Ep. 20 - Hiatus

280 34 2
                                    

Sekarang mereka berdua sudah berada di sebuah vila di dekat pantai sewaktu Boun hilang untuk pertama kalinya.

Prem membuka pintu vila bertingkat yang tak terlalu mewah namun juga tidak dapat dikatakan bahwa itu tempat yang sederhana, dengan design mengusung konsep minimalis namun ketika dibuka terlihat jelas bahwa didalamnya terisi barang - barang yang menambah kesan aesthetic menjadikannya nampak elegan. Pas.

"Kenapa diem aja? ayo masuk" ajak Prem yang melihat kegiatan Boun yang menelisik tempat yang masih asing baginya.

Boun yang masih memperhatikan lingkungan disekitar menolehkan pandangannya kepada Prem. Perlahan ia berjalan masuk ke dalam mengikuti Prem sambil matanya terus mengamati seolah sedang screanning tempat itu "Ini tempat siapa?"

"Tenang, disini cukup aman buat lo ngindar dari media selama masa hiatus."

"Iya tapi ini tempat siapa?" Boun menghentikan kegiatan screeningnya dan menoleh memandang Prem menampakkan bahwa ia sedang menunggu mendapat jawaban

Prem nampak terdiam sebentar "Almarhum bokap."

"Ah sorry?" —Boun jadi merasa tak enak hati pada Prem dalam hatinya ia sedang merutuki diri sendiri

Prem yang paham akan gelagat tak enak hati padanya "Lo inget yang waktu gue sering bolos sekitaran pantai sini?"

Boun yang seolah paham ia langsung terkoneksi "Jangan bilang—"

"Iya, gue dulu bolosnya ke vila ini." ucap Prem dengan santai

"Gak pernah ketauan emang?"

"Enggak, bokap ga pernah ngecheck tempat ini."

"Yang tau tempat ini cuma gue sama lo. Jadi lo bisa tenang sambil mikir mau ngapain buat come back lo nanti." tambah Prem

"Kok lu udah mikir ke situ aja." —Boun kembali lesu menyadari bahwa kini ia harus dipaksa mundur dahulu dari dunia entertainment untuk meredam spotlight yang akan lebih merugikan dirinya nanti.

"Lo mau stuck dilembah kesedihan lo terus? gak bakalan ada habisnya." ucap Prem dengan ketus namun ia sengaja bersikap kejam dengan maksud supaya Boun tak terlalu berlarut - larut dalam kesedihannya.

"Lo bisa pake kamar yang disana" tunjuk Prem pada sebuah kamar yang ada di lantai satu, tepat berada dibawah tangga.

"Bahan makanan udah gue siapin juga, tapi kalo lo perlu apa - apa langsung lo kabarin aja nanti gue siapin lagi"

"Makasih ya" —Boun sedikit ragu, namun ia juga merasa bahagia dalam kondisinya sekarang ini, mengingat betapa perulinya Prem dan masih bersedia berdiri disisinya serta memilih berada dipihaknya dikala seluruh dunia sedang berlomba - lomba menghujaninya dengan hinaan, makian atas kesalahan yang bahkan sebenarnya bukan ia perbuat.

"—dan sorry." Boun langsung meraih tubuh Prem, mendekapnya erat. Maaf lancang?.

Pelukan itu berkesan sangat dalam bahkan mereka merasakan bahwa diantara mereka juga terdengar jelas suara detak jantung masing - masing yang seolah sedang berlomba lomba menunjukkan debaran siapa yang lebih keras.

Prem yang terkejut dengan pelukan Boun dirasa memiliki makna yang sangat dalam menjadi memerah sendiri, ia menjadi refleks membalas pelukan Boun dengan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Boun. Wajah manis itu kini tergantikan dengan rupa yang mirip kepiting rebus. Gemasnya.

. . .

Suasana tenang dan syahdu dengan kondisi langit yang perlahan mulai berganti warna menjadi jingga ketika ingin menenggelamkan matahari dari pandangan nampak semakin indah karena mendapat pantulan keindahan sempurna dari kaca yang sangat besar. Laut.
Kini tengah mereka nikmati dari balkon lantai dua vila yang berada jelas didekat pantai.

Call Me By Your Song [BounPrem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang