Sepertinya benar apa kata Jefri bahwa dirinya masih labil mengenai perasaan.
Telah ia buktikan sendiri.
Berulangkali dia meyakinkan hatinya bahwa dia nggak menyukai Wirya. Apalagi jatuh cinta.
Tapi berulangkali pula hatinya langsung goyah. Bahkan dengan hal sepele seperti munculnya nama Wirya di layar ponselnya.
Dia bisa langsung kesemsem dengan muka semerah tomat.
Hanya ditanya 'how's ur day?' sudah merasa dilambungkan hingga langit ke tujuh.
Kalau bukan karena lemparan bantal dari Susan sudah pasti Iyak nggak akan kembali sadar akan tujuannya balik ke kosan.
Apalagi kalimat menusuk yang keluar dari bibir Susan.
"Jadi orang kok mencla-mencle. Isuk kedelai sore tempe. Cantik-cantik tapi plin-plan. Kita ini udah besar, Yak. Bukan lagi anak SMP yang baru gede. Kalau hatimu letoy kayak pensil inul ya udah deh. Bakal gampang banget dimainin sama cowok."
Setelah membalas singkat pesan dari Wirya dengan...
Oriana:
good
lancar om...yang kemudian memutuskan untuk pamit undur diri dalam percakapan singkat itu dengan alasan dia harus segera merevisi skripsi, Iyak jadi merenung.
Susan telah pulang sejak tadi. Meninggalkan Iyak duduk sendirian di balkon kamar kosnya, ditemani oleh segelas cokelat hangat.
Terakhir kali dia menjalin hubungan asmara adalah saat duduk di bangku SMA. Meninggalkan kesan yang tragis sebab terjerumus dalam toxic relationship. Apalagi ditambah dengan dia yang jadi bucin alias budak cinta kala itu.
Pacar pertama.
Sayangnya dia diperlakukan dengan semena-mena.
Semakin mempermudah cowok yang menjadi mantannya kala mengetahui bahwa Iyak kerap kali ditinggal orangtuanya pergi mengurusi bisnis di luar Jawa.
Iya.
Iyak telah terbiasa dengan kesendirian sejak Opa meninggal.
Papa sempat mengalami kegagalan dalam bisnis karena uang perusahaan yang dibawa lari oleh rekan bisnisnya. Peristiwa ini terjadi tepat satu bulan setelah Opa tiada.
Akhirnya Papa memutuskan untuk pergi merantau ke Kalimantan, ada salah satu sanak saudara mereka yang tinggal di sana. Merasa penghasilan Papa tidak segera bisa mencukupi kebutuhan dan juga melunasi hutang, Mama memutuskan ikut serta kerja di sana. Meninggalkan Iyak dalam kesendirian yang menjadi hal baru baginya pada saat itu.
Jefri melanjutkan kerja di kota yang sama di mana laki-laki itu kuliah. Iyak tidak bisa lagi mengekori Om-nya seperti saat dia kecil.
Opa memilih untuk beristirahat dalam keabadian setelah sekian lama menemani Iyak di rumah yang kerap kali ditinggal Papa dan Mama kerja.
Namun Iyak nggak keberatan akan kepergian Papa dan Mama ke Kalimantan.
Sungguh. Iyak nggak merasa bahwa mereka nggak peduli padanya.
Semua itu dilakukan Papa dan Mama untuk kesejahteraan keluarga mereka. Ya. Benar.
Itulah yang selalu ditanamkan Iyak dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boba Coffee
Romance"Om kenapa sih ngikutin saya terus?" "Saya nggak ngikutin kamu, Oriana." "Terus?" "Kebetulan aja saya lagi ada di sekitar sini." "Halah, alasan!" Wirya menghela nafas lelah.