Episode 4: Muhammad Firdaus

113 52 282
                                    

Di pagi kamis yang cerah, Daus sarapan bersama adik dan kedua orang tuanya. Sambil sarapan, Daus masih memikirkan siapa orang yang tega mengurung Rover di ruangan toilet sekolah? Dan bagaimana nasib Rover sekarang? Apakah dia bisa beristirahat dengan tenang? Atau malah dimarah-marah dengan orang tuanya? Hari demi hari, Daus merasa semakin iba melihat Rover. Tetapi di sisi lain, Daus mulai lelah membela Rover yang setiap hari hanya bisa menangis, menangis, dan menangis saja tanpa bisa membela diri sendiri.

“Apa yang kau fikirkan Daus?” kata Zahari

“Tak ada do yah” kata Daus

“Dia memikirkan kawan baik dia lah tu, anak buk Royyan” kata Norlinda

“Apa kabar si Rover tu? Dah pulang dia ke rumahnya?” tanya Zahari

“Udah, kemarin dia kena pukul sama guru matematika kami, buk Selin. Rover dipukul karena dia tidak bisa kerjakan soalan matematika di papan tulis. Sampai lebam-lebam badannya si Rover kena pukul buk Selin. Setelah itu pas jam olahraga, Rover pingsan di toilet sekolah pas Rover mau ganti baju olahraga. Kata Rover, dia pingsan karena badannya sakit sekali akibat dipukulin buk Selin. Aku sendiri, tak tahu kalau Rover pingsan di ruangan toilet, karena pas aku pulang sekolah, pintu ruangan toilet itu di kunci, jadi aku berfikir bahwa toilet itu tak ada orang dan aku berfikir kalau Rover sudah pulang ke rumah karena sakit. Malamnya, buk Royyan kabarin aku kalau Rover belum pulang kerumah. Buk Royyan pun suruh aku untuk mencari Rover ke sekolah. Akupun langsung mencari Rover ke sekolah. Ketika aku sampai disekolah, aku langsung pergi ke toilet sekolah. Ternyata benar, Rover memang terkurung didalam toilet itu. Yang aku fikirkan, siapa yang tega mengurung Rover di toilet? Padahal sebelum jam olahraga toilet itu terbuka, tetapi kenapa toilet itu terkunci saat jam olahraga berakhir? Siapa yang mengunci toilet itu?” kata Daus

“Anak-anak nakal di kelas kalian itulah yang mengurung Rover, anak-anak yang 3 orang tu. Anak ber-3 itu memang udah dikenal oleh seluruh masyarakat Desa Teluk Rhu sebagai anak yang nakal. Walaupun nakal, orang tua mereka ber-3 tak pernah menganggap anak mereka nakal. Orang tua mereka selalu menganggap mereka baik” kata Norlinda

“Bukan hanya anak ber-3 itu saja, sekolah itu pun memang sudah terkenal di seluruh Kabupaten Bengkalis ini sebagai sekolah buangan anak-anak nakal. Tapi apa boleh buat, sekolah itu yang paling dekat dengan tempat tinggal kita, ditambah lagi sistem pendaftaran sekolah menggunakan sistem zonasi yang mengharuskan kita mendaftar di sekolah terdekat saja” kata Zahari

“Mereka ber-3? Ini pasti ulahnya Ricky, karena dialah yang terakhir kali masuk ke toilet untuk mencari Rover” kata Daus

“Engkau pun Daus, kalau tak sanggup lagi menolong si Rover itu, ya sudahlah. Jangan paksakan dirimu. Mama juga tidak suka kalau kamu mati-matian membela Rover itu sampai lebam-lebam di pukul para berandalan. Biarlah Rover itu mandiri, dan mampu membela dirinya sendiri” kata Norlinda

“Betul nak. Kalau si Rover itu keseringan ditolong, dibela, dan dimanjakan, dia tidak akan pernah jadi orang yang kuat dan mandiri membela diri sendiri. Dia akan semakin manja dan semakin cengeng kepadamu. Ada masalah dikit, dia ngadu ke kamu, merengek ke kamu, dan nangis ke kamu. Kalau seperti ini terus, Rover akan semakin lemah dan manja. Ibarat Nobita dengan Doraemon lah. Asal ada masalah sedikit, Nobita pasti merengek minta tolong ke Doraemon” kata Zahari

“Ya betul juga sih. Aku selama ini selalu menolong Rover, sampai-sampai Rover tak bisa hidup mandiri. Mungkin sudah saatnya aku melatih Rover agar dia bisa bertahan hidup tanpaku” kata Daus

Setelah selesai sarapan, Daus langsung diantar ayahnya ke sekolah dengan menggunakan motor. Ketika melintasi rumahnya Rover, Daus sempat mendengar suara barang dilempar-lempar, suara piring pecah, suara orang menjerit marah-marah, dan lain-lain. Tetapi Daus dan ayahnya tak memperdulikan itu dan tetap berjalan menuju sekolah. Ketika sampai di kelas, ternyata dugaan Daus benar, Rover tidak ada di kelas. Jam sudah menunjukkan pukul 7.10, bel masuk pun sudah berbunyi, tetapi Rover belum juga tiba di kelas. Daus menduga bahwa suara gaduh di rumahnya Rover tadi disebabkan karena orang tuanya Rover marah-marah dengan Rover karena Rover tak mau pergi ke sekolah. Daus pun duduk di bangkunya, sambil menatap sinis Bobby, Ezza, Ricky, Aneka, Friwanto, Ulan, dan Niken yang sedang berkumpul menggibahi Rover.

Keluarga Bathin Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang