Myungsoo pulang ke apartemen pukul 3 dini hari. Begitu memasuki apartemennya, suasana sepi menyambut, biasanya Suzy tertidur disofa besarnya ruang TV namun tidak ada. Perasaan Myungsoo tidak enak mengingat Suzy akhir-akhir ini tidak begitu banyak bicara namun tatapan matanya begitu sendu seolah lelah.
"Zy.. Suzy, kau ada dimana?"
Myungsoo segera memasuki kamarnya, kamar mandi namun tidak menemukan Suzy. Barang-barang Suzy yang ada dipojokan kamarnya juga ikut hilang kecuali barang yang dia belikan untuk Suzy. Myungsoo segera berlari keluar kamar dan menemukan selembar kertas dimeja depan Sofa. Myungsoo duduk dan membacanya.
Untuk Myungsoo
Myungsoo, aku pamit pulang.
Terima kasih untuk kenangan yang sudah boleh aku lewati untuk bersamamu beberapa waktu ini. Ada suka ada dukanya, yang pasti aku sangat senang terutama saat aku berada disampingmu. Tapi aku tahu jika janji pernikahan kita itu tidak sah, sudah tidak zaman pakai surat usang dari kakek kita untuk ikat kamu. Itu sangat kekanak-kanakan. Jadi sebaiknya kamu lupakan saja semuanya yang terjadi selama ini. Aku pulang, kamu harus baik-baik ya? Jangan cari aku lagi. Selamat tinggal dan sampaikan maafku pada kakek. Terima kasih.Tertanda
SuzyMyungsoo segera meremas kertas berisi tulisan surat dari Suzy. Bergegas melepas baju kantornya dan menggantinya dengan kaos yang santai. Lalu berkeliling mencari Suzy.
"Suzy. Kau dimana?"
"Siapa yang memprovokasimu hingga kau memilih pergi?"
"Aku harus mencarimu kemana lagi?"
Myungsoo terus berkeliling dan mencoba menghubungi nomor Suzy namun sudah tidak bisa. Mau menyusul bahkan Myungsoo tidak tahu dimana letak rumah Suzy berada.
Myungsoo frustasi berdiri didepan jembatan Iljime. Mengusap wajah lelahnya. Angin sepoi menerpa wajahnya namun matanya tak sengaja menatap kertas sobekan yang tidak asing baginya.
"Ini...."
Myungsoo berjongkok dan mengumpulkanya, dia melihat itu kertas perjanjian milik Suzy yang selalu dibawanya. Myungsoo semakin yakin jika Suzy pasti sempat ke jembatan Iljime sebelum pergi dan merobek surat perjanjian pernikahan yang ditulis kakek mereka.
"Suzy, kau ada dimana? Semua hanya salah paham."
Saat pagi menjelang,
Myungsoo dengan lesu pulang kerumah orangtuanya, begitu masuk rumah dia yang langsung disambut pukulan oleh sang kakek."Anak kurang ajar, masih berani kau pulang menunjukkan muka." Ucap Sangjoon memukuli Myungsoo dengan tongkatnya.
"Ayah, Myungsoo baru datang. Jangan memukulinya." Ucap Hwanhee memegangi ayahnya. Sedangkan Zia segera membawa Myungsoo masuk untuk sarapan.
"Makanlah, ada apa? Kau tampak kacau?" Tanya sang ibu mengambilkan roti dan menuangkan air minum.
Myungsoo hanya memberikan surat yang ditulis Suzy dan sobekan surat perjanjian kakek mereka, namun belum juga diterima oleh Zia. Surat tersebut sudah pindah ke tangan Sangjoon. Sangjoon marah ketika membaca surat yang ditulis Suzy.
"Apa yang kau lakukan padanya?" Teriak Sangjoon pada cucunya.
"Aku tidak melakukan apapun kek, dia tiba-tiba pergi semalam dan hanya menulis surat begitu." Ucap Myungsoo lesu.
"Ini juga karena kau yang tidak peka."
