Chapter 9 : Luka lain yang lebih sakit

18 2 0
                                    

“Entah kenapa jika kamu dengan sahabatku, hatiku tak bisa sepenuhnya ikhlas”


Sejak kejadian tempo hari, kini Bian dan Della semakin dekat.

Entah siapa yang memulai kedekatan namun situasi seperti ini membuat Nara kembali merasa sendiri.

Ia tidak membenci ketika Bian dan Della semakin dekat, malah ia sangat senang, hanya saja ketika mereka sedang Bersama, mereka seperti lupa dengan orang lain yang ada disekitarnya, dan itu membuat Nara merasa dilupakan.

Seperti sekarang, ia melihat Bian tengah berbincang dengan sahabat dekatnya didepan kelas.

Ingin sekali ia menyapa dan berakhir bercanda bersama, namun ia terlalu sungkan untuk memotong pembicaraan seru milik mereka.

Senyum paksa terbit dibibir cantiknya.

Ia tak bodoh untuk memahami apa yang terjadi, tatapan memuja yang dilayangkan Della untuk Bian sudah cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi.

“Ra, dicari tuh. Disuruh ke lapangan.” Seorang siswi dengan make up yang tebal menginterupsi.

Nara menoleh, “Ngapain?” tanyanya.

“Banyak tanya, udah sana.” Siswi itu mendorong tubuh Nara untuk cepat keluar.

Mau tak mau Nara mengikuti ucapan siswi yang menyuruhnya untuk ke Lapangan.

Ia berjalan keluar kelas, melewati kedua teman yang ia anggap dekat dengannya.

Della menatapnya sekilas, lalu kembali memfokuskan pandangannya untuk berbincang dengan Bian. Sedangkan pria yang sialnya masih menjadi pujaan hatinya hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Nara tak ingin berfikir banyak, mungkin saja mereka sedang ada hal serius yang ingin dibicarakan dan tak ingin ada siapapun yang mengetahuinya.

Entahlah, ia tak ingin terlalu ambil pusing dengan itu, yang terpenting sekarang ia harus cepat sampai dilapangan.

Beberapa saat berlalu, akhirnya Nara sampai dilapangan dengan nafas yang tersenggal karena berlari.

Disana hanya ada beberapa siswa yang tengah memperhatikannya dengan lekat. Karena memang sekarang sudah saatnya kembali masuk ke kelas untuk melanjutkan pelajaran.

Nara menghampiri gerombolan siswa itu, “Permisi, kalian yang nyari aku?” tanya  nya dengan ramah.

Seorang siswi yang mengenakan seragam lumayan ketat menghampiri Nara, “Kamu yang namanya Nara?”
Nara mengangguk sebagai jawaban.

“Ngga ada yang menarik.” Ucap salah satu siswa disana dengan tawa remeh diakhir kalimatnya.

“Maksud nya apa ya?” Nara menatap tajam yang baru saja berujar.

Nara mengenal mereka, sangat jelas. Mereka adalah sekelompok manusia berengsek yang biasa menyakitinya. Hanya saja kali ini bukan orang-orang yang menyakitinya kemarin yang ada dihadapannya sekarang, tapi Nara yakin betul jika mereka ini anak suruhan untuk kembali menyakitinya.

“Maaf ya kak, kita emang masih kelas satu, tapi kita harus ngga sopan sama kakak.” Siswi lain dari gerombolan itu berucap dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Rinai dalam JENGGALA (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang