Aku yang sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, mencoba menghubungi Abang Egi. Namun ternyata tidak ada respon darinya. Hal ini membuatku semakin deg-degan, apakah Abang benar-benar akan memutuskan kontak denganku atau tidak.
Saat aku berada di sekolah, ternyata Abang Egi izin tidak masuk semenjak kejadian itu.
Aku semakin bertanya-tanya...
Malamnya aku menghubungi Abang Egi, namun tak ada jawaban...
Besok harinya ternyata masih tidak ada di sekolah...
Aku bertanya ke Pa Amin, namun jawabannya hanya sedang izin.
Terus seperti itu hingga hari Sabtu.
Akhirnya aku memutuskan untuk ke rumah Abang Egi agar mengetahui keberadaannya...
***
Sesampainya di sana, aku hanya bertemu dengan Revan. Sehingga aku bertanya keberadaan Abang Egi.
"Revan, kalo ayah kemana ya? Sudah lama tidak kelihatan", tanyaku kepadanya.
"Ada kok, sekarang lagi pergi sama Ibu", kata Revan agak jutek.
"Pergi kemana?", tanyaku lagi.
"Hmm...", Revan yang tampak ragu menjawab.
"Kenapa ya Revan? Apa tidak bisa disampaikan ke saya?", aku yang benar-benar penasaran.
"Ibu melarang aku untuk bilang ke Pa Aldi...", katanya yang membuatku semakin bingung.
"Ta... Tapi... Kenapa?", tanyaku lagi.
"Pokoknya kata Ibu bahwa Pa Aldi yang membuat Ayah jadi terluka. Ibu tidak bisa memaafkan Pa Aldi dan akupun pasti tidak bisa memaafkan Pa Aldi jika benar bahwa Ayah terluka karena Pa Aldi!", jawabnya.
"Sebaiknya Pa Aldi jangan temui Ayah lagi ya!", tinggi nadanya yang membuat aku agak sedikit naik.
Saat Revan hendak pergi, kutahan sebentar dan sangat memohon.
"Please Revan... Saya hanya ingin meluruskan apa yang terjadi ke Pa Egi... Jika tidak bisa memberitahu kemana ia, tolong beritahu kapan ia akan pulang. Aku butuh bertemu dengannya...", aku yang memohon.
"Baru pulang besok malam, namun mungkin itu akan menjadi pertemuan terakhir kalian!", ucapnya langsung masuk ke rumah dan menutup pintu.
Aku yang mendengar itu semakin bingung dan memutuskan untuk kembali lagi besok sore...
***
Pada sore hari, aku sudah berdiam di sekitar rumah Abang Egi. Benar kata Revan, tidak ada tanda-tanda keberadaan Abang Egi atau istrinya, sepertinya memang mereka belum kembali.
Hingga waktu pukul 20.00, sebuah mobil datang ke rumah Abang Egi, namun ternyata yang datang adalah mobil pick up dan kulihat Abang Egi turun dari mobil itu juga.
Kesempatan ini takkan kusia-siakan, aku langsung segera menghampiri Abang Egi.
"Bang...", kupanggil namanya dengan lirih.
Ia pun menoleh, lalu cukup kagetlah dia ketika melihatku.
"Kamu mau ngapain kesini Aldi?", tanyanya datar.
"Aku ingin memastikan kondisi Abang bahwa Abang baik-baik saja...", jawabku.
"Aku tidak mungkin baik-baik saja!", potongnya.
"Aku sudah menjadi manusia hina, aku tidak menyangka bahwa aku akan diperkosa oleh laki-laki. Dulu aku pernah memperkosamu, tapi aku yakin bahwa itu bukanlah diriku!", jawabnya yang membuatku sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisahku Dengan Suami Orang
FantasyCerita bagaimana perjalanan hidup Aldi seorang guru baru yang orientasi seksualnya gay lalu bertemu dengan guru tampan bernama Pa Egi. Hingga akhirnya Aldi menyukai Pa Egi, namun ia harus tersadar bahwa Pa Egi sudah memiliki istri dan 5 orang anak...