"Semalaman aku juga sudah berkeliling untuk mencarinya tapi tidak ketemu. Aku tidak tahu alamat rumahnya didesa dan tidak tahu dia pulang naik apa? "
"Kenapa aku bisa punya cucu bodoh sepertimu?" Ucap Sangjoon sambil memukuli Myungsoo dengan tongkatnya, Zia tentu melindungi putranya sedangkan Hwanhee mencoba menenangkan sang ayah.
"Ayah, sabar. Ingat sakit jantung ayah."
"Kau lihat sendiri semalam wajah sendu Suzy karena bocah ini diacara televisi. Aku sudah bilang agar kau segera keluar saja dari kantor Jung Daejoon. Kalau kau tidak segera menyelesaikannya maka jangan salahkan aku kalau perusahaan ayahmu rata dengan tanah dan kalian akan miskin karena ku coret dari kartu keluarga."
"Ayah sabar. Ayah tidak pernah memberitahu dimana rumah sahabat ayah jadi wajar jika Myungsoo bingung mau mencarinya kemana?" Ucap Hwanhee mencoba menengahi pertengkaran.
"Denah rumahnya ada disurat perjanjian kami. Jika surat kakek Suzy ada denah rumah ini maka denah rumahnya ada disuratku." Ucap Sangjoon ketika melihat denah yang hanya dipahaminya dengan sahabatnya, sebelum berucap, "Pelayan cari surat yang seperti ini diruang kerjaku, jika tidak ketemu maka ku penggal kalian.
Hwanhee dan Zia menghela napa lega sebelum mendengar teguran Sangjoon, "kalian juga cari, jika tidak ketemu maka kalian juga akan miskin. Ku ratakan Kim Corp dengan tanah."
"Ayah.." teriak Hwanhee dan Zia bersamaan.
"Berani protes?" Tantang Sangjoon pada anak dan menantunya.
"Tidak ayah." Kompak keduanya.
"Jika sampai pernikahan yang sudah ku carikan hari baik gagal, maka kalian harus siap jadi miskin."
"Ayah tenanglah, pasti ada solusi untuk setiap masalah. Ayah harus sabar, ingat kesehatan jantung ayah."
"Ini semua juga karena anak kalian. Andai Sungkyu mau dijodohkan pasti tidak akan begini."
"Tapi sejak dalam perutku, ayah sudah menunjuk Myungsoo bukan Sungkyu."
"Tapi lihat anak kalian yang sudah seperti kucing tercebur lumpur, jika tidak yang tua bertindak. Memang dia bisa? Suka protes padahal tidak pernah pecus menyelesaikan masalah." Ejek Sangjoon yang berjalan menuju ruang kerjanya untuk melihat para pembantu yang sedang mencari surat perjanjian miliknya.
"Aku tidak tahu jika memiliki anak sebucin ini pada wanita?" Gurau ayah Myungsoo.
"Kau dulu juga sama sepertinya tuan Kim Hwanhee. Kau lupa bagaimana bucinnya dirimu dulu padaku?" Balas ibu Myungsoo.
"Apa iya begitu?"
"Tentu saja. Jika tidak mana mungkin Sungkyu dan Myungsoo ada."
"Kau tenang saja, Myung. Kakekmu itu walau galak dan tegas tapi dia sangat sayang padamu. Doakan saja suratnya ketemu agar kau bisa menjemput Suzy, jika tidak ketemu maka hanya benang jodoh yang akan membawa kalian bertemu. Jika tidak jodoh maka sedekat apapun kalian maka akan berpisah, begitu sebaliknya sejauh apapun jarak kalian tapi jika sudah berjodoh akan tetap bertemu. Jadi bersabarlah." Ucap ayah Myungsoo memmberi nasehat bijaknya.
"Ayahmu benar, percayakan semua pada Tuhan. Dia yang akan menunjukkan semua." Ucap Ibu Myungsoo yang memberikan pelukan sang putra agar tetap kuat.
"Iya ibu, ayah. Terima kasih." Ucap Myungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's The Mate - Myungzy ✓
Roman d'amourHanya berbekal surat perjanjian perjodohan dari kakeknya. Suzy nekat pergi dari Gwangju ke Seoul untuk menjemput pria yang dijodohkan dengannya. Akankah Suzy berhasil jika dia hanya tahu namanya saja, tanpa tahu rupa dari pria itu. Penasaran? Simak...