nanti akan kutelepon lagi," sarannya, merasa tak enak.

"Ah, tidak apa-apa, ada kakakmu."

"Xiao Fan Ge? Ma, aku ingin bicara pada Gege," pinta Xiao Zhan, merindukan gege-nya. Terkadang Xiao Zhan merasa kesepian tinggal di mansion sebesar ini, ia pun tidak bisa sembarangan keluar karena identitasnya sebagai istri Wang Yibo belum diumumkan secara resmi. Sebenarnya, Wang Yibo tidak melarangnya, tetapi Xiao Zhan takut jika timbul gosip tak sedap yang disebabkan oleh dirinya, mengingat banyak saingan bisnis keluarga Wang gencar mencari-cari kesalahan suaminya itu.

Sweet Chaos [Yizhan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang