Chapter 3

4.5K 428 6
                                    

"Apa yang terjadi? Ribut sekali."

Bo Yun dan Lu Wen menghampiri kelas Ji Yan yang ramai. Mereka melihat gadis Guo itu berlari dengan mata merah, menangis.

Ji Yan enggan untuk menjelaskan duduk di kursinya, mengeluarkan buku diikuti Yang Lin.

"Lupakan saja, hanya gadis kecil nakal. Dia mengira Yan Yan mencoba untuk menyakitinya. Ha ha, lucu sekali." Mana mungkin mereka membiarkan Ji Yan mengotori tangannya hanya untuk seorang gadis biasa.

Lu Wen mengambil kursi dan duduk di hadapan mereka. Dia mengangguk, "itu benar, siapa yang tahu bahwa itu perbuatan Ji Yan, kan. Ayo bermain setelah sekolah selesai, aku punya tempat baru untuk menyegarkan suasana." Dia mengusulkan sebuah tempat yang baru saja di beli ayahnya beberapa waktu lalu.

"Karena kita sudah lama tidak berlibur, ayo ajak Cheng Ke sekalian, dia terlalu sibuk akhir-akhir ini untuk persiapan ujian masuk Perguruan Tinggi, ba." Bo Yun menyarankan kemudian di setujui semua orang.

-
"Katakan, kalian hanya ingin aku menjadi supir pribadi kalian, kan?" Cheng Ke di kursi pengemudi sedikit jengah dengan tingkah kekanakan Lu Wen dan Bo Yun. Di pastikan bahwa penggagas ide bermain adalah mereka.

Lu Wen dan Bo Yun terkekeh pelan, menggaruk kepala mereka, berpura-pura polos. "Apa maksud Cheng gege, kami tidak..."

"Sudahlah." Merasa bodoh untuk terus bermain kata dengan kedua pemuda itu, Cheng Ke menghela nafas jengah. Ini tidak seperti dia tidak mau membawa mobil, hanya saja, dia juga lelah, ba. Mengapa tidak memanggil supir pengganti saja, ah. Pikir Cheng Ke, keduanya memang cukup bodoh.

Ketika mereka sampai, langit menjadi senja. Alih-alih membawa langsung ke vila mereka turun di tepi pantai untuk bermain. Lu Wen dan Bo Yun pasti yang paling senang saat melihat pantai. Mereka berlari, bermain kejar-kejaran dan berendam di tepi pantai, berlomba siapa yang paling lama menahan nafas. Cheng Ke tidak suka basah, hanya menggulung celananya sebatas mata kaki, duduk di depan mobil menyaksikan kedua anak kecil itu bermain-main.

"Dimana Ji Yan?" Cheng Ke bertanya kala melihat Yang Lin keluar sendirian dari mobil. Ternyata pemuda satunya tertidur dan dia enggan membangunkan.

"Biarkan dia tidur lebih lama." Jawab Yang Lin singkat, mengabadikan momen langit senja keemasan.

Cheng Ke mengangguk paham, dia menatap lurus ke depan. "Kamu masih tidak mau memberitahunya?"

"Apa?" Dia berpura-pura tuli, menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Mendengus, Cheng Ke melanjutkan, "jika kalian tidak ingin jujur, kapan hubungan ini akan berubah. Dia mungkin akan mendapatkan pria lain yang dia suka. Kamu seharusnya tahu perasaanmu sendiri, kan."

Yang Lin terdiam. Ini bukan seperti dia tidak mencoba untuk mengungkapkan perasaannya. Hanya saja, ada beberapa hal di masa lalu yang membuatnya ragu. "Kami masih punya banyak waktu, jangan terburu-buru." Dia tidak ingin membuat pemuda itu terkejut mendengar pengakuannya yang tiba-tiba.

Yah, benar. Dia sudah menyukai Ji Yan dari kecil. Dan sesuatu terjadi ketika mereka tumbuh, ini membuat jarak di antara mereka begitu terasa.

Dua pria kecil yang turun ke air akhirnya kembali karena hari mulai gelap. Pakaian mereka basah, Cheng Ke memberikan handuk pada keduanya untuk mengeringkan. "Terima kasih Cheng gege." Ujar Lu Wen dengan nada genit.

Cheng Ke memutar mata malas, bersiap untuk berkendara.

Di belakang, Bo Yan duduk sendirian, berkata. "Sayang sekali Ji Yan tidak bisa menikmati pantainya besok kita masih harus kembali." Ucapnya menyayangkan pemuda yang sampai detik ini masih tertidur. Kepala bertumpu pada paha Yang Lin, dia mendengkur dengan nyaman.

[END] Pregnant With My Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang