6 [Evil]

922 99 15
                                    


"Egois dikit boleh gak ya ?"



Shani menggigit kukunya resah. Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Lebih tepatnya dia tidak tau harus memilih siapa.

Apakah dia harus memilih untuk jalan-jalan bersama Gracia ? Sahabatnya. Atau Chika ? Si pujaan hati.

"Ci Shaneeeee"

Suara Gracia yang berhasil membuyarkan lamunan Shani.

"Errr.. iya Gre ? Maaf tadi aku lagi mikirin sesuatu."

"Hm, gapapa. Btw Ci, mau ya ? Jalan-jalan bareng aku."

Shani tampak berpikir. Dia merasa tidak enak menolak ajakan Gracia.

"Hmmmm.... oke deh. Mau jalan-jalan ke mana emang ?"

"Emmm... pantai ? Mau gak ? Udah lama juga gak ke pantai ye kan, Ci ?"

Shani teringat ajakan Chika untuk membawanya ke pantai juga.

"Oh, iya. Gimana kalo kita ajak Chika juga ? Udah lama juga kita gak jalan bareng bertiga."

"Tapi Ci, aku mau nya-"

"Ayo lah, Gre. Bertiga aja ya ? Ya, ya, ya ?"

Shani mendengar Gracia membuang nafasnya kasar.

"Hm, oke deh."

Shani terkekeh pelan.

Setelah itu, mereka bercerita panjang tentang hal-hal kuliah dan lainnya. Bahkan, Shani terlupa untuk membalas pesan dari Chika.

Sementara itu, Chika dari tadi duduk di balkoni sambil memainkan gitarnya. Dia memetik senar gitar dan sesekali melirik ponselnya berharap Shani membalas chat nya.

Chika membuang nafasnya kasar. Dia mengambil ponselnya kasar lalu dia memasuki kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di kasur.

Dia mengingat kembali kejadian di mana dia, Gracia dan Shani pertama kali bertemu. Dan tiba-tiba dia teringat satu hal di mana Gracia yang sering bercerita panjang tentang si pujaan hatinya. Dia mendengus kesal.

"Hufffttt.... andai kamu tau aja Ci, aku udah lama suka sama kamu."

"Tapi aku dan kamu gak akan bisa bersama. Tapi, kalo aku egois dikit mungkin bisa."

"Boleh gak ya aku egois ?"

Chika menutup matanya hendak bertemu dengan mimpi. Berharap agar dia dapat berjumpa dengan sang ibu dan sang pujaan hati di sana.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Chika membuka matanya perlahan dan bola mata nya bergerak melirik ke arah pintu. (Bombastic side eye !)

Dengan malas dia bangun dan melangkah menuju pintu. Dia membuka pintu dan terlihat ada Jeffry yang berdiri di sana sambil menatap Chika dengan tatapan datar.

"Kenapa lo ?"

"Papa mau ngomong."

Chika menaikkan satu alisnya.

"Gue gak punya bapa !"

Saat Chika hendak menutup pintu, Jeffry menahan pintu tersebut. Chika mendengus kesal.

"Mau lo apa sih, bangsat !"

"Yang sopan."

Lagi-lagi dengan nada suara yang sangat dingin menusuk indera pendengaran Chika.
Chika hanya menyilangkan tangan menunggu Jeffry melanjutkan kalimat. Dia tak mau melihat muka mahupun tubuh Jeffry sama sekali.

TRIO's DARK SIDE [SHANCHIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang