VRCHS_1

86 9 2
                                    

07.00 PM, Kota Netral, Hesperda

Seorang pemuda tengah berjalan santai menuju akademi dengan roti dimulutnya, ia tidak sekalipun peduli akan bisikan maupun lirikan orang-orang yang dilewatinya. Pemuda itu menghela nafas, dia paling benci datang pagi. Jika saja ia tidak ada urusan hari ini, ia pasti masih terbaring nyenyak di kasur asrama.

Tok tok tok

"Masuk", pintu pun terbuka menampakkan pemuda yang tengah ditunggu oleh seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam legam bersanggul dan kacamata yang bertengger apik di hidungnya.

"Kali ini apa yang anda butuhkan?", tanya pemuda itu tanpa basa basi.

"Sepertinya kau sedang tergesa-gesa ya?", wanita setengah baya itu tersenyum. "Jadi begini, kau tau kan kalau seluruh negeri sedang berusaha untuk membasmi kabut hitam yang semakin menyebar, mereka sedang kekurangan anggota-"

"Tidak", potongnya, pemuda itu sudah paham kemana alur pembicaraan mereka.

"Bisakah kau dengarkan aku sampai selesai, Elio?", wanita yang menjabat sebagai kepala akademi itu tersenyum, memang menghadapi pemuda ini membutuhkan banyak kesabaran. Elio pun menghela nafas dan mempersilahkan Mrs. Odessa bicara lagi.

"Seperti dugaanmu, memang kau diminta untuk membantu, namun tidak secara berkelompok. Aku tau kau pasti akan menolak. Jadi, bisakah kau pergi sendiri?"

"Kenapa harus aku, toh tidak ada untungnya juga bagiku."

"Tempat pembasmian kali ini sedikit berbeda. Menurut laporan, telah ditemukan pintu dugeon baru dekat dengan pemukiman warga dan kabut itu telah masuk kedalam sana."

"Bu kepala akademi yang terhormat, apa anda berniat membunuh saya?", tatapan Elio berubah, bukan lagi tatapan pemuda santai dengan tingkah tengilnya, melainkan tatapan gelap penuh kebencian.

"Tidak Elio, dengarkan aku terlebih dahulu-"

"Anda sendiri tau memasuki wilayah kegelapan itu berbahaya, bukan hanya dimakan kabut hitam aku juga bisa termakan oleh dugeon itu sendiri. Apa ini upaya lain untuk kalian mengorbankan saya?", Elio mengeram marah, sebegitu hinanya kah dia sampai pihak akademi pun berkeinginan melenyapkannya. 

"Bukan Elio", suaranya yang lemah lembut berubah tegas. "Aku tidak ada niat sekecil apapun untuk membunuhmu, kau adalah salah satu murid terbaik di akademi Seryn, sehingga aku menaruh kepercayaan padamu".

"Dengarkan aku nak.", Suaranya Mrs. Odessa semakin melembut, berusaha menenangkan Elio yang memang memiliki watak temperamental. "Dengan darah yang mengalir di tubuhmu itu, kau pasti mampu mengalahkan kegelapan dungeon, meskipun kau harus tetap berhati-hati akan isi pikiranmu. Dia mampu menjadi alasan kehancuranmu disana.", jelasnya penuh pengharapan.

" Apa yang sebenarnya kau katakan ini??, Elio terkekeh. 

"Percaya?? Percaya siapa?? Darah?? Darah siapa?? Aku tidak sekalipun percaya padamu ataupun seisi manusia di dunia ini. Jika yang kau maksud adalah darah kegelapan, cari orang lain sana, kau membuang waktuku", jawab Elio ketus, ia pun langsung pergi dengan sedikit bantingan pintu disana.




"Kau dengar itu kan? Dia tidaklah mudah untuk ditakhlukan", Mrs. Odessa.

"Membunuhnya pun tidak akan mudah", ia bersandar dengan pandangan mata tegas kedepan. "Sekarang pergilah"

~(⁠☆  Varchas  ☆)~

08.00 PM, Danau Aerthous, Akademi Seryn

Elio sedang bersantai pada dahan pohon besar dekat dengan danau, tempat yang selalu jadi favoritnya. Ia memejamkan mata, merasakan semilir angin yang bergesekan dengan ranting-ranting pohon dan kicauan burung-burung yang saling bersautan, udara disini pun sangat sejuk nan segar apalagi sinar matahari pagi ini tidak terlalu menyengat, damai, tentram dan nyaman.

VARCHAS | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang