06. Bagi-bagi Takjil

59 17 8
                                    

Sore harinya, Pak Cahyono berniat untuk datang ke kosan Injun. Sebelum menghampiri kosan, Pak Cahyono mengirimkan sebuah pesan ke Injun, katanya pengen main bentaran gitu. Untungnya, Injun peka. Dia langsung fast respon, dan send location ke chatnya Pak Cahyono.

Seharian ini rasanya bosan, jenuh, gabut, mau ngabuburit tapi jiwanya mageran. Padahal puasa hari keempat. Suasananya ngerasa beda aja gitu. Karena nggak tahu harus melakukan apa, mereka memutuskan nonton TV. Itupun isinya cuma nontonin iklan doang yang seliweran, mana iklan-iklannya bikin ngiler.

Sekian dari beribu-ribu tanya tetangga untuk mencari alamat kosan Injun, akhirnya Pak Cahyono menemukan alamat yang dituju. Suara klakson terdengar dari depan. Beberapa detik berikutnya, Pak Cahyono menginjakkan kakinya turun dari sepeda motor bebek. Sekilas Pak Cahyono melihat secara keseluruhan dari atas sampai bawah tempat tinggal kosannya Injun.

"Assalamu'alaikum, Dik. Sampeyan onok tho ndek kosan?"

"Nggih, sekedap."

Injun memutuskan menghampiri Pak Cahyono yang sedang menunggu di luar. Begitu mendapati keberadaan Injun telah membuka pintu, Pak Cahyono dibuat terkejut oleh penampilan berantakannya. "Astaghfirullah, dik. Sampeyan iki wes adus opo durung. Delok en tho, ngaca sek raine. Subhanallah koyok wedus."

"Belom hehe, mari masuk dulu—"

"Wis ora usah. Wong sediluk ae, saiki sampeyan sibuk ta?"

Injun menggeleng.

"Nah kebetulan banget iki. Mumpung sampeyan gak ngapa-ngapain di kosan. Mending ikut Pakdhe ke masjid, sekalian koncomu suruh ikut."

Melihat wajah Injun yang sedang kebingungan, apalagi kerutan di dahinya sangat kentara, Pak Cahyono kembali melanjutkan ucapannya. "Sekarang di masjid itu ada ngabuburit, orang bagi-bagi takjil. Pakdhe bilang gini ke sampeyan buat minta tolong, nanti dibantu sama warga-warga juga. Piye, sampeyan melu po ra?"

Namun, karena Injun masih tak bersuara, Pak Cahyono menepuk pundak Injun berkali-kali sambil tersenyum tipis. "Yowis Pakdhe balik maneh yo? Pakdhe ke masjid dulu kalau nanti jadi kesana, langsung hubungi wae. Assalamu'alaikum."

"Oh, nggih nggih. Waalaikumsalam."

Setelah mengantarkan Pak Cahyono menuju pagar, Injun menghela napas. Saat itu dia masih berdiri persis disana, asyik ngelamun mikirin perkataan Pak Cahyono tadi.

Hm, membingungkan sekali sodara sodara.

Tapi gue mager aseli. Pengen ikutan, kira-kira ntar bakalan dapet takjil gak ya?

Coba dulu deh tanya anak-anak.

Injun kembali balik badan masuk ke dalam, berniat ingin menanyakan sesuatu kepada teman kosnya. Karena, seingatnya Injun, hari ini mereka nggak ada agenda sama sekali. Daripada nganggur di dalam, buat apa.

Rasanya, penghuni isi kosan beneran sepi banget. Gara-gara Mali, Jono, sama Icung balik kampung mungkin ya. Biasanya, waktu sore begini Jono nangkring di balkon sambil dengerin radio. Mali jemur baju di halaman belakang. Icung main ke pos ronda bareng anak kos sebelah.

Kevin yang semula berada di ruang tengah bareng Ecan, tiba-tiba manggil Injun. "Kenapa, Njun?"

"Kalian ikut gue ngabuburit nggak?"

Ecan dan Kevin saling tatap-tatapan.

"Tumben ngajak, kemarin ngabuburit aja pengen cepet-cepet pulang." Ecan menyindir blak-blakan.

Injun memutar bola mata. "Yah, waktu itu gue capek kampret. Nurutin kemauan kalian muterin alun-alun kayak orang gak jelas."

"SSG dong."

Warmindo Doremi | NCT Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang