01 | Kalau jutek ya bye-bye!

189 8 0
                                    

"Kamu mah enak. Penelitianmu karo dolan. La aku?"

Opo ra mentolo napok?

Mana ada skripsian enak. Apalagi sekarang Iyak harus naik perahu menyeberangi Sungai Segoro Anak hanya untuk mengambil bukunya yang ketinggalan di resort seberang.

"Pak, tunggu sebentar ya? Saya cuma ambil buku aja ini. Jangan ditinggal kayak kemarin."

Pak Kasemin yang memang menjadi langganannya menyeberang menunjukkan deretan giginya. Tangannya menggaruk bagian belakang kepala sambil menggangguk.

"Bener loh, Pak. Saya sekalian ambil jajan buat anak-anak di rumah." Iyak menyipitkan matanya.

Pak Kasemin menggangguk cepat berkali-kali. Siapa sih yang nggak suka gratisan? Apalagi Iyak terkenal sebagai mahasiswa yang suka memberi jajan nggak ukuran.

Iyak melangkah dengan hati-hati keluar dari perahu. Dermaga sedang sepi. Biasanya para pemancing akan kemari kalau sudah agak siangan.

Di depan resort Iyak berpapasan dengan Pak Purwanto, orang yang bertugas membersihkan Resort Mangrove.

"Pagi, Pak Pur." Memang biasa dipanggil demikian.

Pak Purwanto berhenti menyapu halaman. Pria paruh baya itu mengangguk tanpa tersenyum. "Pagi, Mbak Iyak. Kok balik lagi?"

Iyak meringis kecil. "Buku saya ketinggalan, Pak."

"Walah. Kok bisa toh, Mbak?"

"Tadi buru-buru, Pak. Balapan sama Susan, cepet-cepetan sampai perahu. Siapa cepat dia yang pertama mewawancarai Pak Kepala Resort." Nggak tau kenapa Iyak merasa perlu menjelasakan alasannya. Padahal bisa saja Pak Pur cuma basa-basi.

"Jadinya sekarang Mbak Susan yang wawancara duluan?" Pak Pur mencoba menerka.

Iyak mengangguk. "Betul, Pak. Nah, ini dia!" Tangannya mengangkat buku yang berhasil dia temukan. Ternyata bukunya tertinggal di meja ruang tamu.

"Saya berangkat dulu ya, Pak." Pamitnya pada Pak Pur. Tidak lupa sebelah tangannya membawa sekantung kresek jajan untuk anak-anak Pak Kasemin.

"Jajannya jangan sampai kelihatan, Mbak. Nanti dikejar monyet kayak kapan hari loh."

"Tenang, Pak. Aman in-"

Khaaak! Khaaak! Khaaak!

Uh uh uh ak ak ak!

Khaaak! Khaaak! Khaaak!

Peraturan yang tidak boleh diabaikan di sini.

Jangan pernah meremehkan peringatan dari pengurus resort.

"PAK PUR, TOLOOONG!"

Bukan hanya Pak Pur yang kelimpungan melindunginya dari para monyet. Pak Kasemin juga tidak mau kalah baju hantam dengan membawa gothek untuk mengusir para monyet.

"Makanya toh, Mbak, kalau dibilangin orang tua itu didengerin." Sambil terus mengusir monyet Pak Pur berbicara.

"Iya, Pak. Maaf."

"Kalau kayak gini samian jadi makin lama sampai seberang. Semoga aja ini Pak Kepala nggak buru-buru ke Resort Rowobendo."

"Amiin." Iyak menjawab. Tangannya masih setia memegang pundak Pak Pur, berlindung dari serbuan para monyet.

"Sudah. Sana lari." Pak Pur melirik ke arahnya. Lalu ke arah Pak Kasemin. "Min, cepet ke perahu. Antar Mbak Iyak biar nutut wawancara sama Pak Kepala."

"Siap, Pak." Pak Kasemin memberikan hormat.

Pak Kasemin segera berlari menuju perahunya. Melepaskan tali tampar dari kayu dermaga. Iyak dengan hati-hati melangkah ke dalam perahu dengan memeluk buku dan juga kantung kresek berisi jajanan.

Boba CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang