Bab 8

16.3K 570 3
                                    

Setelah Clarissa keluar, Oliver melepaskan diri dari Yola yang masih bergelayut manja di lengannya. Yola yang tidak terima dengan sikap Oliver langsung merengut. Situasi berubah menjadi lebih kekeluargaan di sana.

"Aku tidak suka sikap seperti ini, Yola." Tegur Oliver dengan ekspresi kesal. "Kau tidak bisa datang dan bersikap seakan ini adalah rumah. Ini lingkungan professional."

Yola memanyunkan bibirnya. "Aku hanya ingin bertemu secepatnya, apa ini salah?"

"Kau bisa mengirim pesan dan aku akan menemuimu." Geram Oliver dengan kening yang semakin mengerut.

Bak adik yang selalu bermanja pada kakaknya, Yola menyentakkan kakinya satu kali. "Aku tahu kau akan memberi banyak alasan."

Oliver memutar bola matanya. "Bagaimana kau bisa ada disini? Aku sudah minta Paman untuk tidak membiarkanmu berkeliaran di kantor."

Yola menyeringai sedikit. "Ayah tidak bisa menghentikanku dan aku yakin dia tidak akan benar-benar menghalangiku."

Itu satu fakta yang sebenarnya diketahui Oliver. Pamannya sudah terobsesi menjodohkan mereka berdua. Melihat Yola yang selalu manja dan dimanjakan, bukan tidak mungkin Pamannyalah yang malah memfasilitasi pertemuan ini.

"Ayolah, Kakak," ujar Yola sekali lagi dengan nada manja. Dia mendekat dan memeluk lengan Oliver lagi. Seketika Oliver tahu trick Yola jika dia sudah mulai menyebutnya kata 'kakak'. "Aku merindukanmu, apa Kakak tidak?"

Oliver hanya bisa menghembuskan napas panjang. "Aku mungkin juga."

Dia memukul lengan Oliver. "Kau ini! Bisakah sesekali tidak bersikap dingin? Menyebalkan."

Oliver tertawa, lalu melepaskan tangan Yola. "Aku punya banyak pekerjaan dan harus memulainya segera."

"Tapi aku sudah ada disini!" kata Yola cemberut.

"Aku tidak mengundangmu, Yola," balas Oliver penuh sabar, lebih pada terdengar tidak mau tahu.

"Oliver!"

"Aku sibuk," jawabnya acuh tak acuh menuju meja kerjanya.

"Aku akan menunggumu."

Yola selalu menjadi wanita keras kepala yang diizinkannya berada di sekitarnya. Bukan karena dia special, tapi lebih pada bukan urusannya jika Yola menjadi keras kepala. Di sisi lain Paman selalu memanjakannya, jadi hampir mustahil untuk memperbaiki sifatnya di usia ini.

"Aku akan meminta Paman mengeluarkanmu dari sini," kata Oliver begitu tenang.

Yola melipat tangan di depan dada sembari menggembungkan pipi. Oliver hampir tertawa melihat tingkah lucunya. Sejak dulu ia memang tidak bisa terlalu marah padanya. Bagaimanapun mereka adalah keluarga.

"Kita lihat apa dia bisa mengeluarkanku dari sini," ucap Yola dengan suara kecil lalu dengan mengejutkannya melepas sepatunya kemudian duduk di lantai.

Oliver tidak percaya wanita yang sudah dewasa bisa bersikap sangat kekanakan seperti ini. Walau kemungkinan sangat kecil untuk orang luar melihat, tetap saja Oliver harus menjaga image di lingkungan kerjanya.

"Yola!"

"Aku tidak mendengarmu!" Sentak Yola tak menatap Oliver.

Ia menghembuskan napas panjang. "Baiklah, apa yang kau inginkan?"

Yola masih tidak menjawab. Dia tetap memanyunkan bibirnya seolah tidak percaya dengan Oliver yang tengah menawarkan sesuatu padanya. Sebenarnya dia hanya menahannya sebentar dan ia yakin Oliver akan menurutinya.

"Ayolah, jangan kekanakan. Apa yang kau inginkan? Aku harus segera bekerja." Bujuk Oliver hampir tak sabaran.

Yola langsung mengeluarkan senyum sumringah, bangkit dari duduknya, mengenakan sepatu lalu berlari kecil ke meja kerja Oliver. "Hari ini luangkan waktumu untukku."

My Untouchable Boss (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang