Di sebuah danau, ada dua sepasang kekasih yang sedang duduk. Dengan isi kepala yang sedang berkecamuk.
"Ra," panggil seorang pria. Dia bernama Razkha Adhitama.
Seorang gadis yang di panggil 'Ra' itu menoleh.
"Iya zka?" Sierra Leone. Itu nama lengkapnya.Razkha memejamkan matanya, menarik nafas dalam, setetes air mata turun dari mata nya. Iya memeriksa tangan Sierra, dan benar, ada bekas barcode di tangan Sierra.
"Ra?" panggil Razkha.
"Ma-maaf, zkha. Aku cape." Ucap Sierra
"Ra, jangan kaya gini terus. Apa dengan kamu nyakitin diri kamu kaya gini, kamu lebih ngerasa bahagia?" tanya Razkha. Dia sudah lelah menghadapi Sierra yang terus-terusan begini.
"Aku juga sama kaya kamu Ra. Kamu butuh rumah? Aku juga butuh, kalo kamu kaya gini, gimana aku bisa jadiin kamu sebagai rumah?"
Sierra hanya diam mendengarkan Razkha.
"Ra, aku rasa, kita cukup sampai sini aja ya?"
Sierra menatap Razkha, "zkha? maksud kamu? kamu mau nambahin luka aku?"
Ia tak habis pikir dengan ucapan Razkha.
"No! Big No! Aku sayang, sayang banget sama kamu. Tapi kamu harus buka mata kamu Ra, hubungan kita udah ga sehat. Disaat kamu nyakitin diri kamu kaya gini, apa kamu mikirin gimana aku? Kamu cape, aku juga cape. Setiap ketemu, aku selalu liat tangan kamu kaya gini. Bukan cuman kamu yang butuh rumah, aku juga butuh."
Sierra menangis. Ucapan Razkha ada benar nya juga. Ia juga tidak ingin menyakiti diri nya sendiri, tapi hanya ini pelampiasan disaat ia sudah lelah dengan suasana rumah.
Berbeda dengan Razkha, ia melampiaskan hal tsb dengan merokok, dan motor-motoran.
"Maaf,"
Razkha mengusap air mata Sierra. "Sst, udah jangan nangis." ia menarik Sierra ke pelukan nya. "Kita masih bisa jadi teman."
Sierra tertawa hambar. "Teman, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIEZKHA
Genç Kurgu"Aku bukan rumah yang tepat buat kamu,"-Razkha. "Kita sama-sama luka, kenapa kita ga saling mengobati?"-Sierra