Clarissa mendekati Oliver yang sedang duduk manis di ruang TV. Belakangan ini suaminya sangat tertarik pada berita nasional sampai terkadang Clarissa cemburu pada TV. Huh? Kalian pikir ia tidak masuk akal, bukan? Tunggu sampai suami kalian tidak mendengarkan ketika berbicara, mata selalu fokus pada TV dan paling meresahkan, lupa makan.
"Oliver!" Sentak Clarissa dari belakang sofa.
"Iya, Sayang? Kenapa?" jawab Oliver lembut tanpa berbalik.
Clarissa menggembungkan pipinya. "Lihat aku."
"Tunggu, Sayang. Ini berita yang kutunggu sejak tadi."
Kesabaran Clarissa habis. Ia menarik napas sedalam mungkin lalu menghembuskannya kasar sambil menyentak kaki di tempat. "Kau mengabaikanku, Oliver?"
"Clarissa, jangan konyol," ujar Oliver masih belum berbalik.
"Okay, kalau begitu nikah sana sama TV!!"
Kedongkolan yang seminggu ini tertahan akhirnya meledak. Clarissa tidak bisa menahannya lagi sebab kepalanya hampir pecah. Jika Oliver memilih TV dibandingkan dirinya, maka Clarissa juga punya pilihan. Kita lihat siapa yang menang setelah ini.
"Okay, kalau begitu malam ini kau pergi makan sendiri dan aku tidur di kamar lain!" kata Clarissa dan tanpa menunggu reaksi Oliver, ia pergi ke kamar mereka.
Agresi yang ingin Clarissa jalankan harus berjalan sempurna. Ia membuka lemari dan mengambil beberapa pakaian untuk dipindahkan ke kamar lain. Ia juga membawa sikat gigi dan peralatan mandinya.
Ketika Clarissa keluar dan hampir mendapati kamar tujuannya, sosok yang ingin dicakarnya itu muncul. Oliver melihat tas dan peralatan yang dibawanya sebelum mengernyit bingung. Clarissa memutar bola mata lalu melewati Oliver, sepenuhnya mengabaikannya.
Ia membuka pintu lalu mencampakkan semua barang-barangnya ke tempat tidur. Kakinya melangkah hendak menutup pintu dan menguncinya agar mereka tak bertemu apalagi bertatap muka. Namun suaminya yang penuh dosa itu sudah lebih dulu masuk.
"Clarissa, apa maksudnya ini?" alis Oliver beradu tak senang.
Clarissa mendongak. "Tolong keluar dari kamar ini."
Oliver semakin bingung. "Kau marah hanya karena aku menonton TV?"
"Hanya?!" Kalimat itu semakin menyulut emosi Clarissa. "Tolong keluar."
"Clarissa, hentikan kekonyolan ini."
"Keluar!"
"Clarissa." Suara Oliver mulai membujuk ketika ekspresi Clarissa semakin mengeras. "Sayang, kita janji akan bicara jika ada masalah, bukan memisahkan diri seperti ini."
Kedua alis Clarissa terangkat. "Sadar dengan ucapanmu? Tebak siapa yang mengabaikanku ketika ingin bicara?"
"Okay okay. Aku salah. Aku minta maaf." Oliver mengangkat tangan pertanda menyerah. "Aku akan menebusnya sesuai keinginanmu."
Clarissa melipat tangannya di depan dada penuh kuasa. Sebenarnya ini memang konyol. Mereka bertengkar karena TV? Adakah pasangan di luar sana yang mengalami kondisi serupa?
"Tidak. Aku malas bicara denganmu. Keluar."
"Sayang, please." Oliver mendekatinya dengan raut putus asa kemudian berusaha memeluknya. Tentu saja Clarissa memberontak tapi Oliver bukan pria yang pantang menyerah. Dia terus memaksakan diri untuk memeluknya. "Please, aku minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya."
Clarissa tetap merengut walau kepalanya kini dibawa Oliver bersandar di dada bidangnya. Suaminya juga mengecup kepalanya dan mengusap lembut rambutnya. Clarissa ingin marah dan menghukum pria ini tapi hatinya terlalu lemah saat Oliver memohon ampun. Siapa yang sanggup menahan pesona pria tampan ini?
"Aku tidak melarangmu menonton TV, tapi tidak sampai lupa makan dan mengabaikanku juga."
"Iya, aku tahu. Sekali lagi maaf, Sayang." Oliver mengecupi rambutnya sampai Clarissa bisa merasakan rasa bersalah menyeruak keluar dari tubuh suaminya.
"Mmm." Ia mulai membalas pelukan Oliver.
"I love you. I love you the most." Bisik Oliver sembari mengeratkan pelukannya. "I love you more than anything."
"I know."
Clarissa tertawa kecil. Jika diingat kembali, sejak menikah Oliver hampir setiap hari mengucapkan kata cintanya lebih dari satu kali perhari seolah Clarissa akan lupa jika dia tidak mengucapkannya. Anehnya Clarissa tak pernah merasa lelah mendengarnya. Ia malah semakin bahagia dan jatuh hati setiap kali Oliver menyatakan cintanya.
Keduanya masih berpelukan saat Clarissa membuka suara. "Oliver?"
"Hm?" Oliver mengusap lembut punggungnya.
"Menurutmu orang-orang akan rindu jika kita menghilang?"
Oliver melepaskan pelukannya lalu menatapnya bingung. "Kenapa bertanya begitu?"
Clarissa menyengir menampilkan barisan giginya. "Karena kita akan terbit di Teori Kata Publishing."
"Huh?"
Clarissa mengangguk antusias. "Cerita kita akan terbit, Sayang. Mungkinkah mereka rindu kisah kita nanti?"
"Well, aku tidak tahu dengan mereka tapi aku tahu akan merindukanmu setiap waktu."
Clarissa memukul dadanya pelan. "Dasar penggombal!"
Oliver tertawa lalu mencium bibirnya. "Mari kita lihat apakah pembaca seantusias kita."
---"----
HAI HAI PEMBACA BUDIMAN SEMUA!
Apa kabar? Semoga semuanya sehat yaaa.
Author punya kabar gembira nih untuk dishare. Jadi pengumumannya MY UNTOUCHABLE BOSS akan segera terbit di Teori Kata Publishing. Yeaaayyyy!!!!
Terimakasih untuk dukungan dan antusias kalian semua sampai cerita ini dilirik penerbit. Author ga bisa menggambarkan rasa syukur dan terimakasih ini. Thanks sebanyak-banyaknya, all.
Jadi buat kalian yang pengen ngebaca kisah Oliver-Clarissa lewat buku, boleh banget ikutan PO ya guys. Start 18 Maret ini. Author yakin karya ini jauh lebih seru setelah diterbitin. Dijamin semuanya lebih rapi.
Kalian bisa ikut pantengin update dan infonya di:
Instagram:
- Dinar_kana
- TeorikatapublishingBTW besok 17 Maret, ada vote untuk cover novel ini di instagram Teorikatapublishing. Bantu vote ya guys. Pendapat kalian lebih bermakna dari apapun.
Doakan semoga lancar yaa. Love you, guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Untouchable Boss (SUDAH TERBIT)
RomansaWarning 18+ Bekerja sebagai sekretaris selama 4 tahun membuat Clarissa menjadi salah satu orang yang paling mengerti karakter Oliver, si pria dingin dan kaku yang tidak senang berbasa-basi. Kebenciannya bersentuhan dengan wanita menyebabkan Clarissa...