Chapter 6 : Sinar nya Indah

23 6 0
                                    

“Aku suka disini, ini rumahku”


Tak ingin menjadi beban untuk siapapun. Mungkin itulah keputusan mutlak yang telah Nara ambil.

Sejak awal ia tau betul jika dirinya hanya sendiri disini, tak ada siapapun.
Hanya saja saat itu Tuhan sedang berbaik hati hingga menghadirkan seseorang untuk menemaninya berjalan hingga kini.

Nara bersyukur bukan main, bagaimana tidak, kesehariannya yang hanya ditemani sepi dan sunyi perlahan menghilang sejak kehadiran Bian, sosok pria yang begitu luar biasa di hatinya.

Pertemuannya sejak duduk dibangku SMP kala itu bak sebuah mimpi yang tergapai dengan mudah bagi Nara, Bian tanpa pernah meninggalkan Nara sendirian saat mengetahui jika sang gadis tinggal sendiri. Begitu pula Nara, ia akan selalu ada saat Bian membutuhkannya.

Namun perlahan semua mulai berubah, seperti batu yang terus diterjang derasnya arus, sekuat apapun tanah mempertahankan, sang batu akan tetep bergerak mengikuti arus yang membawanya.

Nara tau jika waktu akan terus berputar, Bian nya tak akan selamanya berdiri disampingnya.

Maka dari itu, sedikit demi sedikit Nara mulai mengurangi interaksi dengan sang pujaan hati.

Ingat saat Nara bertemu dengan Bian dipinggir jalan beberapa hari lalu? Iya, saat Nara menerima bogeman dari orang yang tak ia kenal, niat baik ingin membantu ternyata membuatnya mendapat imbalan yang kurang baik. Ingat kan?

Saat itu adalah pertama kalinya Nara bertemu dengan Bian sejak mereka naik dikelas 12.

Bukan tanpa alasan Nara menjaga jarak, selain karena tak ingin rasanya pada sang pria bertambah, ia juga tak ingin membuat Bian terlalu memperhatikannya.

Cepat atau lambat mereka harus berpisah, Nara dengan tujuannya, begitu pula Bian.

Namun tanpa mereka sadari, mereka menjadi lebih tertutup satu sama lain.

Nara yang tak ingin menyulitkan Bian dengan mendengar keluhnya, Bian dengan lukanya yang hanya ia simpan dalam diam.

Mereka sama-sama ingin menjadi dewasa dengan caranya sendiri, tanpa tau jika itu membuat keduanya semakin terluka.

~~~

Pagi ini Nara berangkat sekolah seperti hari-hari sebelumnya.

Jika kalian bertanya apakah Nara memiliki teman dikelasnya, jawabannya iya. Ia memiliki seorang teman perempuan, Nara sering memanggilnya Della.

Perempuan itu cantik menurut Nara, tak hanya parasnya namun juga hatinya. Ia adalah satu-satunya teman yang Nara miliki disekolah. Iya, hanya disekolah, karena Della akan bergegas pulang ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi.

Orang tua Della cukup protektif kepadanya. Nara berharap orang tuanya juga seperti itu.

“Ra, ke kantin yuk.” Seorang gadis menatap mohon kepada Nara yang duduk disampingnya.

“Aku nggak laper dell, kamu duluan aja.” Yang mendengar jawaban mendengus. Kenapa susah sekali mengajak Nara ke kantin, pikirnya.

“Masak aku sendiri sih, ayo temenin, kamu nggak takut kalau nanti ada yang jahatin aku?” bujuknya lagi.

“Siapa yang berani jahat sama kamu Della? Mereka mau nyentuh kamu juga pasti mikir dua kali dulu karena inget ayah kamu. Lagian ini disekolah, bukan tempat criminal.” Nara menggelengkan kepalanya melihat temannya yang sangat manja hari ini.

“Walau bukan tempat criminal, tapi banyak tuh yang dapat pembullyan, bahkan kekerasan, itu termasuk criminal kan?”
Della kembali menatap Nara, tapi kali ini ia mentapnya dengan penuh selidik, “Sekarang jujur sama aku, kamu kemarin diapain sama mereka?” lanjutnya.

Rinai dalam JENGGALA (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang