02 | Seadanya yang sempurna

50 4 0
                                    

Iyak memilih duduk di kursi perahu bagian tengah. Selain supaya bebas menyandarkan tubuhnya dia juga berkeinginan untuk menyelonjorkan kaki pada kursi di depannya.

Setelah menyerbu Iyak dengan berbagai macam pertanyaan yang intinya dari mana Iyak bisa kenal Om jutek, akhirnya Susan memilih diam sebab Iyak pun berulangkali menjawab dengan kalimat yang sama.

"Nggak pentinglah, Sus. Aku juga nggak kenal."

Mata Susan menyipit. "Tapi kok tadi kamu manggil beliau Om jutek?"

"Karena beliau memang jutek." Sengaja Iyak menekankan suara pada kata beliau.

Perjalanan menyeberangi Segoro Anak selalu menjadi hal yang paling menyenangkan dan menenangkan. Biasanya dia dan Susan akan langsung minta Pak Kasemin untuk mengantarkan ke resort. Berhubung hari ini ada Pak Kepala dan Om jutek maka mereka harus rela ikut keduanya mengelilingi Segoro Anak.

Bukan dalam arti yang sebenarnya. Perjalanan ini dilakukan dengan melihat area hutan mangrove.

Angin yang berhembus menerpa wajah Iyak membuatnya memejamkan mata. Meski terik matahari tidak bisa dielakkan namun karena mereka berada di bawah atap perahu juga angin yang semilir membuat hawa panas dapat disingkirkan barang sejenak.

Hutan mangrove ini sedang lebat-lebatnya. Ada burung dan kawan-kawannya yang bermain di sana, sesekali sekawanan itu akan terbang di atas mangrove kemudian kembali lagi. Selain itu mereka juga bisa melihat beberapa orang yang sedang melakukan aktivitas di hutan mangrove. Susan bilang biasanya itu pegawai resort yang memang ditugaskan untuk patroli hutan mangrove.

Ada beberapa orang yang terlihat menyelam kemudian muncul lagi ke permukaan dengan membawa alat berbentuk persegi dengan kerangka di ujungnya berbentuk lancip. Sepengetahuan Iyak, orang-orang itu tengah mencari kerang yang kemudian akan diolah menjadi kerupuk. Ada juga yang menjual dalam keadaan segar.

"Kamu beneran mau nginep di resort, Wir?"

Sumpah, demi apapun. Iyak tidak berniat menguping. Telinganya saja yang tidak mau diajak kompromi.

"Jadi, Pakdhe."

"Resort yang di sini nggak sama loh kayak yang di Rowobendo." Terdengar Pak Kepala mencoba memberi pengertian.

"Nggak apa-apa, Pakdhe."

Hm. Sepertinya Om jutek ini keras kepala juga.

"Beliau mau nginep di resort, Yak." Susan berbisik di sampingnya.

Bola mata Iyak berputar. "Aku tau, Sus."

"Oh, kirain nggak nguping. Kata kamu kan nggak penting." Susan kemudian terkikik yang terdengar menyebalkan di telinga Iyak.

"Ya aku punya kuping." Iyak membalas sewot.

"Kupingnya tukang nguping."

"Aku nggak nguping!" Mau teriak tapi Iyak nggak mau kalau sampai Om jutek dengar. Makanya dia cuma bisa berbisik.

"Ah, masa? Tapi kok tau?" Susan balas meledek.

"Ih, kamu! Nggak taulah. Males aku!" Iyak memalingkan muka ke samping. Tangannya bersidekap.

Susan mencolek dagu Iyak yang ditangkis oleh perempuan itu. "Gitu aja marah."

"Bodo."

"Nanti cepet tua loh."

"Aku rajin skincare-an."

"Kalau skincare-nya habis gimana hayo?"

"Ya beli lagi."

Boba CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang